Ketunarunguan berdampak pada aspek bahasa dan interaksi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi sosial siswa tunarungu jenjang sekolah dasar di sekolah inklusif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses interaksi sosial siswa tunarungu jenjang sekolah dasar di sekolah inklusif cukup baik, siswa dapat bertindak sebagai pihak yang memberikan aksi dan pihak yang memberikan reaksi. Bentuk interaksi sosial yang berkembang pada siswa tunarungu adalah menggoda, kerjasama, agresi, berselisih, persaingan, simpati, pembangkangan, tingkah laku berkuasa, dan mementingkan diri sendiri. Hambatan yang terjadi pada siswa tunarungu yaitu hambatan internal dalam berkomunikasi, berupa kesulitan dalam mengungkapkan keinginan pada lawan bicara, dan kesulitan dalam memahami apa yang diungkapkan lawan bicara. Untuk mengatasinya upaya yang dilakukan siswa tunarungu itu sendiri yaitu berkomunikasi menggunakan isyarat dan media lainnya seperti ujaran, gerakan tubuh, tulisan dan gambar. Upaya yang dilakukan guru adalah melakukan kegiatan membaca, mengajar dengan menggunakan ujaran yang jelas dan disertai isyarat atau gerakan tubuh. Sedangkan upaya yang dilakukan teman sebaya adalah belajar bahasa isyarat, membantu mengucapkan kata-kata dengan benar, dan membantu siswa tunarungu untuk menerjemahkan bahasa.