Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG POSITIF UNTUK PEMBELAJARAN Almasitoh, Ummu Hany
MAGISTRA Vol 24, No 79 (2012): Magistra Edisi Maret
Publisher : MAGISTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.153 KB)

Abstract

Kelas adalah setting untuk berbagai aktivitas, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis,berhitung, sampai aktivitas social seperti bermain, berkomunikasi dengan teman, dan berdebat. Pengelolaankelas adalah serangkaian kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yangdiharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonalyang baik dan iklim soso-emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yangproduktif dan efektif.Untuk mengelola aktivitas di kelas agar menjadi efektif, yaitu sebagai berikut menunjukkan seberapajauh guru mengikuti aktivitas yang sedang berlangsung di kelas, mengatasi situasi tumpang tindih secaraefektif,  menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran,  melibatkan murid  dalam berbagai aktivitas yangmenantang, menunjukkan sikap tangkap, membagi perhatian, memusatkan perhatian, memberikan petunjukyang jelas dan menegur dan memberi penguatan.Kata Kunci: kelas, pengelolaan kelas, mengelola aktivitas kelas agar menjadi efektif
SEKS BEBAS (FREE SEX) Almasitoh, Ummu Hany
MAGISTRA Vol 25, No 85 (2013): Magistra September
Publisher : MAGISTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.153 KB)

Abstract

Kata sex sering kita dengar dan hampir tidak pernah sepi hinggap ditelinga kita dalam kehidupan sehari-hari. Sex adalah kata yang teruntai dari 3 huruf tetapi mempunyai makna dan arti yang sangat banyak dan bervariasi. Sex merupakan topik yang paling  kontroversial di dalam masyarakat kita.  Kebanyakan masyarakat kita memandang sex sebagai “sesuatu” yang menyeramkan, jorok dan menjijikkan,  kotor dan nista. Sex dianggap sebagai sesuatu yang tabu dan tidak pantas untuk dibicarakan secara terbuka tanpa alasan yang jelas. Di samping itu seringkali sex diidentikkan dengan sesuatu yang haram berlumur dosa. Untuk mengatasi masalah-masalah ini diperlukan adanya pemahaman dan penerangan tentang sex secara benar dan tepat yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, budaya dan etika yang ada di masyarakat. Penyuluhan dan penerangan tentang sex harus dilandaskan pada ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama, sehingga seorang remaja akan mendapatkan informasi yang benar dan tepat dengan berlandaskan pada nilai-nilai agama dan keimanan yang kuat sehingga seorang remaja dapat terhindar dari free sex. Kata kunci: sex, free sex
GURU SEBAGAI PELAKU UTAMA PROSES PENDIDIKAN Almasitoh, Ummu Hany
MAGISTRA Vol 26, No 87 (2014): Magistra Edisi Maret
Publisher : MAGISTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.153 KB)

Abstract

Paradigma pendidikan mulai bergeser dari berfokus pada guru ke berfokus pada siswa. Pergeseran ini terjadi karena berkembangnya teori psikologi yang dijadikan dasar pendekatan dalam pendidikan. Ada dua teori psikologi yang dijadikan dasar dalam pendekatan pendidikan modern, yaitu psikologi kognitif dan psikologi konstruktivisme. Psikologi kognitif berasumsi bahwa (a) setiap anak secara kodrati telah dibekali dengan innate (bakat bawaan) untuk berkembang, (b) kognisi anak berkembang secara bertahap sesuai dengan perkembangan usia kronologisnya, (c) setiap anak yang belajar selalu mengandung kebermaknaan Atas dasar asumsi itu, (d) anak dapat berkembang bakatnya sesuai dengan perkembangan kognitifnya. Sejalan dengan itu, psikologi konstruktivisme juga berasumsi bahwa setiap anak mampu mengkonstruk kebenaran berdasarkan perkembangan kognisinya asal mendapatkan iklim yang kondusif. Karena itu, yang terpenting dalam belajar bagi anak adalah iklim yang kondusif yang dapat diberikan oleh guru. Atas dasar asumsi psikologi kognitif dan psikologi konstruktivisme di atas, siswa harus diberi porsi lebih banyak untuk beraktivitas dalam belajar. Premis ini memberikan pesan bahwa setiap guru harus merancang skenario pembelajaran yang memungkinkan anak dapat beraktivitas belajar sebanyak mungkin. Skenario pembelajaran yang memungkinkan anak dapat belajar adalah (a) dengan memilih metode yang mampu mengaktifkan belajar siswa, (b) dengan memilih media pembelajaran yang memungkinkan anak mudah menyerap informasi, (c) dengan memberikan sumber belajar yang autentik, (d) dengan memilih materi yang kontekstual, dan (e) dengan memberikaan atmosfir agar anak mampu belajar secara bermakna. Berdasarkan asumsi di atas, sebenarnya yang memegang peran penting dalam pembelajaran tetap guru tetapi peran itu diberikan kepada anak agar mereka lebih banyak aktif untuk belajar. Substansi pergeseran paradigma pendidikan di atas tidak berarti bahwa guru semakin berkurang perannnya dalam pembelajaran, tetapi justru sebaliknya. Pada waktu pembelajaran masih berfokus pada guru, guru cukup mempersiapkan pembelajaran untuk dirinya dan kemudian menyampaikannya kepada siswa. Namun, ketika pembelajaran berfokus pada siswa, tugas guru bertambah banyak, yaitu (a) merancang materi pembelajaran, (b) merancang strategi pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswa, (c) menentukan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, (d) merancang media pembelajaran untuk mempermudah penyerapan informasi, (e) merancang pendampingan siswa selama belajar, (f) merancang rubrik penilaian proses belajar siswa, (g) merancang tes hasil belajar siswa, (h) mempersiapkan materi lebih banyak jika ada siswa yang lebih maju dalam belajar, dan lain-lain. Meskipun paradigma pendidikan bergeser, kendali pembelajaran tetap ada pada guru tetapi sebagian peran guru dialihkan kepada siswa. Siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru sebagai sumber belajar tetapi dapat menyerap informasi dari berbagai sumber belajar baik yang disediakan guru atau usaha siswa sendiri memperoleh informasi dari berbagai sumber belajar yang lain
KEPRIBADIAN INDIVIDU KREATIF: AFILIATIF & ASERTIF Almasitoh, ummu hany
MAGISTRA Vol 25, No 83 (2013): Magistra Edisi Maret
Publisher : MAGISTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.153 KB)

Abstract

Kreativitas merupakan aset penting bagi kehidupan manusia dan telah memainkan peran penting dalam evolusi kultural dan teknologi dalam peradaban manusia. Dunia telah banyak mengalami perubahan dan selalu muncul masalah di setiap era kehidupan. Masalah ini membutuhkan pemecahan dan pemikiran dari individu-individu yang mampu mengembangkan pemikiran kreatifnya karena setiap masalah yang muncul tidak selalu dapat dipecahkan dengan cara yang sama seperti yang telah dilakukan oleh pendahulunya. Individu kreatif memiliki kepribadian yang berbeda dari individu kebanyakan dan kadang dianggap eksentrik karena pemikiran maupun perilakunya yang unik, tetapi memberi manfaat yang besar bagi orang di sekelilingnya. Individu kreatif selalu dibutuhkan di setiap era kehidupan sehingga perlu dilakukan kajian dan penelitian mengenai individu kreatif ini. Apakah kreatif merupakan bawaan atau dapat dipelajari? Dapatkah kepribadian kreatif didefinisikan dan dirumuskan? Bagaimana mengembangkan kepribadian kreatif? Faktor apa yang dapat mendukung dan menghambat munculnya kreativitas? Sifat seperti apa yang melekat pada pribadi individu kreatif? Kreativitas sangat menarik untuk dikaji dari banyak sudut pandang melalui penelitian-penelitian terhadap individu-individu yang dianggap kreatif di dunia ini. Tulisan ini akan mengangkat tema khusus yaitu afiliatif dan asertif sebagai beberapa sifat individu kreatif dengan beberapa hasil penelitian yang terkait. Kata kunci: kreativitas, individu kreatif, afiliatif, asertif
MODEL TERAPI DALAM KELUARGA Almasitoh, ummu hany
MAGISTRA Vol 24, No 80 (2012): Magistra Edisi Juni
Publisher : MAGISTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.153 KB)

Abstract

Sebuah keluarga adalah sebuah sistem sosial yang alami, dimana seseorang menyusun aturan, peran,struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara mendiskusikan pemecahan masalah sehingga dapat melaksanakanberbagai kegiatan dengan lebih efektif. Keluarga nuclear terdiri atas suami, isteri dan anak. Keluarga nuclearyang diperluas : keluarga nuclear ditambah dengan kakek, nenek, dan keluarga lain; keluarga tiri, orang tuasingle menikah dengan orang lain; keluarga campur; dua orang tua single yang membawa anak-anak merekabersatu dalam satu keluarga; keluarga tunggal yaitu individu dengan anak-anak yang tidak pernah kawin,yang bercerai, atau janda duda mati, keluarga yang terdiri atas kakek nenek dengan cucu-cucunya, keluargayang mengadopsi anak; (di lain negara: keluarga gay atau lesbian).Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku,perkembangan simptom dan cara pemecahannya. Model terapi yang diterapkan dalam keluarga antara lainExperiential/Humanistic, Bowenian, Psikodinamika dan Behavioral.Kata Kunci: keluarga, terapi keluarga, model terapi keluarga
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN MENGARANG NARASI DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KLATEN Almasitoh, ummu Hany; Setyaningtyas, Anna Febrianty
MAGISTRA Vol 25, No 86 (2013): Magistra Edisi Desember
Publisher : MAGISTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.153 KB)

Abstract

This research studies the development of a learning that begins with an analysis of student needs on the themes of the narrative concocted by media beamed images. On the basis of the themes of the narrative concocted by media beamed images, then prepared learning modules that are integrated in the learning of narrative writing as a result of the development of teaching materials fabricated narrative. Then the learning module is tested on students SDN 2 Barenglor and SDN 3 Karanganom, Klaten to determine the feasibility and acceptability of students and teachers at school. The research data collection techniques using non test. Non engineering tests performed by (1) observation, (2) teacher and student interviews conducted outside of school hours, (3) the questionnaire, (4) documentation. Techniques of data analysis in this study is the observation tabulated, and the results of questionnaires and interviews were identified, classified and presented as argumentative. This study uses the foundation Education Unit Level Curriculum (SBC) 2006 current so as not to give rise to new problems in achieving the target of research. However, because it is more focused on the learning aspect of the development of ideas, keruntutan thought, sharpness of thought, precision of argument, scientific development, paragraph development, development discourse, accuracy of language diversity, as well as spelling and Grammar truth, then learning more emphasis on the affective domain, the cognitive, and psychomotor. The problem in this study is “how is the development of learning materials making up the narrative with media beamed images in Class V Elementary School?” The results indicate that students feel a sense of fun, interesting, easy to understand and very helpful when writing a narrative essay using the media beamed images and choosing environmental topics, technology and life at sea as a theme of the narrative concocted by media beamed images. So also benefited greatly from the teacher media beamed images when providing materials to write a narrative essay. Product obtained ie compose narrative learning modules using media beamed images in class V Elementary School students. Keywords: development research, narrative writing, media beamed images, materials development model
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG POSITIF UNTUK PEMBELAJARAN Almasitoh, ummu hany
MAGISTRA Vol 24, No 80 (2012): Magistra Edisi Juni
Publisher : MAGISTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.153 KB)

Abstract

Kelas adalah setting untuk berbagai aktivitas, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis,berhitung, sampai aktivitas social seperti bermain, berkomunikasi dengan teman, dan berdebat. Pengelolaankelas adalah serangkaian kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yangdiharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonalyang baik dan iklim soso-emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yangproduktif dan efektif.Untuk mengelola aktivitas di kelas agar menjadi efektif, yaitu sebagai berikut menunjukkan seberapajauh guru mengikuti aktivitas yang sedang berlangsung di kelas, mengatasi situasi tumpang tindih secaraefektif,  menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran,  melibatkan murid  dalam berbagai aktivitas yangmenantang, menunjukkan sikap tangkap, membagi perhatian, memusatkan perhatian, memberikan petunjukyang jelas dan menegur dan memberi penguatan.Kata Kunci: kelas, pengelolaan kelas, mengelola aktivitas kelas agar menjadi efektif
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN METODE KOOPERATIF DENGAN TEKNIK DESSI (DISKUSI, EKSPRESI, SERANG BALIK DAN SIMPULAN) PADA SISWA SMAN DI KLATEN Almasitoh, Ummu Hany; Uningowati, Dwi Wahyuni
MAGISTRA Vol 26, No 90 (2014): Magistra Edisi Desember
Publisher : MAGISTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.153 KB)

Abstract

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan (Action Research) yang dilakukan selama 2 siklus. Masing-masing siklus diawali dengan perencanan, tindakan, observasi, refleksi dan revisi. Penelitian ini akan diujicobakan kelas X SMAN 3 Klaten. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik nontes dan tes.Teknik nontes dilakukan melalui (1) observasi, (2) wawancara guru dan siswa yang dilakukan di luar jam pelajaran, (3) angket, (4) dokumentasi.Teknik tes dilakukan dengan menggunakan pretest dan posttest. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif yang diperoleh dari hasil nontes. Data yang dianalisis adalah aktivitas siswa berbicara dalam sebuah diskusi. Aspek-aspek yang dinilai adalah ketepatan struktur, ketepatan kosa kata, kelancaran, kualitas gagasan yang dikemukakan, banyaknya gagasan yang dikemukakan, kemampuan/ kekritisan menanggapi gagasan, kemampuan mempertahankan pendapat, dan gaya pengucapan dengan model kriteria baik, cukup baik, dan sangat baik. Sedangkan teknik kuantitatif dengan (1) menghitung hasil belajar siswa, (2) menghitung prosentaseketuntasan belajar siswa, (3) menghitung nilai rata-rata tiap siklus. Hasil yang diperoleh menunjukkan peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode kooperatif teknik Dessi sebesar 26.32%. Hal ini berdasarkan analisis data, pada kondisi siklus I 19 siswa aktif dalam pembelajaran (sebesar 54.28% siswa aktif dalam pembelajaran), pada siklus II 29 siswa aktif dalam pembelajaran (sebesar 80.6% siswa aktif dalam pembelajaran). Hal ini menunjukkan bahwa siswa berani bertanya, menjawab pertanyaan, aktif dalam kerja kelompok, aktif dalam kerja individu, memecahkan masalah, dan aktif dalam proses pembelajaran lainnya. Dengan adanya pembelajaran berbicara menggunakan metode kooperatif teknik Dessi suasana pembelajaran di kelas menjadi hidup dan kerjasama dalam kelompok dapat terjalin dengan baik.Selanjutnya berdasarkan analisis data, nilai rata-rata tes kemampuan berbicara juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 11.71%.Siklus I sebesar 69.87%, dan siklus II sebesar 81.58%.Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar berbicara siswa tercapai dengan menggunakan metode kooperatif teknik Dessi. Keluaran yang dicapai adalah pengayaan bahan ajar pembelajaran bicara dengan metode kooperatif dengan teknik Dessi dan dipublikasikan ilmiah dalam jurnal dan diseminasi. Kata kunci: penelitian tindakan, metode kooperatif, teknik dessi, model peningkatan kualitas pembelajaran bicara.
STRES KERJA DITINJAU DARI KONFLIK PERAN GANDA DAN DUKUNGAN SOSIAL PADA PERAWAT Almasitoh, Ummu Hany
Psikoislamika : Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam Vol 8, No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.173 KB) | DOI: 10.18860/psi.v0i1.1546

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan skonflik peran ganda dan dukungan sosial dengan stres kerja pada perawat. Subjek penelitian ini adalah 120 perawat salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta yang bekerja pada ruang inap. Teknik pengambilan sampel menggunakan non random secara purposive. Metode dan alat pengumpulan data penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur, angket dan skala. Analisa data menggunakan uji regresi ganda (multiple regression) dengan metode enter. Hasil pengolahan data diperoleh nilai R = 0,633; R= 0,400; F = 39,050; p = 0,000 (p 0,05), menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara konflik peran ganda dan dukungan sosial dengan stres kerja. Nilai koefisien determinasi (R) = 0,400 menunjukkan sumbangan efektif konflik peran ganda dan dukungan sosial terhadap stres kerja 2 sebesar 40% dan sisanya 60% dipengaruhi variabel lain yang tidak menjadi fokus penelitian ini.
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI BERBASIS STRATEGI METAKOGNITIF PROBLEM SOLVING PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KLATEN Ummu Hany Almasitoh; Theresia Kriswianti Nugrahaningsih
Jurnal Ilmiah Aquinas Vol 4 No 1 (2021): Januari 2021
Publisher : Unversitas Katolik Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/aquinas.v4i1.1001

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan siswa dalam berpikir logis dan rasional masih rendah sedangkan era globalisasi menuntut adanya persaingan antar negara dalam berbagai aspek kehidupan termasuk sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bukan saja akan menentukan kemajuan suatu negara tetapi juga menjadi penentu daya saing antar bangsa. Kondisi demikian mendorong bidang pendidikan didesain untuk mampu membekali siswa yang tanggap terhadap tantangan era globalisasi. Untuk menghadapi tantangan tersebut, maka perlu melatih siswa agar mampu belajar secara mandiri dan berkembang kemampuan bernalar serta berpikirnya. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran dari sekolah dasar yaitu membentuk manusia intelektual, mampu memecahkan permasalahan serta mampu berpikir/bernalar. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan strategi metakognitif problem solving merupakan alternatif strategi pembelajaran yang dipertimbangkan dan mampu mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Hal ini ditunjukkan dari skor rerata skor tes awal adalah 27,94; rerata skor akhir 71,54, dan N-Gain 61 (100%) dalam kategori sedang.