Aribowo
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MODAL SOSIAL MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN PARIWISATA PANTAI MUARAREJA INDAH DI KELURAHAN MUARAREJA KECAMATAN TEGAL BARAT KOTA TEGAL Firda Dwi Anjani; Aribowo; Ade Subarkah
Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial, Vol 2 No 2 (2020): LINDAYASOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.271 KB) | DOI: 10.31595/lindayasos.v2i2.319

Abstract

Modal Sosial merupakan aset masyarakat yang dalam pemanfaatannya dapat memberikan keuntungan ekonomi(economic gain) dan manfaat sosial (social benefit). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang: 1)Karakteristik informan, 2) Rasa saling percaya (trust) masyarakat dalam pengelolaan pariwisata, 3) Jaringan ataujejaring masyarakat dalam pengelolaan pariwisata, serta 4) Nilai atau norma yang melembaga bagi masyarakat dalampengelolaan pariwisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatandeskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 6 orang masyarakat dengan status sosial yang berbeda yaitumasyarakat setempat, pemerintah kelurahan, dan anggota kelompok sadar wisata (pokdarwis). Teknik pengumpulandata yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, obeservasi partisipatif moderat dan studidokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data digunakan melalui ketekunan pengamatan dan triangulasi. Teknik analisisdata dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkanmodal sosial masyarakat dalam pengelolaan pariwisata digambarkan lemah, baik pada bonding social capitalkhususnya belum ada pertukaran pengetahuan dan informasi antara masyarakatnya maupun pada bridging socialcapital khususnya jejaring antara masyarakat dan stakeholder yang masih berjalan sporadis. Berdasarkan hasilpenelitian, peneliti mengusulkan program “Optimalisasi Bridging Social Capital melalui Program PEPEK(Penguatan, Pertukaran Pengetahuan, dan Keberlanjutan) dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Muarareja Indah diKelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal”.
KERENTANAN MASYARAKAT KAMPUNG 200 TERHADAP ANCAMAN TANAH LONGSOR DI KELURAHAN DAGO KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG Lola Apriani Dwiyanti; Aribowo; Ade Subarkah
Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial, Vol 2 No 2 (2020): LINDAYASOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.965 KB) | DOI: 10.31595/lindayasos.v2i2.321

Abstract

Kerentanan merupakan suatu kondisi masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuandalam menghadapi ancaman bahaya. Penelitian ini dilakukan di Kampung 200 Kelurahan Dago yangmerupakan daerah yang memiliki kemiringan dan tanah yang labil. Tujuan penelitian ini untukmengetahui gambaran kerentanan masyarakat Kampung 200 terhadap ancaman tanah longsor yangmencakup: 1) Karakteristik informan, 2) Kerentanan fisik, 3) Kerentanan sosial, 4) Kerentanan ekonomi,dan 5) Harapan informan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatifdengan metode deskriptif. Penentuan informan dengan purposive sampling berjumlah lima orang tokohmasyarakat dan satu orang informan dari masyarakat yang terkena dampak dari ancaman tanah longsor.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1) wawancara mendalam, 2) Focus Group Discussion(FGD), 3) observasi, dan 4) studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat Kampung200 Kelurahan Dago termasuk dalam kategori rentan terhadap ancaman tanah longsor. Kerentanan yangdialami masyarakat dibagi menjadi tiga, yaitu kerentanan fisik, kerentanan sosial, dan kerentananekonomi. Kerentanan fisik yang dihadapi masyarakat disebabkan karena kampung 200 yang berada di wilayah yang curam dan mempunyai kemiringan. Kerentanan sosial disebabkan karena masyarakatkurang memiliki kapasitas untuk menghadapi ancaman tanah longsor. Kerentanan ekonomi disebabkankarena mayoritas masyarakat tidak memiliki aset tabungan sehingga tidak memiliki kemampuan untukmenghadapi ancaman tanah longsor. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengusulkan programyaitu “Program Peningkatan Kapasitas Masyarakat Kampung 200 dalam Pengurangan Kerentananterhadap Ancaman Tanah Longsor melalui Kelompok Siaga Bencana (KSB)”. Program tersebut dianalisismenggunakan analisis SWOT dengan melihat kekuatan, kekurangan, peluang, dan ancaman.