Tjondro, Eddy
Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata Sidoarjo

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Ulangan 31:9-13 Sebagai Landasan Strategi Guru Sekolah Minggu Dalam Mengajarkan "Takut akan Tuhan" Utomo, Bimo Setyo; Tjondro, Eddy
SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 1: Pebruari 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.113 KB) | DOI: 10.52220/sikip.v2i1.64

Abstract

A well-organized Sunday School can be the right means for the church to educate children in their spiritual growth so that one day they become a beautiful future for the church and the nation. Church participation through Sunday School teachers is an important part of the spiritual formation of children to instill fear of God. Researchers used Deuteronomy 31: 9-13 which is considered to be one of the important biblical foundations to be studied with the aim of being able to develop as a strategic foundation by Sunday School teachers in teaching the fear of God to children. The method used in this study is a literature review of the biblical text in Deuteronomy 31: 9-13 which is elaborated using lexical and grammatical analysis. From the analysis of the text of Deuteronomy 31: 9-13, three main parts can be found, namely: facing God's presence; listening to God's Word; and learning to fear God which will be the basic strategy(conceptual) of the Sunday School teachers when teaching the fear of the Lord.AbstrakSekolah Minggu yang terselenggara dan terorganisir dengan efektif dan baik dapat menjadi sarana yang tepat bagi gereja untuk mendidik anak-anak dalam pertumbuhan rohaninya sehingga kelak mereka menjadi masa depan yang indah bagi gereja dan bangsa. Partisipasi gereja melalui para guru Sekolah Minggu merupakan bagian yang penting dalam pembentukan kerohanian anak untuk dapat menanamkan takut akan Tuhan. Peneliti menggunakan Ulangan 31:9-13 yang dianggap merupakan salah satu landasan biblika yang penting untuk diteliti dengan tujuan dapat dikembangkan sebagai sebuah landasan strategi oleh para guru Sekolah Minggu dalam mengajarkan takut akan Tuhan pada anak-anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka dari teks Alkitab dalam Ulangan 31:9-13 yang dielaborasi menggunakan analisa leksikal dan gramatikal. Dari hasil analisis teks Ulangan 31:9-13, dapat ditemukan tiga bagian utama, yakni: menghadap hadirat Tuhan; mendengarkan Firman Tuhan; belajar takut akan Tuhan, yang akan dijadikan landasan (konseptual) strategi guru Sekolah Minggu dalam mengajarkan takut akan Tuhan.
Perjamuan Kudus dan Dinamika Hidup Orang Percaya Eddy Tjondro; Suhadi Suhadi
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 3, No 2: Juni 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v3i2.56

Abstract

The Holy Communion teaching is based on Jesus' command on the night before He was arrested to be crucified. Holy Communion is based on the death of Jesus and His resurrection, where His work has resulted in salvation for those who believe in Him. Holy Communion must also be interpreted with the proper understanding. A wrong interpretation of the Holy Communion will result in unfair practices and even lead to quarrels or debates between fellow bodies of Christ. The method used in this research is descriptive qualitative with elaboration from the Bible and other literature sources to formulate the meaning of the Holy Communion for believers today. From the results of this study, it was found that there are four meanings of the Holy Communion for believers today: the meaning of fellowship, the meaning of commemoration, the meaning of preaching, and the meaning of changing life.  AbstrakPengajaran tentang perjamuan kudus didasarkan atas perintah Yesus sendiri pada malam sebelum Ia ditangkap untuk disalibkan. Perjamuan kudus benar-benar mendasarkan diri kepada kematian Yesus dan kebangkitan-Nya, di mana karya-Nya itu telah menghasilkan keselamatan bagi yang mempercayai-Nya. Perjamuan kudus juga harus dimaknai dengan pemahaman yang benar. Pemahaman yang keliru terhadap perjamuan kudus akan menghasilkan pemaknaan serta praktik yang keliru, dan bahkan dapat pula menimbulkan pertengkaran atau perdebatan antar sesama tubuh Kristus. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan elaborasi dari Alkitab dan sumber pustaka lain untuk merumuskan makna perjamuan kudus bagi orang percaya masa kini. Dari hasil penelitian ini didapatkan empat makna perjamuan kudus bagi orang percaya di masa kini, yaitu: makna persekutuan, makna peringatan, makna pemberitaan, dan makna perubahan hidup.  
Model Pembinaan yang Holistik di Asrama bagi Mahasiswa Teologi Bimo Setyo Utomo; Eddy Tjondro
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8, No 2: Juni 2022
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/.v8i2.61

Abstract

Dormitories in a theological education institution not only function to be a shelter for students, but also a place for students to learn from each other's respective regional cultures, learn to socialize, learn to train sensitivity or care, learn to obey and submit to the coaches, and become personal who has the character of Christ. In the field, it is undeniable that there are many problems, such as problems due to diverse student backgrounds, student discipline, student social interactions with the outside world, student adaptation patterns in various dormitories, and many other things. The methodology used in this research is descriptive and qualitative. Support from the Bible and several biblical sources are also presented in a systematic description according to the framework of thinking. From the results of the study, it was found that there were six formulations of student development models in theological institutions in dormitories that were holistic and ideal, namely (1) a spiritual-centered coaching model, (2) a transformative coaching model, (3) an integrative and holistic coaching model, (4) structured discipline model, (5) projective and anticipatory coaching model, and (6) teamwork coaching model.  AbstrakAsrama dalam sebuah institusi pendidikan teologi tidak hanya berfungsi untuk menjadi tempat penampungan mahasiswa saja, tetapi juga merupakan wadah mahasiswa saling belajar budaya daerah masing-masing, belajar bersosialisasi, belajar untuk melatih kepekaan atau kepedulian, belajar untuk taat dan tunduk pada pembina, serta menjadi pribadi yang memiliki karakter Kristus. Di dalam lapangan tidak dipungkiri terdapat banyak masalah, seperti misalnya permasalahan karena latar belakang mahasiswa yang beragam, kedisiplinan mahasiswa, interaksi sosial mahasiswa dengan dunia luar, pola adaptasi mahasiswa di asrama yang beragam, dan masih banyak hal lainnya. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif diskriptif. Dukungan dari Alkitab dan beberapa sumber pustaka juga dipaparkan dalam sebuah uraian sistematis sesuai dengan kerangka berpikir. Dari hasil penelitian, didapatkan enam rumusan model pembinaan mahasiswa di institusi teologi berasrama yang holistik dan ideal, yaitu (1) model pembinaan yang berpusat pada hal rohani, (2) model pembinaan transformatif, (3) model pembinaan integratif dan holistik, (4) model disiplin terstruktur, (5) model pembinaan proyektif dan antisipatif, serta (6) model pembinaan teamwork.