Kondisi nalar Arab mengalami stagnasi yang cukup akut. Akibatnya, dunia Arab mengalami ketertinggalan dibanding dengan nalar modern yang semakin berkembang. Problem mendasar tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi M. Abid al-Jabiri untuk membangkitkan nalar Arab dari tidur panjang. Al-Jabiri berpendapat bahwa dunia Arab dan Islam tidak harus menutup mata dari perkembangan dunia Barat, justru harus terjadi dialog kritis dan dialog peradaban. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah deskriptif analisis. Dilihat dari jenisnya penelitian ini termasuk riset kepustakaan (library research). Sumber pengambilan data yang digunakan adalah beberapa pustaka dari buku dan jurnal yang memaparkan tentang “Epistemologi Keilmuan Islam al-Jabiri”. Hasil dari tulisan ini menjelaskan bahwa al-Jabiri sangat menekankan epistemologi pemikiran Arab kontemporer sebagai jalan untuk menghadapi modernitas. Dalam upaya merekostruksi nalar Arab kontemporer, al-Jabiri membagi tiga nalar epistemologi yaitu bayani, burhani dan irfani. Apabila sinergitas ketiga paradigma epistemologi tersebut dilakukan maka teks atau naṣ keagamaan tidak lagi gamang berdialog dengan isu-isu kontemporer, karena teks tersebut sebenarnya sudah membawa pesan universal tentang kemanusiaan (humanity), keadilan (justice), dan kesetaraan (equality).