Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

POTENSI PEMBENTUKAN PATI RESISTEN DAN ANTIOKSIDAN DALAM PEMBUATAN NASI SECANG: The Potency of Resistant Starch Formation and Antioxidant in the Making of Secang Rice Franciscus Sinung Pranata; Ekawati Purwijantiningsih; Yuliana Reni Swasti
Pro Food Vol. 7 No. 2 (2021): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/profood.v7i2.201

Abstract

ABSTRACT Secang (Caesalpinia sappan) is known as a red coloring agent in histological staining. One of the active components found in Secang is the brazilin compound. These compounds are reported to have biological activities such as hypoglycemic and antioxidants. The formation of resistant starch in traditional food processing such as secang rice as an effort to reduce blood glucose levels has never been reported. The aims of this study were to determine the total phenolic and antioxidant activity of secang wood extract in the manufacture of secang rice, and to determine the levels of resistant starch of secang rice with different concentrations of addition of secang wood extract. This research was conducted using 4 treatments of secang wood extract, control (without secang wood extract), 5 mL, 7.5 mL, and 10 mL of secang wood extract. The parameters analyzed were total phenolic, antioxidant activity (DPPH) in secang extract and secang rice, and content of resistant starch in secang rice. The results showed that the total phenolic extract of secang wood was 3524.03 ± 20.42 mg GAE / 100 g of the sample and the percent inhibition of free radicals was 94.01 ± 1.76%. The higher the addition of secang wood extract to 10 mL is, the higher the total phenolic and percent free radical inhibition in secang rice. The highest total phenolic and percent free radical inhibition was found in rice which was added with 10 mL of secang extract, i.e. 13.75 ± 0.96 mg GAE / sample and 75.77 ± 0.77%, and the highest resistant starch content was 1.6 ± 0.24%.   ABSTRAK             Secang (Caesalpinia sappan) dikenal sebagai bahan pewarna merah dalam pewarnaan histologi. Salah satu komponen aktif yang terdapat pada secang adalah senyawa brazilin. Senyawa ini dilaporkan memiliki aktivitas biologi seperti hipoglikemik dan antioksidan. Pembentukan pati resisten dalam pengolahan pangan tradisional seperti nasi secang sebagai upaya menurunkan kadar glukosa darah belum pernah dilaporkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui total fenolik dan aktivitas antioksidan ekstrak kayu secang dalam pembuatan nasi secang, serta mengetahui kadar pati resisten nasi secang dengan konsentrasi penambahan ekstrak kayu secang yang berbeda. Penelitian ini dilakukan menggunakan 4 perlakuan ekstrak kayu secang yaitu kontrol (tanpa ekstrak kayu secang), 5 mL, 7,5 mL, dan 10 mL ekstrak kayu secang. Parameter yang diuji adalah total fenolik, aktivitas antioksidan (DPPH) pada ekstrak secang dan nasi secang, serta kadar pati resisten pada nasi secang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total fenolik ekstrak kayu secang sebesar 3524,03 ± 20,42 mg GAE/100 g sampel dan persen penghambatan radikal bebas 94,01 ± 1,76%. Semakin tinggi penambahan ekstrak kayu secang hingga 10 mL, maka semakin tinggi total fenolik dan persen penghambatan radikal bebas pada nasi secang. Total fenolik dan persen penghambatan radikal bebas tertinggi terdapat pada nasi yang yang ditambah 10 mL ekstrak secang yaitu 13,75 ± 0,96 mg GAE/sampel dan 75,77 ± 0,77%, serta kadar pati resisten tertinggi sebesar 1,6 ± 0,24%.
Kualitas Cake Dengan Variasi Tape Ketan Hitam (Oryza sativa var. glutinosa) Menggunakan Pewarna Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Anisa Safira Kusuma Wardani; Sinung pranata; Yuliana Reni Swasti
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 10, No 2 (2020): Kajian Pangan dan Gizi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jpg.10.2.2020.1-11

Abstract

Black sticky rice is potential food which can be used to source bioactive compounds, carbohydrate, antioxidant, and fiber. Activity of active compounds and nutrition which contained in food ingredient it can increase with fermentation. Black sticky tapai which has sour flavor it less liked by most people, so it needs to be processed by making cakes. This research purpose is to know the effect variation of wheat flour and black sticky tapai, and to know the best variation of wheat flour and black sticky tapai to physical, chemical, microbiological, and organoleptic. The research using different concentration of black sticky tapai, there are K (0:1), A (1:1), B (1:2), and C (1:3), and colorant of butterfly pea flower using the same concentration. The best result of this research is cake with concentration B (1:2). Result showed that cake with concentration B (1:2) was contained 33,00 % water content, 1,37 % ash content, 19,72 % fat content, 7,70 % proteins content, 38,43 % carbohydrate content, 0,48 mg GAE/g phenolics content, 24,62 % antioxidant content, 158 g texture analysis, cake has white color, 5,20 log CFU/g total plate count, and 3,23 log CFU/g yeast molds.
Kualitas Muffin Dengan Kombinasi Tepung Pisang Kepok Putih (Musa paradisiaca forma typica) Dan Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata) Cindy Yong Kurnia Putri; Fransiskus Sinung Pranata; Yuliana Reni Swasti
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 4, No 2 (2019): June 2019
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v4i2.2471

Abstract

Muffin merupakan quick bread yang tidak memerlukan waktu pengulenan, pengembangan dan pengistirahatan. Ciri khas muffin adalah permukaan roti berupa crust merekah secara simetris dan berwarna cokelat keemasan. Penggunaan tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning pada proses pembuatan muffin berguna untuk meningkatkan kandungan serat dan betakaroten. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas produk muffin berbahan baku tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning dari parameter kimia, fisik, mikrobiologi dan organoleptik. Penelitian ini juga berguna agar dapat mengetahui konsentrasi dari kombinasi yang terbaik pada tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning dalam pembuatan muffin. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan kombinasi tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning sebesar 100:0:0 sebagai kontrol, 80:15:5, 80:10:10 dan 80:5:15. Hasil penelitian yang diperoleh dari produk muffin memiliki kadar air sebesar 17,80-21,33 %, kadar abu 0,43-0,99 %, kadar protein 8,06-11,14 %, kadar lemak 20,19-23,27 %, kadar karbohidrat 46,63-49,73 %, kadar serat kasar 3,28-6,60 %, kadar serat larut 1,40-4,37 %, kadar serat pangan 4,68-10,98 %, kadar betakaroten 470,56-3724,13 µg/100g serta uji mikrobiologi yang terdiri dari angka lempeng total dan kapang khamir yang telah memenuhi standar SNI roti manis (SNI-3840-1995). Muffin dengan kombinasi tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning yang memiliki kualitas terbaik adalah 80:15:5 dilihat dari parameter fisik, kimia, mikrobiologi dan organoleptik.
Peningkatan Kualitas Penanganan Pascapanen Kopi Di Gapoktan Sejahtera Umbulharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta Yuliana Reni Swasti; Dinar Gumilang Jati; Ekawati Purwijantiningsih
Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2022): Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrokreatif.8.1.22-31

Abstract

The coffee farmers of Farmer Union (Gapoktan) Sejahtera Umbulharjo had a lack of knowledge of good coffee post-harvest handling such as the best harvesting time, fermentation, drying, roasting green been extracting, and packaging roasted coffee need to be improved through extension and training postharvest handing. This research aimed to improve the quality of the coffee postharvest handling. The methods employed are extension and training. The result showed the increase of Gapoktan farmers’ understanding, especially in harvesting technique (pre-test score 33,33 and post-test score 93,33) and drying coffee (pre-test score 44,44 and post-test score 100). In addition, the improvement of postharvest handling reduced the drying time from 30 days to 14 days.
KUALITAS BOLU KUKUS SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata) DAN TEPUNG TEMPE KACANG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis) Anna Julie Chandra Priharyanto; Yuliana Reni Swasti; Franciscus Sinung Pranata
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 26, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jtpa.26.2.207-221.2022

Abstract

Bolu kukus adalah jenis makanan berupa kue yang dibuat dengan metode kukus, bertekstur lembut dan empuk, serta memiliki ciri khas mengembang dengan sisi bagian atas yang terbelah menjadi 3-5 bagian secara alami. Pemanfaatan tepung labu kuning (Cucurbita moschata) dan tepung tempe kacang koro pedang (Canavalia ensiformis) dalam pembuatan bolu kukus bertujuan untuk meningkatkan kandungan serat pangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung labu kuning dan tepung tempe kacang koro pedang terhadap kualitas kimia, kandungan gizi, fisik, mikrobiologi, dan tingkat kesukaan panelis pada bolu kukus. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan variasi substitusi antara tepung gandum, tepung labu kuning, dan tepung tempe kacang koro pedang, yaitu 200:0:0 (K), 100:60:40 (A), 100:50:50 (B), dan 100:40:60 (C). Bolu kukus hasil penelitian ini diperoleh kadar air sebesar 32,80-37,11 %, kadar abu 1,26-1,70 %, kadar lemak 2,70-3,86 %, kadar protein 5,63-7,44 %, kadar karbohidrat 50,42-57,27 %, kadar serat tidak larut 4,13-6,00 %, dan kadar serat larut 2,60-3,56 %, serta hasil uji mikrobiologi yang meliputi angka lempeng total dan angka kapang khamir yang telah memenuhi syarat mutu roti manis berdasarkan SNI 01-3840-1995. Bolu kukus terbaik berdasarkan kandungan serat pangan adalah variasi substitusi 100:60:40, yaitu mengandung 6,00 % serat tidak larut dan 3,06 % serat larut.
KUALITAS KULIT MACARON DENGAN KOMBINASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max L.) dan TEPUNG UMBI BIT (Beta vulgaris) Maria Sekar Kinanthi; Yuliana Reni Swasti; Franciscus Sinung Pranata
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 27, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jtpa.27.1.136-150.2023

Abstract

Macaron merupakan kue kering berbasis meringue dengan bahan dasar tepung almon yang berasal dari Italia. Macaron terdiri dari dua buah kulit yang direkatkan dengan isian seperti krim. Kedelai memiliki kandungan protein yang tinggi dan metabolit sekunder berupa isovlafon yang baik untuk kesehatan. Umbi bit mengandung pigmen betalain yang tinggi yang dapat digunakan sebagai pewarna makanan dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas kulit macaron dengan kombinasi tepung kedelai dan tepung umbi bit yang dilihat dari fisik, kimia, organoleptik, dan mikrobiologi serta mengetahui perbandingan tepung kedelai dan tepung umbi bit yang tepat untuk menghasilkan kulit macaron terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan perbandingan tepung kedelai dan tepung umbi bit yaitu 0:0 (Kontrol); 20:80 (A); 60:40 (B) dan 40:60 (C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi tepung kedelai dan tepung umbi bit memberikan pengaruh pada kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar serat kasar, total fenolik, aktivitas antioksidan, kekerasan, warna, angka lempeng total dan angka kapang khamir. Perbandingan tepung kedelai dan tepung umbi bit terbaik untuk produk kulit macaron adalah 60:40 dengan kadar air 7,45 %, abu 2,49 %, lemak 2,86 %, protein 10,81 %, karbohidrat 76,39 %, serat tidak larut 10,23 %, serat larut 1,8 %, total fenolik 16,73 mg GAE/100 g, aktivitas antioksidan 63,57 %, angka lempeng total 1,41 koloni/gram, angka kapang khamir 1,33 koloni/gram, kekerasan 302 g, dan warna merah muda dengan kecerahan 35,74.
Penyuluhan dan Pelatihan Pemanfaatan Tempe Koro Pedang dalam Produk Egg Roll di Pulutan, Wonosari, Gunung Kidul Brigitta Laksmi Paramita; Franciscus Sinung Pranata; LM Ekawati Purwijantiningsih; Yuliana Reni Swasti; Leonie Margaretha Widya Pangestika
SEMAR (Jurnal Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni bagi Masyarakat) Vol 12, No 1 (2023): Mei
Publisher : LPPM UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/semar.v12i1.60752

Abstract

Desa Pulutan, Wonosari merupakan salah satu desa penghasil kacang koro pedang. Namun, olahan koro pedang saat ini hanya sebatas diolah menjadi tempe. Pengembangan produk tempe yang dinilai memiliki manfaat gizi yang tinggi pun masih terbatas sehingga diperlukan pengetahuan terkait pengembangan produk tempe menjadi produk yang lebih komersial dan memiliki nilai jual yang tinggi. Egg roll merupakan salah satu produk yang digemari masyarakat. Pemanfaatan tempe koro pedang pada produk egg roll dapat meningkatkan nilai jualnya. Pengetahuan terkait dengan pemanfaatan tempe koro pedang menjadi egg roll sangat diperlukan untuk memperluas pemanfaatan tempe koro pedang dan untuk pengembangan usaha tempe koro pedang. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan dipilih dalam pengabdian ini agar peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan namun juga skill dalam mengolah tempe koro pedang menjadi produk egg roll. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank (p<0,05) menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada frekuensi jawaban benar pre-test dan post-test yang mengindikasikan adanya peningkatan pengetahuan peserta terkait pemanfaatan tempe koro pedang pada produk egg roll. Peningkatan skill peserta dalam mengolah produk egg roll berbasis tempe koro pedang juga dibuktikan dengan produk egg roll tempe koro pedang yang sudah dikomersialisasikan dan bermanfaat untuk pengembangan UKM. Kata kunci: Tempe koro pedang; egg roll; penyuluhan; pelatihan.
Kualitas Mie Basah dengan Substitusi Tepung Bonggol Pisang Kepok (Musa acuminata balbisiana C.) dan Umbi Bit (Beta vulgaris L.) Beatrik Liya Hertanti; Franciscus Sinung Pranata; Yuliana Reni Swasti
Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Vol 18, No 2 (2023): September
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/jtphp.v18i2.6847

Abstract

Noodle is a popular food and mostly consumed by people in Indonesia. The addition of kepok banana corm and beetroot flour as potential local foodstuff is expected to increase nutritional content, especially fibre content in wet noodle product. This research aims to determine the effect of substitution of kepok banana corm and beetroot flour on the physical, chemical, microbiological, and organoleptic qualities of wet noodle, and to determine the best substitution ratio of kepok banana corm and beetroot flour to produce wet noodle with the best quality. This research used a completely randomised design with four treatments are control treatment (100:0:0), A (70:10:20), B (70:15:15), and C (70:20:10) with three repetitions. The results of this research are wet noodles have moisture content of 54,59-62,80%, ash content of 0,79-1,16%, protein content of 3,53-6,60%, insoluble fibre content of 7,81-9,50%, soluble fibre content of 4,84-10,82%, fat content of 2,43-6,48%, carbohydrate content of 25,99-35,56%, and water absorption of 37,38-43,86%. The results of microbiological analysis of wet noodles are ALT 0,43 x 102  to 11,73 x 102 () and AKK 0,08 x 102  to 0,26 x 102 (). The best quality of wet noodle is treatment C based on chemical, physical, microbiological, and organoleptic parameters
KUALITAS PANCAKE DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE KACANG TUNGGAK DAN TEPUNG UBI JALAR UNGU Patricia Leonard; Franciscus Sinung Pranata; Yuliana Reni Swasti
Pro Food Vol. 9 No. 2 (2023): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan )
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/profood.v9i2.351

Abstract

Pancakes are a snack and alternative food for breakfast which are made by grilling on a pan. The use of cowpea tempe flour and purple sweet potato flour is to reduce the use of wheat flour in Indonesia and to increase the protein and fiber content in pancake. The aim of the research was to find out the right formulation to produce the best quality pancakse and to find out the effect on pancakes based on chemical, physical, microbiological and organoleptic qualities. This research used a completely randomized design with three repetitions for each treatment, namely 100:0:0 (K), 50:50:0 (A), 50:25:25 (B), dan 50:0:50 (C). The results showed that pancakes contained 31.45-35.41% moisture content, 1.64-2.06% ash content, 4.88-10.04% protein content, 7.39-9.15% fat content, carbohydrate content 45.31-52.00%, insoluble fiber content 2.72-6.29%, soluble fiber content 1.92-5.97%, hardness 3.76-5.13 N, springiness 0.11-0.50, swelling power 152.48-161.91%, yellowish orange color, total plate count 0-5,33 x 10¹ CFU/g, and yeast mold rate 0 CFU/g. Pancakes with substitution of cowpea tempe flour and purple sweet potato flour which have the best quality are pancakes treatment 50:50:0 (A) based on chemical, physical and microbiological parameters.