Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : JURNAL FLYWHEEL

PENGARUH PH LARUTAN DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP ELASTISITAS BAMBU Sumanto
JURNAL FLYWHEEL Vol 1 No 2 (2008): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/flywheel.v1i2.105

Abstract

Bambu adalah tumbuhan yang tumbuh dalam rumpun yang jenisnya sangat banyak sekali. Dari kurang lebih 1.000speciesbambu dalam 80 genera, sekitar 200 species dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Bambu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai macam alat-alat yang dapat menunjang kehidupan mereka. Bambu dalam keadaan bulat dapat dimanfaatkan sebagai tiang penyangga rumah, jembatan, pipa air, tangga dan lain sebagainya. Bambu dalam keadaan terbelah dapat dimanfaatkan untuk membuat alat-alat rumah tangga (tempat nasi, kipas dan sebagainya), dinding (sesek), pagar, usuk atau reng (digunakan untuk menopang genting rumah/bangunan). Dalam penggunaannya bambu sering diawetkan terlebih dahulu yaitu dilakukan dengan cara merendamnya di dalam air mengalir, air tergenang, lumpur atau di air laut dan pengasapan serta pelaburan kapur dan kotoran sapi pada gedek dan bilik bambu. Di samping itu pengawetan juga dilakukan dengan bahan kimia. Dari banyaknya penelitian yang telah dilakukan sedikit sekali yang mengamati kekuatan bambu terhadap beban tekan setelah bambu diawetkan. Dalam penelitian ini bambudibelah menjadi bagian-bagian kecil denganpanjang ± 8,5cm dan direndam dalam larutan denganpH tertentu dan lamanya tertentu pula. Setiap minggu rendaman bambudiambil dan dibiarkan kering. Setelahitu specimen diuji di Laboratorium Uji Material Jurusan Teknik Mesin S-1 Institut Teknologi Nasional Malang dengan alat Micro Computer Universal Testing Machine sampai terjadi patahan pertama. Hasil analisis data denganuji korelasi menunjukkan bahwa rhitung = 0.319 > rtabel(40;5%) = 0.312, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubugan antara pH larutan dan lama perendaman dengan elastisitas bambu. Di samping itu bambu yang direndam dalam larutan asam berubah menjadi lebih keras sedangkan yang direndam dalam larutan basa berubah menjadi lebih rapuh.
PERBEDAAN LAJU ALIRAN PANAS YANG DISERAP AIR DALAM PEMANAS AIR BERTENAGA SURYA DITINJAU DARI PERBEDAAN LAJU ALIRAN AIR DALAM PIPA KOLEKTOR PANAS Sumanto
JURNAL FLYWHEEL Vol 2 No 1 (2009): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/flywheel.v2i1.143

Abstract

Energi saat ini merupakan kebutuhan utama untuk menggerakkan kehidupan industri di negara-negara maju. Kebutuhan energi terbesar masih dipenuhi oleh energi konvensional yang berupa minyak bumi, sedangkan energi fosil ini jumlahnya terbatas, cepat habis dan tidak dapat diperbaharui. Energi matahari merupakan energialternstif yang dapat menggantikan peran dari energi fosil. Negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, Korea dan negara-negara Eropa telah memanfaatkan energi matahari secara maksimal seperti untuk pembangkit listrik tenaga surya dan untuk menggerakkan kendaraan. Tetapi penggunaan energi matahari di Indonesia masih tergolong sangat rendah, sebab baru dimanfaatkan untuk menjemur pakaian, menjemur produk yang memerlukan proses pengeringan, menjemur hasil pertanian dan sebagainya. Salah satu pemanfaatan energi matahari di Indonesia yang dapat dikembangkan adalah pemanas air. Pemanas air dengan energi matahari ini memanfaatkan prinsip perpindahan kalor yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Kalor dari matahari diradiasikan ke penyerap (absorber), kemudian di koduksikan ke dalam air yang mengalir di dalamnya dan terakhir di konveksikan dalam air itu sendiri. Teknologi pemanas air dengan tenaga matahari telah banyak dikembangkan termasuk di Indonesia. Air menyerap panas (kalor) terjadi pada bagian pengumpul panas (heat collector) dari alat pemanas air bertenaga matahari. Aliran air dalam pipa pada kolektor panas tentu mempengaruhi panas yang diserap oleh air yang mengalir dalam pipa tersebut. Air sebanyak 40 liter disirkulasikan dalam pemanas ini dengan menggunakan sebuah pompa air. Bagian input dan output pada pipa dipasang thermometer untuk mengukur temperatur air yang masuk dan keluar pipa penyerap panas. Untuk mengatur laju aliran air digunakan sebuah kran. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Fhitung = 3,5937 > Ftabel(4;25;0,05 )= 2.7587 sehingga disimpulan ada perbedaan antara laju aliran panas yang diterima oleh air yang disebabkan oleh perbedaan laju aliran air dalam pipa absorber padapemanas air bertenaga matahari.
PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA Sumanto; Sudjana, Wayan; Setyowati, Harimbi; Ahmad Rifa'i, Andi
JURNAL FLYWHEEL Vol 6 No 1 (2015): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/flywheel.v6i1.581

Abstract

Pendinginan udara merupakan salah satu hal dari bidang refrigerasi dan pengkondisian udara. Meskipun saling berkaitan, tetapi masingng-masing mempunyai ruang lingkup yang berbeda.teknik pengkondisian udara tidak hanya berfungsi sebagai pendingin,tetapi lebih dari pada itu.Definisi pengkondisian udara (Confort air conditioning) adalah proses perlakuan terhadap udara untuk mengatur suhu, kelembapan, kebersihan, dan pendistribusianya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman yang dibutuhkan.an tidak menggunakanya.Mesin pengkodisian udara yang digunakan pada sistem pengkondisian ini adalah Sistem ekspansi udara dengan komponen kompresor 1/2 PK, evaporator dengan media pendingin air, katup ekspansi, dan ruangan aplikasi. Variabel dalam penelitian adalah : Variabel bebasnya adalah Variasi Tekanan 40 Psi, 50 Psi, dan 60 Psi. Variabel terikatnya adalah pengkondisian udara system ekspansi udara. Variabel kontrol yaitu tekanan udara, temperature udara, tempertur pendingin.Dengan variasi tekanan 40 Psi, 50 Psi dan 60 mempunyai pengaruh terhadap pengkondisian udara yaitu pada pengujian dengan variasi tekanan 40 Psi didapat nilai temperatur tertinggi 30 oC, temperatur terendah 20 oC dan tempetratur rata-rata 23,5 oC.Dari pengujian dengan variasi tekanan 50 Psi didat nilai temperatur tertinggi 31,5 oC, temperatur terendah 19,8 oC dan tempetratur rata-rata 23,5 oC.Dari pengujian dengan variasi tekanan 60 Psi didat nilai temperatur tertinggi 34,6 oC, temperatur terendah 19,3 oC dan temperatur rata-rata 23,7 oC.
Pengaruh Elastisitas dan Kekerasan Terhadap Konduktivitas Listrik Untuk Aluminium Alloy 2024 Sumanto; Ruwana, Iftitah; Sudiasa, I Nyoman
JURNAL FLYWHEEL Vol 8 No 1 (2017): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/flywheel.v8i1.676

Abstract

Aluminium merupakan unsur paling melimpah ketiga (setelah oksigen dan silikon), dan logam yang paling melimpah di kerak bumi sampai dengan sekitar 8% berat bumi. Aluminium relatif lembut, tahan lama, ringan, logam yang ulet, tahan terhadap korosi, memeiliki konduktivitas yang tinggi dan lentur. Paduan aluminium memiliki kekuatan mulai dari 200 MPa sampai dengan 600 MPa. Aluminium memiliki konduktivitas tertinggi keempat (setelah perak, tembaga, dan emas). Dikombinasikan dengan bobot yang ringan itu dan paduan dengan beberapa logam lain untuk membuatnya lebih kuat, aluminium sangat ideal untuk kabel listrik. Sifat nonmagnetik itu memungkinkan untuk tetap bekerja di mana saja (bahkan di badai). Dengan kekuatan ini aluminium dapat dengan mudah diangkut membuat aluminium pilihan terbaik untuk daya tinggi, jarak jauh sebagai kabel listrik. Specimen aluminium alloy 2024 dibentuk silinder dengan ukuran diameter 6 mm dan panjang 20 cm. Specimen dipanaskan dengan suhu yang bervariasi antara 100oC hingga 500oC dengan waktu pemanasan sampai dengan 48 jam dan kemudian dicelupkan ke dalam air dingin. Tujuannya adalah untuk membuat rusak struktur kepadatan bahan. Terdapat hubungan antara kekerasan bahan dengan elastisitas, antara kekarasan dengan konduktivitas listrik dan antara elastisitas bahan dengan konduktivitas listrik. Secara simultan kekerasan bahan dan elastisitas mempengaruhi konduktivitas listrik di mana 94.90% konduktivitas listrik dalam penelitian ini dipengaruhi oleh kekarasan dan elastisitas bahan.
Efek Temperatur Terhadap Laju Korosi Sumanto; El Maghfiroh, Rofila
JURNAL FLYWHEEL Vol 10 No 1 (2019): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/flywheel.v10i1.722

Abstract

Korosi merupakan proses alami terhadap logam sebagai akibat dari reaksi redoks antara logam dengan zat-zat yang berada di lingkungannya. Proses korosi terjadi jika logam bersentuhan langsung dengan air atau udara (oksigen). Logam yang mengalami korosi akan mengalami keropos sehingga terjadi pelemahan dalam arti kekuatannya akan berkurang. Penggunaan keran sebagai bagian dari instalasi air minum yang bersentuhan langsung dengan air mulai menuai masalah, di mana ada beberapa penduduk yang menggunakan keran dengan merk tertentu melaporkan adanya pengeroposan akibat korosi. Waktu antara pemasangan keran pertama kali dengan timbulnya karat terjadi pada selang waktu yang tidak terlalu lama, bahkan ketika keran diputar langsung patah. Ini terjadi di Desa Torongrejo yang menggunakan air dari sumber air Telogo Towo Desa Pandanrejo Kota Batu. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur laju korosi bahan logam pada instalasi air yang berasal dari sumber air Telogo Towo Desa Pandanrejo Kota Batu. Metode yang digunakan adalah dengan pengurangan massa. laju korosi pada masingmasing sampel tidak sama, meskipun dibuat oleh pabrik yang sama dengan merk dagang yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi bahan sampel yang mempengaruhi laju korosi. Laju korosi masing-masing sampel adalah: Sampel A sebesar 0,005 gram/bulan, sampel B sebesar 0,025 gram/bulan, sampel C sebesar 0,055 gram/bulan, sampel D sebesar 0,007 gram/bulan dan sampel sebesar 0,017 gram/bulan.
Korosi Logam Dalam Air Bersih Dari Sumber Telogo Towo Kota Batu Sumanto; Maghfiroh, Rofila El
JURNAL FLYWHEEL Vol 9 No 1 (2018): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/flywheel.v9i1.2553

Abstract

Korosi merupakan proses alami terhadap logam sebagai akibat dari reaksi redoks antara logam dengan zat-zat yang berada di lingkungannya. Proses korosi terjadi jika logam bersentuhan langsung dengan air atau udara (oksigen). Logam yang mengalami korosi akan mengalami keropos sehingga terjadi pelemahan dalam arti kekuatannya akan berkurang. Penggunaan keran sebagai bagian dari instalasi air minum yang bersentuhan langsung dengan air mulai menuai masalah, di mana ada beberapa penduduk yang menggunakan keran dengan merk tertentu melaporkan adanya pengeroposan akibat korosi. Waktu antara pemasangan keran pertama kali dengan timbulnya karat terjadi pada selang waktu yang tidak terlalu lama, bahkan ketika keran diputar langsung patah. Ini terjadi di Desa Torongrejo yang menggunakan air dari sumber air Telogo Towo Desa Pandanrejo Kota Batu. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur laju korosi bahan logam pada instalasi air yang berasal dari sumber air Telogo Towo Desa Pandanrejo Kota Batu. Metode yang digunakan adalah dengan pengurangan massa. laju korosi pada masing-masing sampel tidak sama, meskipun dibuat oleh pabrik yang sama dengan merk dagang yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi bahan sampel yang mempengaruhi laju korosi. Laju korosi masing-masing sampel adalah: Sampel A sebesar 0,005 gram/bulan, sampel B sebesar 0,025 gram/bulan, sampel C sebesar 0,055 gram/bulan, sampel D sebesar 0,007 gram/bulan dan sampel sebesar 0,017 gram/bulan.