Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PELATIHAN AMT (ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MEMBER PERUSAHAAN MLM (Multi Level Marketing) Andhini, Luh Putu Ratih
CALYPTRA : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol 2, No 2 (2013): CALYPTRA : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya
Publisher : University of Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perusahaan MLM (Multi Level Marketing) melakukan penjualanlangsung melalui distributor dengan cara memperkenalkan secara lisan lewat percakapan atau yang disebut personal selling (Swastha dan Irawan, dalam Musa, 2006). Member dalam perusahaan MLM akan dinilai melalui hasil penjualannya untuk mengetahui tinggi rendahnya kemampuan individu dalam menjual, hal ini disebut kinerjawiraniaga/personal selling performance (Surjono, 2009). Menurut Mangkunegara (2008) kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya motivasi (dalam diri individu). Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi berprestasi adalah dengan melakukan pelatihan AMT (Achievement Motivation Training). Achievement Motivation Training (AMT) adalah suatu pelatihan yang berorientasi pada peningkatan motivasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan individu berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui efektivitas pelatihan AMT(Achievement Motivation Training) dalam meningkatkan motivasi berprestasi pada member perusahaan MLM.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang melibatkan satu grup MLM yang masih aktif tetapi memiliki penjualan rendah berjumlah 10 orang. Desain penelitian ada one group pretest-posttestfollow up dan dianalisis dengan teknik statistik t-test. Hasil menunjukkan adanya perbedaan motivasi berprestasi antara sebelum (pretest) dengan sesudah (posttest) pelatihan AMT (p =0.017, p < 0.05) dengan mean pretest ke posttest yaitu 3.8-4.9. Pelatihan ini tidak dapat bertahan lama, terlihat pada hasil t-testposttest dan follow up dengan p = 0.520 (p > 0.05), maka peneliti menyarankan untuk perusahaan menindaklanjuti pelatihan AMT dengan melakukan coaching terhadap para member yang memiliki motivasi berprestasi rendah guna untuk meningkatkan penjualan perusahaan MLM tersebut.
PELATIHAN AMT (ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MEMBER PERUSAHAAN MLM: (Multi Level Marketing) Luh Putu Ratih Andhini
CALYPTRA Vol. 2 No. 2 (2014): Calyptra : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya (Maret)
Publisher : Perpustakaan Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.392 KB)

Abstract

Perusahaan MLM (Multi Level Marketing) melakukan penjualan langsung melalui distributor dengan cara memperkenalkan secara lisan lewat percakapan atau yang disebut personal selling (Swastha dan Irawan, dalam Musa, 2006). Member dalam perusahaan MLM akan dinilai melalui hasil penjualannya untuk mengetahui tinggi rendahnya kemampuan individu dalam menjual, hal ini disebut kinerja wiraniaga/personal selling performance (Surjono, 2009). Menurut Mangkunegara (2008) kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya motivasi (dalam diri individu). Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi berprestasi adalah dengan melakukan pelatihan AMT (Achievement Motivation Training). Achievement Motivation Training (AMT) adalah suatu pelatihan yang berorientasi pada peningkatan motivasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan individu berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui efektivitas pelatihan AMT (Achievement Motivation Training) dalam meningkatkan motivasi berprestasi pada member perusahaan MLM. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang melibatkan satu grup MLM yang masih aktif tetapi memiliki penjualan rendah berjumlah 10 orang. Desain penelitian ada one group pretest-posttestfollow up dan dianalisis dengan teknik statistik t-test. Hasil menunjukkan adanya perbedaan motivasi berprestasi antara sebelum (pretest) dengan sesudah (posttest) pelatihan AMT (p = 0.017, p < 0.05) dengan mean pretest ke posttest yaitu 3.8-4.9. Pelatihan ini tidak dapat bertahan lama, terlihat pada hasil t-test posttest dan follow up dengan p = 0.520 (p > 0.05), maka peneliti menyarankan untuk perusahaan menindaklanjuti pelatihan AMT dengan melakukan coaching terhadap para member yang memiliki motivasi berprestasi rendah guna untuk meningkatkan penjualan perusahaan MLM tersebut.
Peran dukungan pasangan dan keyakinan diri mengelola konflik kerja-keluarga terhadap konflik kerja-keluarga selama work fromhome pada dosen wanita yang sudah menikah Luh Putu Ratih Andhini; Ni Made Sintya Noviana Utami; Anak Agung Dyah Pramudya Dewi; I Gusti Ayu Yurika Wahyuning Shantiyani
Jurnal Psikologi Udayana Vol 8 No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JPU.2021.v08.i02.p05

Abstract

Work-family conflict have been strongly felt by married female lecturers in the midst of the Covid-19 virus pandemic. Lecturers must carry out their duties from home, besides that they also have the task of taking care of children and husbands at home. Work-family conflict can be affected by work family conflict self-efficacy and spouse support. The purpose of this study was to see the relationship between the two variables (work-family conflict self-efficacy and spouse support) simultaneously on work-family conflict in married female lecturers. Subject totaled 21 female lecturers who worked as lecturers at a university. Researchers used the work family conflict, the work family conflict self-efficacy, and spouse support scale. The results obtained by R square = 0.428 means that work-family conflict self-efficacy and spouse support has a role as much as 42.8% in explaining work-family conflict. R value = 0.654; F = 6737; and p = 0.007 ?<0.05 where the hypothesis is accepted, meaning that there is a significant role between work-family conflict, self-efficacy, and spouse support for work-family conflict in married female lecturers at University X during work from home. The Beta value shows that spouse support has a higher value that affects work-family conflict than work-family conflict self-efficacy.
Studi Korelasi: Dukungan Rekan Kerja terhadap Work Family Conflict pada Perempuan Bali yang Bekerja Luh Putu Ratih Andhini; A.A.I Tasya Dewinasurya; Charlie Pascal Jordan Diliano Tulle; Ni Ketut Martina Sri Murti Yeni

Publisher : Ilmu Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/jip.v8i2.2551

Abstract

Perempuan Bali yang bekerja memiliki tiga peran yaitu peran di keluarga, pekerjaan, dan adat-keagaaman. Ketika ada acara adat-keagamaan di banjar perempuan Bali harus meminta ijin di kantor, sehingga ia meninggalkan pekerjaannya. Hal ini akan menjadi work family conflict saat tidak mendapatkan dukungan sosial dari rekan kerja yang menggantikan pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui korelasi dukungan rekan kerja terhadap work family conflict pada perempuan Bali yang bekerja. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner pada 64 perempuan Bali yang bekerja. Peneliti menggunakan skala work family conflict (WFC) yang diadaptasi dari Artiawati (2004) terdapat 12 pernyataan. Skala dukungan rekan kerja digunakan dalam penelitian ini Angket ini dibuat oleh Antani & Ayman (2003), kemudian ditambahkan 1 butir oleh tim Project 3535 milik Artiawati (2012) jumlah terdapat 5 pernyataan. Hasil yang didapatkan terdapat korelasi yang negatif antara dukungan rekan kerja terhadap work family conflict (p = 0.008 < 0.05; Beta = - 0.331; t = -2.764). Dukungan rekan kerja memberikan sumbangsih sebesar 11% terhadap work family conflict dan memiliki korelasi yang tergolong rendah (R = 0.331, R square = 0.110, F = 7.638).
Teacher’s Dilemma during Distance Learning: Work or/and Family? (The Important of Work Family Conflict Self-Efficacy and Spouse Support) Luh Putu Ratih Andhini; Ni Made Sintya Noviana Utami
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 11, No 2 (2022): Volume 11, Issue 2, June 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v11i2.7469

Abstract

The purpose of the study is to find out the correlation between work-family conflict self-efficacy and spouse support work-family conflict. The writer used a quantitative approach to 150 teachers in Denpasar during the Distance Learning which is taken by fulfilling the purposive random system criteria. The instrument work-family conflict scale that had been used, the work-family conflict self-efficacy scale, and the spouse support scale which is already valid and reliable and spreading online. The double regression analysis has been used in this study to process the data. The results are R square = 0.176, Sig. = 0.000 < α, which means there is a correlation between the two independent variables simultaneously to the dependent variable. T-test found that Beta = -0.419; Sig. = 0.007 < α (there is a correlation between work-family conflict self-efficacy to work-family conflict), meanwhile spouse support variable found Beta = -0.004; Sig. = 0.957 > α (there is no correlation between spouse support to work-family conflict). The importance of this study for the teachers that never get support and do not have any self-confidence to process the conflict will give an impact on their mental health such as high-stress levels. Besides that, it can cause domestic violence.   Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri konflik kerja keluarga dan dukungan pasangan terhadap konflik kerja keluarga. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif pada 150 tenaga pendidik di Denpasar selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diambil dengan cara purposive random memenuhi kriteria. Instrumen yang digunakan skala work family conflict, skala work family conflict self-efficacy, dan skala dukungan pasangan yang sudah valid dan reliabel dan disebarkan secara online. Analisis regresi ganda digunakan dalam penelitian ini untuk mengolah data. Hasil yang diperoleh Rsquare=0.176, Sig.=0.000<α, artinya terdapat hubungan antara kedua variabel bebas secara bersamaan terhadap variabel terikat. Uji t diperoleh Beta=-0.419; Sig.=0.007<α (ada hubungan efikasi diri konflik kerja keluarga terhadap konflik kerja keluarga), sedangkan variabel dukungan pasangan diperoleh nilai Beta=-0.004; Sig.=0.957>α (tidak ada hubungan dukungan pasangan terhadap konflik kerja keluarga. Pentingnya penelitian bagi tenaga pendidik yang tidak mendapatkan dukungan dan tidak memiliki keyakinan diri mengelola konflik akan berdampak pada kesehatan mental seperti memiliki tingkat stres tinggi. Selain itu, dapat menyebabkkan kekerasan dalam rumah tangga.
PERBEDAAN TINGKAT WORK FAMILY CONFLICT SELF-EFFICACY DAN TINGKAT WORK FAMILY CONFLICT PADA WANITA BALI YANG BEKERJA PADA LEVEL MIDDLE MANAGEMENT DAN LEVEL LOW MANAGEMENT DI HOTEL X Listiyani Dewi Hartika; Ni Made Devi Lukitasari; Luh Putu Ratih Andhini
Seminar Ilmiah Nasional Teknologi, Sains, dan Sosial Humaniora (SINTESA) Vol 3 (2020): PROSIDING SINTESA
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (692.471 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat work family conflict self-efficacy dan tingkat work family conflict pada wanita Bali yang bekerja di level middle management dan level low management di hotel X. Work family conflict adalah konflik peran dimana tuntutan peran dalam pekerjaan dan keluarga tidak dapat disejajarkan. Faktor yang mempengaruhi work family conflict adalah (1) dalam diri individu; (2) peran keluarga; (3) peran pekerjaan. Karakteristik kepribadian yang ada dalam diri individu salah satunya adalah self-efficacy. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur work family conflict (WFC) adalah skala yang disusun oleh Carlson, et al (2000) yang telah diadaptasi oleh Artiawati dengan nilai Alpha Cronbach 0,930 (> 0,5). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur work family conflict self-efficacy (WFC-SE) adalah skala yang dibuat oleh Cinamon (2003) yang telah diadaptasi oleh Andhini dan Artiawati (dalam Andhini, 2016) dengan nilai Alpha Cronbach 0,848 (> 0,5). Sampel dalam penelitian ini 127 orang dengan menggunakan disproportionate stratified random sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji komparatif Mann-Whitney U Test. Hasil dari uji analisis data untuk perbedaan tingkat work family conflict self-efficacy pada wanita yang bekerja di level middle management dengan low management yaitu terdapat nilai signifikansi P = 0,010. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tingkat work family confict self-efficacy pada wanita yang bekerja di level middle management dan low management. Hasil dari uji analisis data untuk aperbedaan tingkat work family conflict pada wanita yang bekerja di level middle management dengan low management yaitu terdapat nilai signifikansi P = 0,082. Hasil dari penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat work family conflict pada wanita yang bekerja di level middle management dan low management.Kata Kunci: work family conflict, work family conflict self-efficacy, wanita bekerja, wanita menikah, industri perhotelan.
KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT X DITINJAU DARI KEPUASAN KERJA Kadek Nanda Ari Rianti; Luh Putu Ratih Andhini; Nyoman Trisna Aryanata
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 5, No 1 (2023): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v5i1.7566

Abstract

AbstrakOrganisasi ialah sistem yang terdiri dari individu yang saling berpengaruh bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Tercapainya tujuan organisasi jika memiliki pengelolan sumber daya manusia yang baik, sehingga akan meningkatkan komitmen organisasi dan mendapat kepuasan kerja. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi pada karyawan Rumah Sakit X. Penelitian ini menggunakan regresi linear sederhana. Subjek dalam penelitian ini yaitu 231 karyawan Rumah Sakit X. Teknik pengumpulan sampel penelitian ini menggunaan teknik simple random sampling. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepuasan kerja dan skala komitmen organisasi. Pengambilan data dilaksanakan secara online melalui google form. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kepusan kerja terhadap komitmen organisasi pada karyawan Rumah Sakit X. Kepuasan kerja memberikan kontribusi sebesar 38,3% terhadap komitmen organisasi dan 61,7% dipengaruhi oleh faktor lain. Implikasi praktis yang dapat diberikan bagi direktur rumah sakit yaitu mengupayakan untuk bisa meningkatkan kepuasan kerja pada karyawan tetap dan kontrak sehingga memiliki komitmen organisasi yang tinggi, serta akan berdampak pada tingkat turnover menjadi rendah. Kata Kunci: Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Karyawan  AbstractAn organization is a system consisting of mutually influential individuals who work together to achieve certain goals. The achievement of organizational goals if it has good human resource management, so that will increase organizational commitment and get job satisfication. This study aims to see the effect of job satisfaction on organizational commitment to the employees of Hospital X. This study uses simple linear regression. The participants in this study were 231 employees of Hospital X.  The sample collection technique in this study used a simple random sampling technique. The scale used in this study is the job satisfaction scale and organizational commitment scale. Data collection is carried out online via Google form. The results of the study showed a significant effect of job satisfaction on organizational commitment in Hospital employees X. Job satisfaction contributed 38.3% to organizational commitment and 61.7% was influenced by other factors. Practical implications that can be given to hospital directors are trying to increase job satisfaction for permanent and contract employees so that they have high organizational commitment and will have an impact on low turnover rates. Keywords: Job Satisfaction, Organizational Commitment, Employees
Kepercayaan Diri Ditinjau Dari Intensitas Penggunaan Media Sosial Di Era Digital 4.0 Ni Made Irene Novianti Astaningtias; Luh Putu Ratih Andhini
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 4, No 2 (2023): J-P3K AGUSTUS
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v4i2.219

Abstract

Masa era digital 4.0 menunjukkan perkembangan yang signifikan. Perkembangan ini juga berpengaruh pada media sosial. Media sosial menambahkan semakin banyak fitur-fitur aplikasi yang beragam dan dapat dipergunakan oleh siapapun. Semakin banyaknya bermunculan aplikasi-aplikasi terbaru dengan beragam fitur yang dimiliki tentunya pun menarik perhatian kalangan masyarakat terutama bagi remaja awal untuk ikut menggunakannya. Remaja mulai menghabiskan lebih banyak waktu luang dengan media sosial, tak luput juga menjadikan media sosial sebagai lahan bekerja, berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Tentunya, hal ini memenrikan berbagai macam dampak kepada para remaja awal secara positif ataupun negatif. Penelitian ini dilakukan sebagai langkah lanjutan dalam mengatasi dampak yang diakibatkan oleh dampak dari penggunaan media sosial, khususnya pada dampak negative yang terjadi dari media sosial yang dapat mempengaruhi segi psikologis remaja. Salah satunya adalah kurangnya kepercayaan diri remaja akibat pendapat dari orang lain. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Variabel bebas dari penelitian ini yaitu intensitas menggunakan media sosial dan variabel tergantungnya adalah kepercayaan diri. Subjek penelitian adalah remaja awal di Denpasar dan dipilih secara random.
Efektivitas Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Pada Ibu Bali (Perawat) Yang Mengalami Konflik Kerja-Keluarga Luh Putu Ratih Andhini; Ni Made Irene Novianti Astaningtias; Anak Agung Sagung Suari Dewi; Putu Debby Noviyanti Mantara Putri; Sagung Ratih Trisna Pratami Dewi; Ni Made Sintya Noviana Utami
JURNAL SOCIAL LIBRARY Vol 3, No 3 (2023): JURNAL SOCIAL LIBRARY NOVEMBER
Publisher : Granada El-Fath

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/sl.v3i3.165

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh group positive psychotherapy terhadap kesejahteraan psikologis pada perawat yang mengalami konflik kerja-keluarga. Metode penelitian menggunakan group pretest posttest desain yang hanya melibatkan satu kelompok saja yang diberikan perlakuan dan dilakukan dua kali pengukuran terhadap kelompok sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) diberikan perlakuan. Populasi pada penelitian ini adalah para perawat di RS. Sampel penelitian diambil dengan cara purposive random, yaitu memenuhi karakteristik penelitian sebagai berikut: berjenis kelamin perempuan, berada dalam masa kerja aktif, telah menikah, memiliki anak minimal satu (berusia 0-16 tahun), berprofesi sebagai perawat, dan melakukan kegiatan menyama braya. Jumlah sampel berjumlah 30 orang. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala work family conflict (WFC) diadaptasi dari Artiawati dengan reliabilitas 0.901, terdapat 12 item. Skala psychological well-being (PWB) diadaptasi dari Mufliha dengan reliabilitas 0.810, terdapat 30 item. Analisis data penelitian ini menggunakan uji wilcoxon dan uji paired sample t-test. Hasil didapatkan group positive psychotherapy efektif meningkatkan psychological well-being pada ibu Bali (Perawat), tetapi tidak efektif menurunkan konflik kerja-keluarga. Konflik kerja-keluarga dapat diturunkan dengan menggunakan manajemen stres.
Aktualisasi Diri Siswa Ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua Selama Pembelajaran Jarak Jauh Ni Made Sintya Noviana Utami; Luh Putu Ratih Andhini; Anak Agung Sagung Suari Dewi
JURNAL SOCIAL LIBRARY Vol 4, No 2 (2024): JURNAL SOCIAL LIBRARY JULY
Publisher : Granada El-Fath

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/sl.v4i2.226

Abstract

Pembelajaran jarak jauh menjadi metode pembelajaran baru yang diterapkan pada sistem pendidikan akibat adanya pandemi Covid-19. Peran guru kini banyak beralih ke orang tua yang pendampingi anak belajar di rumah untuk mendorong tercapainya tujuan pembelajaran dan tercapainya aktualisasi diri siswa. Penelitian ini ingin menganalisis kembali aktualisasi diri siswa ditinjau dari pola asuh orang tua selama pembelajaran jarak jauh. Partisipan penelitian ini adalah siswa SMP di Denpasar yang dipilih secara random. Skala yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu menggunakan skala pola asuh orang tua mengacu pada teori Baumrind dan skala aktualisasi diri mengacu pada teori Roger. Data dianalsis dengan menggunakan uji one-way anova. Hasil analisis data menunjukkan hasil ada perbedaan yang signifikan nilai rerata aktualisasi diri siswa ditinjau dari empat pola asuh yaitu demokratis, otoriter, permisif, dan penelantaran. Siswa yang diasuh dengan pola asuh demokratis memiliki nilai rerata aktualisasi diri paling tinggi dibandingkan dengan pola asuh lainnya.