Suhadi Suhadi
Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup, Surakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Memaknai Ulang Panca Tugas Pemimpin Menurut 2 Timotius 4:1-5 Sebagai Pedoman Bagi Kepemimpinan Kristen Masa Kini Etni Grace Andi Yusuf; Suhadi Suhadi; Yonatan Alex Arifianto
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Vol 3, No 2 (2022): Pendidikan Agama Kristen dan Kepemimpinan - Desember 2022
Publisher : Sekolah Agama Kristen Terpadu Pesat Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47530/edulead.v3i2.118

Abstract

In this era of disruption in which the world is undergoing massive changes in all fields that change the entire fabric of people's lives, Christian leadership is also experiencing challenges. A Christian leader is also required to be sensitive to the present. A Christian leader must be realistic in facing various challenges. This article will examine what the duties of a church leader are as a responsibility in his leadership to face the challenges of the times in the form of unhealthy teaching that attacks the life of the congregation. The author bases his study on the five duties of a leader in 2 Timothy 4:1-5. The method that the author uses in the presentation of this article is a descriptive qualitative method with a text analysis approach and literature study. Based on biblical analysis, it can be concluded that the five duties of a leader in facing the challenge of unhealthy teachings in the congregation, so that leaders can help the congregation in maintaining their faith in the midst of today's era of disruption.AbstrakDi era disrupsi ini yang mana dunia tengah mengalami perubahan besar-besaran di segala bidang yang merubah seluruh tatanan kehidupan masyarakatnya, kepemimpinan Kristen juga mengalami tantangan. Seorang pemimpin Kristen juga dituntut untuk peka terhadap kekinian. Seorang pemimpin Kristen harus realistis dalam menghadapi berbagai tantangan Artikel ini hendak mengkaji apa  tugas pemimpin jemaat sebagai tanggungjawab dalam kepemimpinannya untuk menghadapi tantangan zaman berupa pengajaran tidak sehat yang menyerang masuk dalam kehidupan jemaat.  Penulis mendasarkan kajiannya pada lima tugas pemimimpin dalam 2 Timotius 4:1-5. Adapun metode yang penulis gunakan dalam pemaparan artikel ini yaitu metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisi teks dan studi pustaka.  Berdasarkan analisis biblikal maka dapat diperoleh pancatugas seorang pemimpin dalam menghadapi tantangan adanya ajaran yang tidak sehat dalam jemaat, sehingga pemimpin dapat menolong jemaat dalam pemeliharaan iman mereka ditengah-tengah era disrupsi hari ini.
Manajemen Gereja Dan Kepemimpinan Gembala Pasca Pandemi Margaretha Sonya; Suhadi Suhadi; Yonatan Alex Arifianto
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 3 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i3.50

Abstract

It started at the beginning of the pandemic, where the church had to draw up a management plan in church management. Some decided to meet remotely and a number of resources quickly emerged to help the church overcome strategic and technical challenges. Some refuse to meet remotely and try to implement social distancing and hand-washing protocols, leading to changes to new ordinances and procedures. From these problems, the author uses a library research method with a qualitative approach and interviews with pastors and congregations in the process of church service in the post-pandemic era. Use descriptive methods with literature related to church management to provide a clear picture related to pastoral care and where churches must digitize in the post-pandemic period in the future. The conclusion from the discussion of this article is that the church in the post-pandemic era has adapted its practices in worship and pastoral care to protect vulnerable people during the pandemic, initially, but has also opened up possibilities for innovation within the church. Pastoral leadership as a process of integrating Christian leadership and its contribution to church ministry and carrying out its services properly in information management and administrative management according to technological advances in pastoral care.Dimulai pada awal pandemi, dimana gereja harus menyusun rencana pengelolaan dalam manajemen gereja. Beberapa memutuskan untuk bertemu dari jarak jauh dan sejumlah sumber dengan cepat muncul untuk membantu gereja mengatasi tantangan strategis dan teknis. Beberapa menolak untuk bertemu jarak jauh dan mencoba menerapkan protokol jarak sosial dan cuci tangan, yang membuat perubahan tata cara dan prosedur baru. Dari permasalahan tersebut penulis menggunakan metode penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif serta wawancara dengan gembala sidang dan jemaat dalam proses pelayanan gereja era pasca pandemi. Penggunakan metode deskriptif dengan literatur terkait manajemen gereja untuk memberikan gambaran yang jelas terkait dengan pelayanan penggembalaan dan dimana gereja harus melakukan digitalisasi pada masa pasca pandemi ke depan. Kesimpulan dari hasil pembahasan artikel ini adalah gereja di era pasca pandemi telah menyesuaikan praktik dalam tata ibadah dan penggembalaan untuk melindungi orang-orang yang rentan dalam pandemi, pada awalnya, tetapi juga telah membuka kemungkinan untuk inovasi di dalam gereja. Kepemimpinan gembala sebagai proses integrasi kepemimpinan kristen dan kontribusinya dalam pelayanan gereja dan menjalankan pelayanannya dengan baik secara manajemen informasi dan manajemen administrasi sesuai kemajuan teknologi dalam pelayanan pastoral.
Perjamuan Kudus dan Dinamika Hidup Orang Percaya Eddy Tjondro; Suhadi Suhadi
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 3, No 2: Juni 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v3i2.56

Abstract

The Holy Communion teaching is based on Jesus' command on the night before He was arrested to be crucified. Holy Communion is based on the death of Jesus and His resurrection, where His work has resulted in salvation for those who believe in Him. Holy Communion must also be interpreted with the proper understanding. A wrong interpretation of the Holy Communion will result in unfair practices and even lead to quarrels or debates between fellow bodies of Christ. The method used in this research is descriptive qualitative with elaboration from the Bible and other literature sources to formulate the meaning of the Holy Communion for believers today. From the results of this study, it was found that there are four meanings of the Holy Communion for believers today: the meaning of fellowship, the meaning of commemoration, the meaning of preaching, and the meaning of changing life.  AbstrakPengajaran tentang perjamuan kudus didasarkan atas perintah Yesus sendiri pada malam sebelum Ia ditangkap untuk disalibkan. Perjamuan kudus benar-benar mendasarkan diri kepada kematian Yesus dan kebangkitan-Nya, di mana karya-Nya itu telah menghasilkan keselamatan bagi yang mempercayai-Nya. Perjamuan kudus juga harus dimaknai dengan pemahaman yang benar. Pemahaman yang keliru terhadap perjamuan kudus akan menghasilkan pemaknaan serta praktik yang keliru, dan bahkan dapat pula menimbulkan pertengkaran atau perdebatan antar sesama tubuh Kristus. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan elaborasi dari Alkitab dan sumber pustaka lain untuk merumuskan makna perjamuan kudus bagi orang percaya masa kini. Dari hasil penelitian ini didapatkan empat makna perjamuan kudus bagi orang percaya di masa kini, yaitu: makna persekutuan, makna peringatan, makna pemberitaan, dan makna perubahan hidup.  
Pendidikan Kristiani Kontekstual dan Signifikansinya bagi Implementasi Profil Pelajar Pancasila Yohanes Hadi Wibowo; Suhadi Suhadi; Yonatan Alex Arifianto
JURNAL TERUNA BHAKTI Vol 3, No 2: Pebruari 2021
Publisher : SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN TERUNA BHAKTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47131/jtb.v3i2.113

Abstract

Christian education aims to build and live a Christian worldview, practice evangelism and equip oneself to live a more impactful life based on the Bible's metanarrative. Christian education must be able to integrate interrelated learning faiths that impact not only academic matters but also character change. An effective Christian education enables one to study the history of Christianity, both past and present; develop skills to practice faith; reflect a conscious life of the truth of the Christian faith; and maintain the sensitivity needed to live as God's people, helping a sinner to realize his sinfulness which is marked by a change in his image to become like Christ. A good Christian education will be very accommodating to implementing the Pancasila student profile launched by the government. Contextual Christian education will succeed in the government's plan to achieve it and will help Christian schools to maintain their existence amid existing challenges. AbstrakTujuan pendidikan Kristen adalah membangung dan menghidupi Christian world view,  menjalankan penginjilan dan memperlengkapi diri untuk hidup berdasarkan metanarasi Alkitab yang lebih berdampak. Pendidikan Kristen harus mampu mengintegrasikan antara iman pembelajaran yang saling berketerkaitan yang berdampak tidak hanya pada hal akdemis tetapi juga perubahan kharakter. Pendidikan Kristen yang efektif memungkinkan seseorang mempelajari sejarah kekristenan, baik dimasa lalu maupun terkini; mengembangkan keterampilan untuk mempraktekan iman; merefleksikan hidup yang sadar kebenaran iman Kristiani; dan memelihara kepekaan yang diperlukan untuk hidup sebagai umat Allah,  menolong seseorang yang berdosa menyadari keberdosaannya yang ditandai perubahan citra dirinya menjadi serupa dengan Kristus. Pendidikan Kristen yang baik akan sangat akomodatif terhadap impelmentasi profil pelajar Pancasila yang dicanangkan oleh oleh pemerintah. Pendidikan Kristen secara kontekstual akan menyukseskan rencana pemerintah dalam mencapainya dan akan menolong sekolah-sekolah Kristen untuk tetap mempertahankan eksistensinya di tengah-tengah tantangan yang ada.