Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pelatihan Psychological Self Care dan Anger Management pada Remaja yang Tinggal di Panti Sosial Marsudi Putra Paramita Mataram, NTB Emmy Amalia; Dyah Purnaning; Umu Istikharoh
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 4 No 4 (2021)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.988 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v4i4.1129

Abstract

WHO menyebutkan, remaja adalah salah satu kelompok umur yang rentan mengalami gangguan mental. Terlebih masa remaja merupakan waktu dimana banyak perubahan dan penyesuaian terjadi baik secara psikologis, emosional, maupun finansial. Banyak penelitian menunjukkan bahwa masalah perkembangan mental emosional remaja yang tinggal panti sosial secara bermakna lebih banyak dibandingkan dengan remaja yang diasuh orangtua kandung, cenderung memiliki konsep diri negatif, dan beresiko lebih tinggi terhadap terjadinya masalah perilaku. Kegiatan ini terdiri atas dua aktivitas. Aktivitas pertama berupa pemberian pelatihan psychological self care dan aktivitas kedua berupa pelatihan anger management, yang masing-masing akan dilakukan selama satu hari penuh. Berdasarkan data laporan PSMP Paramita tahun 2018, jenis kenakalan remaja semakin meningkat. Kenakalan yang menjadi sorotan adalah kenakalan yang menjurus pada permasalahan sosial seperti pencurian, pemerkosaan, pencabulan anak di bawah umur, pemakaian NAPZA, korban kekerasan, korban trafficking, dan permasalahan sosial yang kompleks lainnya. Jumlah anak dan remaja yang mendapat pelayanan sepanjang tahun 2018 sendiri total mencapai 240 orang; dan sebagian besar termasuk dalam kategori kelompok umur remaja. Diperlukan keterlibatan profesional kesehatan jiwa untuk mengatasi berbagai permasalahan mental yang terjadi pada remaja yang tinggal di PSMP Paramita. Bentuk keterlibatan professional kesehatan jiwa sebaiknya lebih bersifat self empowerment, sehingga para remaja tersebut mampu melakukan secara mandiri cara-cara mengatasi masalah psikososial yang dialami dan tidak hanya bergantung pada layanan kesehatan sekunder. Oleh sebab itu, tim PPM bermaksud melakukan pelatihan Psychological Self Care dan Anger Management kepada para remaja yang tinggal di PSMP Paramita Mataram, NTB.
KARAKTERISTIK SPONDILITIS TUBERCULOSIS DI RSUP NTB JANUARI - DESEMBER 2012 E Hagni Wardoyo; Muthia Cenderadewi; Hadian Rahman; Novia Andansari Putri; Dyah Purnaning
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 2, No 2 (2015): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.098 KB) | DOI: 10.32667/ijid.v2i2.23

Abstract

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh karakteristik spondilitis tuberculosis di RSUP NTB selama tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian observasional yang diambil dari data rekam medik dengan klasifikasi diagnosis menurut ICD 10 A18.10 (tuberculosis of the spine). Sepanjang tahun 2012 terdapat 19 kasus spondilitis tuberculosis (8 perempuan, 11 laki-laki). Rentang usia dimulai dari usia 9-60 tahun. Seluruh subyek memiliki penyakit/gejala penyerta: TB paru (4/19), anemia (2/19), gizi buruk (3/19), sepsis (1/19), meningoensefalitis (1/19), fraktur kompresi vertebra (8/19). Tindakan operasi laminektomi dilakukan pada 15 subyek dan dilanjutkan pemberian obat anti tuberculosis. Kasus didominasi oleh laki-laki. Seluruh kasus spondylitis TB di NTB memiliki penyakit penyerta dengan kasus tertinggi fraktur kompresi vertebra. Sebagian besar kasus (15/19) memerlukan tindakan laminektomi. Abstract: The objective of the study is to describe clinical characteristic in West Nusa Tenggara Province Referral Hospital in 2012. Observational design was established using hospital’s record with ICD 10 codes A18.10 (tuberculosis of the spine). During 2012 found 19 cases of spondylitis tuberculosis (8 female, 11 male). Age interval between 9-60 years old. The accompanying conditions are: lung TB (4/19), anemia (2/19), severe malnutrition (3/19), sepsis (1/19), meningoencephalitis (1/19), compression fracture of the vertebrae (8/19). Laminectomy was done to 15 subject and antituberculosis drugs. The majority cases are male, all cases having accompanying conditions with compression fracture of vertebrae as most frequent condition. Majority of cases are need laminectomy.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Terkait Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Nurmujaahida Nurmujaahida; Devi Rahmadhona; Dyah Purnaning
Jurnal Syntax Fusion Vol 2 No 02 (2022): Jurnal Syntax Fusion: Jurnal Nasional Indonesia
Publisher : Rifa' Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54543/fusion.v2i02.174

Abstract

Diabetes melitus merupakan kondisi klinis yang menggambarkan gangguan atau penurunan fungsi pankreas dalam menghasilkan insulin yang cukup bagi tubuh. Kurangnya pengetahuan tentang diabetes melitus mempengaruhi kepatuhan pasien dalam penanganan pengobatan. Hal ini memicu Peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait “Hubungan Tingkat Pengetahuan Terkait Pola Makan dan Aktivitas Fisik Dengan Status Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram”. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Responden penelitian ini adalah penderita diabetes melitus rawat jalan yang terdaftar April 2021 - Mei 2021 di Rumah SakitnUmum Daerah Kota Mataram. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan pola makan dengan status kadar gula darah pasien diabetes melitus dengan nilai p= 0.014 < 0,05. Serta terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan aktivitas fisik dengan status kadar gula darah pasien diabetes melitus dengan nilai p = 0.000 < 0,05. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan pola makan dan tingkat pengetahuan aktifitas fisik dengan status kadar gula darah pasien DM