Budi Muhammad Taftazani
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

EFEKTIVITAS PROGRAM PELAYANAN SOSIAL PADA ANAK CEREBRAL PALSY OLEH SEKOLAH LUAR BIASA Franzeska Venty; Budhi Wibhawa; Budi Muhammad Taftazani
Share : Social Work Journal Vol 5, No 1 (2015): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.836 KB) | DOI: 10.24198/share.v5i1.13124

Abstract

Pemenuhan kebutuhan dasar merupakan tantangan besar bagi anak dengan disabilitas dalam hidupnya. Dalam pemenuhannya, anak dengan disabilitas membutuhkan pelayanan khusus yang dapat mengatasi berbagai keterbatasannya. Begitu pula dengan anak cerebral palsy, yang memiliki keterbatasan pada pengendalian fungsi pergerakkan akibat adanya kerusakan pada fungsi otak dan sistem saraf. Sekolah Luar Biasa yang menyelenggarakan pelayanan sosial, sebagai salah satu usaha kesejahteraan sosial, untuk diberikan pada anak cerebral palsy dalam bentuk kegiatan pertolongan agar mereka mampu mengatasi permasalahannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif studi kasus, agar dalam penelitian ini dapat diperoleh gambaran secara empirik tentang program pelayanan sosial apa saja yang diberikan pada anak cerebral palsy oleh Sekolah Luar Biasa, sehingga hasil penelitian ini dapat mencapai tujuan untuk menggambarkan efektivitas dari program pelayanan sosial yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga program pelayanan sosial, yaitu pendidikan, rehabilitasi, dan keterampilan. Program pendidikan belum efektif, karena keterbatasan sumber daya guru dalam mengajari anak cerebral palsy. Program rehabilitasi sudah efektif, karena terdapat terapis yang professional dalam bidangnya memberikan layanan terapi untuk fungsi gerak anak cerebal palsy. Program keterampilan sudah efektif, karena guru dibantu pengasuh dapat mengajarkan anak untuk beraktivitas dalam hal-hal sederhana yang membantu mereka untuk hidup terampil dan mandiri.
EKSISTENSI PEKERJA SOSIAL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN AMERIKA SERIKAT Adetya Nuzuliani Rahma; Nunung Nurwati; Budi Muhammad Taftazani
Share : Social Work Journal Vol 4, No 2 (2014): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.773 KB) | DOI: 10.24198/share.v4i2.13080

Abstract

Dengan masyarakat sejahtera di dalam suatu negara, dapat dijadikan indikator negara tersebut maju atau berkembang. Sehingga kesejahteraan sosial menjadi salah satu indikator yang penting dalam pembangunan suatu negara. Berbicara mengenai kesejahteraan sosial, sangat erat kaitannya dengan profesi pekerjaan sosial. Pekerja sosial dengan keterampilan, nilai-nilai, dan metode serta pendekatan yang dimilikinya mampu meningkatkan keberfungsian sosial individu, keluarga, masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial suatu negara. Dengan demikian keberadaan profesi pekerjaan sosial penting dan berpengaruh terhadap kesejahteraan suatu negara.Dalam tulisan ini, penulis menggambarkan profesi pekerjaan sosial di beberapa negara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Amerika Serikat dengan tujuan untuk memberikan informasi, gambaran umum dan pengetahuan mengenai eksistensi pekerja sosial di masing-masing negara. Selain itu, dari informasi-informasi tersebut dapat dijadikan rujukan untuk meningkatkan eksistensi pekerja sosial di Indonesia.
TEORI PEKERJAAN SOSIAL DALAM LINTASAN MODERNISME DAN POSMODERNISME Budi Muhammad Taftazani
Share : Social Work Journal Vol 4, No 2 (2014): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.314 KB) | DOI: 10.24198/share.v4i2.13061

Abstract

Adanya perbedaan sudut pandang dalam memahami teori pada ilmu-ilmu sosial termasukpekerjaan sosial seringkali memunculkan pertanyaan seperti: apa sebenarnya teori itu? Apakahpekerjaan sosial memiliki teori? Apa gunanya teori dalam praktik pekerjaan sosial?Paling tidak dalam skema yang besar, pemahaman teori dapat berakar dari dua pandanganutama yang selama ini mempengaruhi pengetahuan pekerjaan sosial yaitu pemahaman teori yangberasal dari pandangan positivis atau modernis dan teori yang berasal dari pandangan posmodernis.Tentunya dilihat dari perjalanannya, teori dari aliran modernis-positivis adalah yang lebih dahuluberpengaruh, yang kemudian berkembang ke arah posmodernis.Struktur pengetahuan positivisme yang dibangun dari tradisi ilmu alam dianggap kurangmemadai dalam mengungkap kompleksitas gejala sosial atau interaksi dan perilaku manusia.Positivisme tidak sanggup mengungkap aspek-aspek yang tidak kasat mata dari fenomena sosial.Pengetahuan hanya sah bila sudah diuji oleh metode ilmiah. Sementara posmodernisme memberiruang yang lebih terbuka dalam mengungkap aspek-aspek penting dibalik sebuah pengetahuan.Realitas tunggal, universalisme dan generalisasi yang luas ditolak oleh pandangan ini. Pengetahuandianggap bukan gambaran sebenarnya dari realitas.Implikasi pada pekerjaan sosial dari dua pandangan ini diantaranya adalah memperkayaconceptual framework dari pengetahuan pekerjaan sosial serta memberi kesadaran baru akanpentingnya memperhatikan konteks, lokalitas, keragaman, relativitas kebenaran pengetahuan, sertaaspek-aspek penting lain dari kehidupan manusia atau dunia klien yang tidak terungkap olehmetode positivis. Terdapat pula relevansi pandangan posmodernisme dengan pekerjaan sosialsebagai ilmu terapan ketika pemaknaan teori tidak lagi dibatasi hanya sebagai penjelasan ekplanatifsaja.
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK OLEH PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) Dian Haerunisa; Budi Muhammad Taftazani; Nurliana Cipta Apsari
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2015): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.431 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v2i1.13232

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui apa saja kebutuhan anak yang diberikan oleh lembaga panti sosial asuhan anak (PSAA). Sumber data penelitian ini adalah pihak yang terkait dalam lembaga PSAA. Aspek kebutuhan anak yang dipelajari adalah kebutuhan fisik, psikososial, dan sosial emosional.Artikel ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah pihak yang terkait di dalam lembaga pendidikan anak usia dini.Dari hasil Artikel dapat diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan anak oleh PSAA sudah dapat terpenuhi secara baik, sehingga anak-anak yang berada di lembaga PSAA tersebut merasa senang dan nyaman karena kebutuhan yang mereka perlukan sudah terpenuhi. Dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut sehingga anak-anak yang ada di PSAA mampu mengembangkan kemampuan dirinya dan potensi yang dimilikinya.
PELAYANAN SOSIAL BAGI PENYANDANG PSIKOTIK Budi Muhammad Taftazani
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2017): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.698 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v4i1.14222

Abstract

Ciri utama dari penyandang gangguan psikotik yaitu mereka mengalami delusi dan halusinasi. Psikotik termasuk gangguan mental yang serius dan dapat membawa dampak kritis baik pada penderita maupun terhadap keluarga dan lingkungan mereka.Penyebab gangguan psikotik tidak semata-mata disebabkan oleh faktor kekurangan internal individu melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Faktor psikososial sepeti stres, gangguan kognitif, adanya relasi dan komunikasi yang buruk, serta kesulitan sosial ekonomi dapat melengkapi kerentanan biologis dalam memunculkan gangguan psikotik.Para penyandang gangguan mengalami banyak hambatan dan keadaan bermasalah. Mereka mengalami kekacauan fikiran, afek yang dangkal, dan menarik diri. Kondisi lain yang memungkinkan penyandang gangguan berada dalam situasi tidak beruntung adalah ditolak dari keluarga, disembunyikan dari pergaulan masyarakat, dan mengalami berbagai perlakuan lain yang tidak manusiawi.Penanganan gangguan psikotik terdiri dari tiga domain yang satu sama lain tidak bisa diabaikan untuk menghasilkan efektivitas dan dampak penanganan yang berarti yaitu domain biopsikososial. Penanganan ini terdiri dari medikasi, perawatan, rehabilitasi psikososial, psikoterapi, intervensi keluarga, dan psikoedukasi. Rangkaian intevensi ditujukan untuk pengelolaan simptom, pemulihan sosial dan vokasional, serta edukasi kepada keluarga penyandang gangguan.
PERLINDUNGAN ANAK DARI BAHAYA KEKERASAN Anita Listyani; Budi Muhammad Taftazani; Risna Resnawaty
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2015): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v2i1.13234

Abstract

Artikel ini dilatarbelakangi oleh semakin merebaknya kasus pelanggaran hak anak. Padahal anak merupakan aset negara yang akan menentukan keberhasilan suatu negara di masa yang akan datang. Dimana untuk menghindari terjadinya pelanggaran akan hak anak, setiap individu diharuskan untuk memiliki kesadaran awal akan pentingnya menjaga dan melindungi hak anak. Hak anak dapat terpenuhi dengan didukung oleh keberhasilan seorang anak dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai umurnya dan juga kebutuhannya sebagai seorang anak. Pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam hal ini yaitu mulai dari yang paling dekat dengan anak, ialah orang tua dan keluarga, kemudian masyarakat pada umumnya, kemudian barulah negara dan pemerintah. Apabila anak-anak tidak berada dalam pengawasan yang tepat, mereka dapat beresiko dilanggar hak-haknya oleh pihak-pihak tidak bertanggung-jawab seperti pada kasus di panti asuhan The Samuels yang melanggar hak 6 orang anak penghuni panti tersebut. Dimana anak-anak panti disana tidak mendapatkan hak untuk tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar, juga hak untuk mendapatkan perlindungan dari kekerasan, hak untuk memperoleh identitas diri, hak untuk mengetahui orang tua kandungnya, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan jaminan sosial, dan hak untuk memperoleh pendidikan yang sesuai. Pemenuhan kebutuhan dan tugas perkembangan anak ini dapat dimulai dari setiap individu yang dimulai dengan kesadaran diri sendiri, dimana ketika melihat adanya kondisi yang berpotensi memunculkan suatu pelanggaran hak anak, melaporkan kondisi tersebut kepada KPAI yang menyediakan pelayanan untuk melindungi anak.