Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Hubungan antara depresi, gangguan fungsi kognitif, dan kualitas hidup penduduk usia lanjut di Desa Pedawa, Kabupaten Singaraja, Bali Juniarta, Pande Made; Aryana, I Gusti Putu Suka
Jurnal Penyakit Dalam Udayana Vol 2 No 1 (2018): Vol 2 No 1 (2018) January-June 2018
Publisher : PAPDI BALI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.615 KB)

Abstract

Latar Belakang: Depresi adalah gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan pada usia lanjut di seluruh dunia. Insiden depresi pada usia lanjut sering tidak terdeteksi dan bentuk depresi onset lambat sangat terkait dengan gangguan kognitif, risiko penyakit, kecacatan, dan kualitas hidup yang rendah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara depresi, gangguan kognitif, dan kualitas hidup penduduk di Desa Pedawa, Singaraja. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong-lintang yang dilakukan pada 13-14 Agustus 2016 dengan sampel sebanyak 117 orang. Penilaian depresi menggunakan kuesioner GDS-15, gangguan kognitif menggunakan kuesioner AMT, dan kualitas hidup dinilai menggunakan kuesioner EQ5D. Sampel diperoleh dengan menggunakan metode konsekutif sampling dan data dianalisis menggunakan SPSS versi 16.0. Hasil: Karakteristik sampel adalah 54 orang (46,2%) pria dan 63 orang (53,8%) adalah wanita. Prevalensi depresi didapatkan sebanyak 24 orang (20,5%) dan gangguan kognitif sebanyak 64 orang (54,7%). Sampel dengan kualitas hidup yang baik, sedang dan buruk masing-masing adalah 35 (29,9%), 66 (56,4%), dan 16 orang (13,7%). Hasil analisis bivariat didapatkan hubungan bermakna antara depresi dengan gangguan fungsi kognitif dan tingkat ekonomi (p < 0,05). Sedangkan hubungan antara depresi dan kualitas hidup diperoleh hasil yang tidak bermakna (p = 0,49). Simpulan: Didapatkan hubungan yang bermakna antara depresi dan gangguan kognitif dan tingkat ekonomi pada penduduk di Desa Pedawa, Kecamatan Singaraja, Bali
Kadar interleukin 6 serum sebagai prediktor luaran rawat inap pada lanjut usia di desa Pedawa Buleleng Bali Semaradana, Wayan Giri Putra; Suka Aryana, I Gusti Putu; Tuty Kuswardhani, RA; Astika, I Nyoman; Putrawan, Ida Bagus; Rai Purnami, Ni Ketut
Jurnal Penyakit Dalam Udayana Vol 2 No 1 (2018): Vol 2 No 1 (2018) January-June 2018
Publisher : PAPDI BALI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.044 KB)

Abstract

Latar Belakang: Angka rawat inap semakin meningkat seiring pertambahan usia sehingga meningkatkan biaya kesehatan. Salah satu faktor risikonya adalah adanya immunosenescence. Inflamasi kronik merupakan penyebab dari immunosenescence dan dapat ditandai dengan peningkatan serum interleukin 6. Tujuan: Mengetahui apakah kadar interleukin 6 (IL-6) serum merupakan prediktor terjadinya luaran rawat inap pada lanjut usia. Metode: Penelitian ini merupakan studi prospektif analitik dengan jumlah sampel sebanyak 76 orang lanjut usia (usia ≥ 60 tahun) di Desa Pedawa Buleleng Bali yang diambil secara stratified random sampling. Pemeriksaan IL-6 kadar serum memakai reagen Quantikine HS Human IL-6 Immonoassay dengan satuan pg/mL. Luaran rawat inap diobservasi selama 6 bulan. Analisis data berupa deskriptif, bivariat (uji komparasi dan uji tabulasi silang) dan analisis multivariat yang menggunakan regresi logistik. Hasil: Rerata kadar IL-6 serum didapatkan 2,8 ±4,09 pg/mL. Dari hasil observasi selama 6 bulan, didapatkan subyek yang mengalami luaran rawat inap sebanyak 12 orang (15,8%). Perbedaan rerata kadar IL-6 serum yang siginifikan didapatkan antara kelompok yang mengalami rawat inap (IK 95%; p <0,01) dibandingkan dengan yang tidak. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa kadar IL-6 serum tetap mempengaruhi terjadinya luaran rawat inap setelah mengendalikan variabel perancu (IK 95%; p <0,01). Uji chi-square menunjukkan subyek dengan kadar IL-6 serum tinggi mempunyai resiko relatif mengalami luaran rawat inap sebesar 18,8 (IK 95%; p <0,01). Simpulan: Kadar IL-6 serum yang tinggi merupakan prediktor luaran rawat inap lanjut usia.
Faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar Surya Rini, Sandra; Kuswardhani, Tuty; Aryana, Suka
Jurnal Penyakit Dalam Udayana Vol 2 No 2 (2018): Vol 2 No 2 (2018) July-December 2018
Publisher : PAPDI BALI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.024 KB)

Abstract

Latar Belakang: Gangguan kognitif merupakan salah satu masalah kesehatan lansia dan merupakan prediktor mayor kejadian demensia yang masih menjadi permasalahan kesehatan dan sosial. Penurunan fungsi intelektual merupakan masalah paling serius ketika proses penuaan yang akan mengakibatkan lansia sulit untuk hidup mandiri, dan meningkatkan risiko terjadinya demensia sehingga lansia akan mengalami gangguan perilaku dan penurunan kualitas hidup. Tujuan: Melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar, Bali. Metode: Studi ini menggunakan desain analitik potong lintang dengan metode pengambilan sampel adalah total sampling. Sebanyak 30 sampel terkumpul, dengan 10 sampel dengan fungsi kognitif normal dan 20 sampel memiliki gangguan kognitif. Sampel dilakukan wawancara untuk mengetahui karakteristik demografi. Variabel gangguan pendengaran dinilai dengan kuisioner Hearing  Handicap  Inventory  for  the  Elderly-Screening, Frailty diukur dengan menggunakan Fried Frailty Index, tingkat kemandirian dinilai dengan Activity Daily Living Barthel dan fungsi kognitif dengan kuisioner Montreal Cognitive Assessment Indonesia. Analisis data menggunakan SPSS 17 dengan uji fisher’s exact. Hasil: Sejumlah 30 sampel lansia yang berusia 61-94 tahun mengikuti studi ini dengan median usia 73,73 tahun. Sebanyak 20 sampel didapatkan ada gangguan kognitif dan 10 sampel memiliki fungsi kognitif normal. Skor MoCA-INA berkisar antara 11 – 27 dengan rata-rata skor 19. Dari berbagai variabel yang dianalisis, gangguan pendengaran(p=0,000), tingkat kemandirian (p=0,005), frailty (p=0,017) berhubungan dengan gangguan kognitif secara bermakna. Simpulan: Terdapat 20 orang (67%) mengalami gangguan kognitif. Gangguan pendengaran, frailty, tingkat kemandirian merupakan variabel yang berhubungan dengan gangguan kognitif pada studi ini.
Hubungan antara kadar HbA1c dengan kejadian depresi pada pasien geriatri Wirawan, I Made Budi; Aryana, I G PSuka; Kuswardhani, RATuty
Medicina Vol 47 No 3 (2016): September 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.106 KB)

Abstract

Geriatric depression scale(GDS) adalah sebuah alat untuk skrining terjadinyagejaladepresi pada pasien geriatri. Adalima faktor atau variabel yangmenyusunGDS seperti dysphoric1 (dysphoricmood) dan 2 (putus asa), kecemasan,gangguan kognitif, penarikan-apatis-vigor, dan agitasi. Studi terbaru menunjukkan bahwa ada data yang tidakkonsistenantara hubungan kontrol glikemik yang buruk dan depresi. HbA1C bisa digunakan sebagai parameterkontrol glikemik pada pasien diabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukankorelasi antara skor GDSdengankadar HbA1C pada pasien geriatri diabetes dan untuk mengetahuivariabel GDSapa sajayang dominanberpengaruh. Penelitian ini merupakan penelitianpotong-lintanganalitik yang dilakukan di Rumah SakitUmum Pusat(RSUP)Sanglah dari bulanMei 2014sampai Juli 2014. Subjek penelitian ini adalah pasien geriatri yang dirawat dirumah sakit dan menjalani perawatan poliklinik di RSUPSanglah. Pasien dikumpulkansecaraconsecutive sampling.Uji korelasi Spearmandigunakan untuk menentukan korelasi antara skor GDS dengankadar HbA1C. Sebanyak 40sampel dilibatkan dalam penelitian ini, 25 (62,5%) adalahlelaki dan 15 (37,5%) adalah perempuan dengan medianusia 66,7 (60-86) tahun. Ada korelasi positif lemah yang signifikan antaraskorGDS dankadar HbA1C (r= 0,338;P<0,001). Persentasereratafaktor GDS atau variabel yang dominan disertai gejala depresi adalah faktor kecemasanyaitu66,6%. Disimpulkan ada korelasi antara skor GDS dengankadar HbA1C. Kecemasan merupakan faktoryangpalingdominanmenyertai gejaladepresi pada pasien geriatri dengan diabetes. [MEDICINA. 2016;50(3):52-57]The Geriatric depression scale (GDS) is an instrument for screeningdepression symptoms in geriatric patient. Thereare five factorsor variableswhich construct of GDS such as dysphoric 1 (dysphoric mood) and 2 (hopelessness),anxiety, cognitive impairment, withdrawal-apathy-vigor (WAV), and agitation.Recent study showedthat there is aninconsistencydata between relation of poor glycemic control and depression. HbA1C can use as a parameter ofglycemic control in diabetic patient. The objective of this study was to determine the correlation between the GDSscore with HbA1C levels in diabetic geriatric patients and to know whichvariableof GDS was dominantly take effectas well. This study was a cross-sectional analytic study conducted in Sanglah Hospital from May 2014 to July 2014.Subjects of this study were geriatric patients who were hospitalized and undergoingoutpatientclinic care at SanglahHospital. Patients were collected by consecutive sampling. Spearman correlation test was used to determine thecorrelation between GDS scoreandHbA1C level. A total of 40 samples were included in this study, of which 25(62.5%) was male and 15 (37.5%) was female with a median of age was 66.7 (60-86) years old. There was asignificant weakpositive correlation between the GDS score and HbA1C level (r = 0.338; p <0.001). Whereas, a meanpercentage of GDS factor or variable which dominantly accompanied of depression symptoms was anxiety factor thatis 66.6%. It wasconcluded that there wascorrelation between the GDS scoreandHbA1C levels. Anxiety was adominant factor accompanied of depressionsymptomsin geriatric diabetic patient.[MEDICINA.2016;50(3):52-57]
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI PADA PENDUDUK BALIAGE DI DESA PEDAWA, BULELENG, BALI Budhiart, AAG; Suka Aryana, IGP
Medicina Vol 38 No 2 (2007): Mei 2007
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Obesitas, diabetes melitus (DM) dan tekanan darah tinggi merupakan komponen dari sindroma metabolik (SM), dan merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner. Obesitas saat ini merupakan masalah global dan mewabah diseluruh dunia. Telah dilakukan cross-sectional community based study di desa Pedawa, suatu desa terpencil yang berlokasi di Bali Utara dengan populasi penduduk Baliage. Sampel penelitian diambil secara simple systematic sampling dari register data kependudukan Diperoleh sebanyak 294 sampel penelitian yang terdiri dari 136 (46,3%) laki-laki, dan 158 (53,7%) wanita dengan umur rata-rata 45,2 tahun. Prevalensi obesitas (IMT ?? 25 kg/m2) sebanyak 43 orang ( 14,7%), dan underweight ( IMT ?? 18,5 kg/m2) sebanyak 54 orang (18,6%). Prevalensi gangguan glukosa darah puasa dan DM masing-masing sebanyak 4 orang ( 1,4%) dan 11 orang (3,9%). Prevalensi hipertensi sistolik dan diastolik masing-masing 14,6% dan 12,2%. Tidak dijumpai adanya korelasi antara obesitas dengan DM dan hipertensi. Dijumpai korelasi antara kadar glucosa darah dengan hipertensi sistolik. Kebanyakan dari sampel dengan DM dan hipertensi dijumpai pada penduduk dengan usia lanjut. Prevalensi DM dan hipertensi pada penduduk desa Pedawa mungkin lebih banyak disebabkan oleh proses penuaan dan faktor genetik.
KORELASI NEGATIF ANTARA CHARLSON COMORBIDITY INDEX DENGAN JUMLAH LIMFOSIT TOTAL DAN KADAR ALBUMIN PADA PASIEN GERIATRI Suastika, Ngakan Ketut Wira; Aryana, IGP Suka; Kuswardhani, RA Tuty
Medicina Vol 46 No 3 (2015): September 2015
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.114 KB)

Abstract

Charlson comorbidity index (CCI) merupakan metode untuk memprediksi mortalitas denganmengklasifikasikan berbagai kondisi komorbid dan telah digunakan secara luas untuk mengukurbeban penyakit. Malnutrisi juga berhubungan dengan peningkatan angka mortalitas dan morbiditas.Jumlah total limfosit (total lymphocyte count/TLC) dan kadar albumin berhubungan dengan penurunanfungsi tubuh pada malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara CCI denganTLC dan kadar albumin pada pasien geriatri.Penelitian ini merupakan penelitian potong lintanganalitik yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar pada bulan Juli 2013 sampai dengan Maret2014. Subyek penelitian adalah pasien geriatri yang menjalani perawatan di RSUP Sanglah Denpasar.Sampel didapat dengan cara consecutive sampling. Untuk mengetahui korelasi antara CCI denganTLC dan kadar albumin digunakan uji korelasi Spearman.Sebanyak 80 sampel termasuk dalampenelitian ini. Sebanyak 50 (62,5%) adalah laki-laki dan 30 (37,5%) adalah perempuan dengan medianumur 74,0 (66-98) tahun. Terdapat korelasi negatif kuat yang signifikan antara CCI dengan TLC (r =-0,791; P<0,0001) dan juga korelasi negatif kuat antara CCI dan kadar albumin (r = -0,844; P<0,0001).Disimpulkan terdapat korelasi negatif kuat antara CCI dengan TLC dan kadar albumin. [MEDICINA2015;46:170-3].The charlson comorbidity index (CCI) is a method for predicting mortality by classifying comorbidconditions has been widely utilized to measure burden of disease. Malnutrition is also related toincreased mortality and morbidity rate. Total lymphocyte count (TLC) and albumin level is related todecreased body function in malnutrition. The objective of this study was to determine the correlationbetween the CCI score with TLC and albumin levels in geriatric patients.This study was a crosssectionalanalytic study conducted in Sanglah Hospital from July 2013 to March 2014. Subjects of thisstudywere geriatric patients who hospitalized at Sanglah Hospital. Patients were collected byconsecutivesampling. Spearman correlation test was used to determine the correlation between CCIscorewith TLC and albumin level. A total of 80 samples were included in this study, of which 50(62.5%)was male and 30 (37.5%) was female with a median of age was 74 (66-98) years old. There wasasignificant strong negative correlation between the CCI score and TLC (r = -0.791; P<0.0001) and alsoasignificant strong negative correlation between the CCI and albumin level (r = -0.844; P<0.0001). Itwasconcluded that there is astrong negative correlation between  the CCI score with TLC and albuminlevels.[MEDICINA2015;46:170-3].
RERATA DURASI PENDERITA DIABETES MELITUS TERKENA NEFROPATI DIABETIK SEJAK TERDIAGNOSIS DIABETES MELITUS PADA PASIEN DI POLIKLINIK GERIATRI RSUP SANGLAH Ludirdja, Jovita Secunda; Kencana, Leonard; Kurniawan, Katrin; Adyana, Michelle Prinka; Aryana, IGP Suka
IPTEKMA Volume 2 No.1 - Desember 2010
Publisher : Bidang Kemahasiswaan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.805 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rerata durasi penderita diabetes melitus terkena nefropati diabetik sejak penderita terdiagnosis diabetes melitus. Subyek penelitian diambil secara consecutive sampling di poliklinik Geriatri RSUP Sanglah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta telah setuju untuk ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani lembar informed consent. Data penelitian diperoleh dari hasil wawancara dengan subyek penelitian, pemeriksaan fisik, dan melihat rekam medis pasien. Didapatkan 30 subyek penelitian yang terdiri dari 18 (60%) laki–laki dan 12 (40%) perempuan dengan rentang usia 61 sampai 80 tahun. Rata–rata onset diabetes 13,97±6,322 tahun yang lalu dan didapatkan rerata durasi subyek penelitian terdiagnosis diabetes sampai terkena nefropati diabetik adalah 11,90±4,852 tahun. Dari keseluruhan subyek penelitian, sebanyak 10 (33,3%) dengan kontrol gula darah (HbA1c) kategori baik (<6,5%), 11 (36.7%) kategori sedang (6,5-8%) dan 9 (30%) termasuk kategori buruk (>8%). Pada 11 subyek dengan kontrol gula darah kategori sedang yang dianggap optimal untuk lansia, 9 (81,9%) menggunakan insulin, dan 2 (18,1%) menggunakan obat anti diabetes (OAD). Sedangkan pada 9 subyek dengan kontrol gula darah yang buruk, 2 (22,2%) menggunakan insulin, 3 (333%) menggunakan OAD, dan 4 (44,5%) tidak menggunakan terapi apapun.
HUBUNGAN ANTARA ACTIVITIES SPECIFIC BALANCE CONFIDENCE SCALE DENGAN UMUR DAN FALLS PADA LANSIA DI POLIKLINIK GERIATRI RSUP SANGLAH DENPASAR Yuna Ariawan, IW; Kuswardhani, RA Tuty; Astika, IN; Suka Aryana, IGP
journal of internal medicine Vol. 12, No. 1 Januari 2011
Publisher : journal of internal medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (72.503 KB)

Abstract

Falls are a major health problem for elderly. Apart from the direct injuries resulting from falls, other long-term consequencesmay include disability, fear of falling, and loss of independence, which can have serious effects on people?s health and qualityof life. These risk factors are categorized into two distinct groups: intrinsic and extrinsic factors. Psychological factors, morecommonly referred to the ?fear of falling syndrome?, have been linked to signi! cant reductions of daily activities in fallersresulting in a loss of independence. The Activities-Speci! c Balance Con! dence (ABC) scale was used to measure con! dence incarrying out speci! c activities without falling or becoming unsteady. We conduct an analytic cross-sectional study to determineassociation between ABC scale with age and falls in elderly. Fifty two elderly outpatient, age over 60 years at Geriatric ClinicSanglah Hospital Denpasar on January 2010 recruited for this study. All subjects were asked questionnaire of ABC scale andhistory of falls. Health status was taken from physical examination and medical records. Data were analyzed using SPSSsoftware 17 version.There were 52 elderly outpatient consisted of 26 (50%) men, 26 (50%) women, age range 61 ? 87 years, mean 70.6 ±6.5 years, and 17.3% of them have history of falls. Total ABC scale mean were signi! cantly difference between women andmen (81.2 ± 14.1 vs 90 ± 12.8 p < 0.05); OA and without OA (80.5 ± 18.1 vs 88.6 ± 10.3 p < 0.05); and between faller and nonfaller(73.5 ± 13.6 vs 88.2 ± 12.9 p = 0.01). There was no signi! cant correlation between ABC scale and age. The ABC scalewith cut off 82.9 has signi! cantly association with falls p = 0.01; prevalence ratio = 7.0 95%CI 1.6 ? 49.8; 74.4% sensitivity,78% speci! city. As a conclusion we found lower total ABC scale has signi! cantly association with falls in elderly and has goodsensitivity and speci! city on scale below 82.9%.
KORELASI ANTARA BRACHIAL-ANKLE PULSE WAVE VELOCITY DAN PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES GERIATRIK Ratna Saraswati, Made; Suka Aryana, IGP; Astika, Nym; Kuswardani, Tuty; Suastika, K
journal of internal medicine Vol. 7, No. 2 Mei 2006
Publisher : journal of internal medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.425 KB)

Abstract

Brachial-ankle pulse wave velocity (baPWV) is an indicator of limb arterial stiffness. Dislipidemia is a major risk factorof atherosclerosis and may worsen baPWV by increasing the blood viscosity. This study aims to know the correlation betweenbaPWV and the lipid profile in diabetic geriatric patients. Cross sectional analytic study has conducted in geriatric polyclinic,Sanglah hospital. Pulse wave velocity was measured using an automatic device (Fukuda VS 1000). Lipid profile were taken beforetest was done. Data was expressed in mean + SD, analyzed by t-test compare mean and Pearson correlation by using SPSS 11.0.There were 61 patients involved, 40 (65.6%) male and 21 (34.4%) female, age between 60-82 (mean 67.23 + 5.79) years old.Cholesterol total level, LDL-C, HDL-C, and triglyceride were vary among subject, range (means + SD) as 96-312 (198.7 + 42.3)mg/dL, 54-314 (133.2 + 40.4) mg/dL, 27-67 (45,5 + 9.0) mg/dL, and 51-438 (138.6 + 80.0) mg/dL, respectively. BaPWV on theright limbs were between 920-2260 (1605.4 + 228.5) cm/sec, on the left limbs were 870-2240 (1628.0 + 274.8) cm/sec, and meanright/left limbs baPWV were 895-2240 (1616.7 + 241.8) cm/sec. A significant correlation were found between triglyceride leveland the left baPWV (r = 0.3, p = 0.019), while no significant correlation were found on the right side and mean r/l. There weresignificant difference of left limb baPWV among high (>150 mg/dL) and normal triglyceride level group (<150 mg/dL, accordingATP-III). Brachial-ankle pulse wave velocity correlated positively with triglyceride level in diabetic geriatric patients.
HUBUNGAN ANTARA SUDUT KELENGKUNGAN THORAK DAN SELISIH TINGGI BADAN UKUR DAN TINGGI BADAN HITUNG BERDASARKAN TINGGI LUTUT PADA PASIEN USIA LANJUT DI POLIKLINIK GERIATRI RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR Wiryani, Cilik; Kuswardhani, Tuty; Aryana, Suka; Astika, Nyoman; -, Yanson; Widana, K
journal of internal medicine Vol. 11, No. 1 Januari 2010
Publisher : journal of internal medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.469 KB)

Abstract

Anthropometric measurements are part of the nutritional assessment which is an important component of health care.Measuring the individual!s stature with accuracy is very important because it is a basis for estimating basal energy expenditureand consequent nutrient needs and to calculate indices of nutrient status. However, common methods of nutritional anthropometricassessment are not entirely satisfactory for all elderly persons. Certain measurements such as stature may be difÞ cult to obtainbecause of postural changes, thinning of the disks of the spinal column, and diminution in the height of the vertebrae, all of whichare associated with aging.This study conducted to investigate the correlation between thoracic hyperkyposis with the difference of height calculatedwith WHO formula and actual height measurements in elderly patients among geriatric outpatient clinic, Sanglah hospital. Thisis a descriptive study at August 2008. Height was calculated with WHO formula. For men 59.01 + (2.08 x knee height) and forwomen 75 + (1.91 X knee height) - (0.17 X age) and compared with actual height measurements. Data analyzed with analyticdescriptive Spearman!s correlation.There were 91 elderly patients included, male 38 (41.8%), female 53 (58.2%). Mean of age was 70.61 years ± 5.75 SD,actual height measurements was 155.30 cm ± 9.37 SD, height calculated with formula was 160.35 cm ± 8.59 SD, knee heightwas 49.60 ± 3.39 SD, thoracic hyperkiposis was -17.210 ± -11.7 SD and the difference between height formula and actual heightmeasurements was 4.99 cm ± 5.84 SD.There were no correlation between thoracic hyperkyposis and the difference of heightcalculated with WHO formula and actual height measurement with r = 0.001, p = 0.993. There were no correlations betweenbetween thoracic hyperkyposis with the difference of height calculated with speciÞ c formula and actual height measurements inelderly patients among geriatric outpatient clinic, sanglah hospital