Badruddin Nasir
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Community Perception of Bukit Raya Village On Coffee Stalls On the Edge Jalan Samarinda - Tenggarong: Persepsi Masyarakat Desa Bukit Raya Terhadap Warung Kopi di Tepi Jalan Samarinda - Tenggarong Alan Chandra Suptandar; Harihanto Harihanto; Badruddin Nasir
Progress In Social Development Vol. 2 No. 1 (2021): January 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psd.v2i1.27

Abstract

ABSTRACT: The background of this research is the news on social media that the coffee shop on Jalan Samarinda - Tenggarong, Kilometer 10, Bukit Raya Village is considered by some members of the surrounding community to be used as a shrouded place of protection. This study aims to verify and validate the correctness of the perceptions and judgments of these community members. To achieve this goal, data has been collected from community members and leaders, as well as officials in Bukit Raya Village through interviews. The selection of community members as informants was done accidentally. Verification is also carried out through participatory observation in some of the coffee shops mentioned above. The data that had been collected were analyzed qualitatively-descriptive-interpretive. The results showed that in general the members of the Bukit Raya community were aware of these coffee shops. As far as they know, the owners and waiters of the coffee shop are not local people, but outsiders - Samarinda and it is suspected that some are from Surabaya. Some members of the Bukit Raya community think that these coffee shops are also generally used as places of disguised prostitution. ABSTRAK: Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah adanya berita di media sosial bahwa warung kopi yang ada di Jalan Samarinda – Tenggarong, Kilometer 10, Desa Bukit Raya dinilai oleh sebagian anggota masyarakat di sekitarnya digunakan sebagai tempat protistusi terselubung. Penelitian ini bertujuan memferifikasi dan memvalidasi kebenaran persepsi dan penilaian anggota masyarakat tersebut. Untuk mencapai tujuan ini telah dikumpulkan data dari anggota dan tokoh masyarakat, serta aparat di Desa Bukit Raya melalui wawancara. Pemilihan anggota masyarakat sebagai informan dilakukan secara kebetulan (accidental). Verifikasi juga dilakukan melalui pengamatan terlibat (observation participatory) di beberapa warung kopi yang disebut di atas. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif-deskriptif-interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya anggota masyarakat Desa Bukit Raya mengetahui adanya warung-warung kopi tersebut. Sepengetahuan mereka para pemilik dan pelayan warung kopi tersebut bukan orang setempat, melainkan orang luar – Samarinda dan diduga ada yang dari Surabaya. Sebagian anggota masyarakat Desa Bukit Raya menilai bahwa warung-warung kopi tersebut umumnya digunakan pula sebagai tempat prostitusi terselubung.
The Role of The Ethnic Borneo Studio as An Empowered Community in The Development of Traditional Arts in The City of Samarinda: Peranan Sanggar Borneo Etnika Sebagai Komunitas Berdaya Dalam Perkembangan Kesenian Tradisional Di Kota Samarinda Sonia Adinda Septi Maurani; Sukapti Sukapti; Badruddin Nasir
Progress In Social Development Vol. 2 No. 2 (2021): July 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psd.v2i2.31

Abstract

ABSTRACT: The Borneo Etnika Studio is one of the studios in Samarinda City that was founded in 2008 and turned into a community in 2013 with a wider focus on art. The training and coaching activities include basic theory in dancing and playing traditional musical instruments which consist of three realms of artistic culture which include the palace, the coast and the hinterland. The Borneo Etnika Studio opened the activity in general to the wider community, then the studio as a supporting element in developing traditional arts also played its role in creating new works by participating in various kinds of performances and competitions as well as collaborating with the local government, one of which was UPTD Taman Budaya which is a facilitator in providing a place for the activities carried out by the Borneo Ethnic Studio. ABSTRAK: Sanggar Borneo Etnika merupakan salah satu sanggar di Kota Samarinda yang berdiri sejak tahun 2008 dan berubah menjadi komunitas pada tahun 2013 dengan fokus seni yang lebih luas. Kegiatan pelatihan dan pembinaan didalamnya meliputi teori dasar dalam menari dan memainkan alat musik tradisional yang terdiri dari tiga ranah budaya kesenian yang meliputi keraton, pesisir dan pedalaman. Sanggar Borneo Etnika membuka kegiatan tersebut secara umum untuk masyarakat luas, kemudian sanggar sebagai unsur pendukung dalam mengembangkan kesenian tradisional juga menjalankan peranannya dalam menciptakan karya-karya terbaru dengan mengikuti berbagai macam pementasan dan perlombaan serta menjalin kerjasama dengan pemerintah setempat salah satunya UPTD Taman Budaya yang merupakan fasilitator dalam menyediakan tempat untuk kegiatan yang dilaksanakan Sanggar Borneo Etnika.