Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

The “Super” Traditional Dancer: Her Shared Destiny with Common Superhero Widya Nirmalawati; Andrik Purwasito; Warto Warto; Sri Kusumo Habsari
Journal of Language and Literature Vol 21, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/joll.v21i1.3006

Abstract

Being a ronggeng dancer constitutes a turning point in a life to be at an upper level of humanity. It is similar to Superman who needs a special stone to be in his superiority, and other heroes with their specialties. A ronggeng, a Javanese traditional dancer, should be gifted with an indang spirit believed to be the dancer maker. For Srintil case, in Ronggeng Dukuh Paruk novel, she is at a much higher level compared to the others. She is the last to live in the shift of the culture. This study aimed to reveal Srintil’s superhero characteristics and what destroyed her heroism. It is a qualitative study using the heroism concept. The techniques of collecting the data were reading, note-taking, and documenting in the form of narration and dialogue taken from the novel in accordance with the research problem. The finding showed there are four criteria that made Srintil a superhero for Dukuh Paruk’s people: how she obtained a superpower; her journey to be a ronggeng; her willingness to help others; and how she sacrifices her life. However, there were men of the super culture who destroyed Srintil heroism. The indang had also prevented her from realizing her dreams, including having a true lover and having a family. Furthermore, it only left her with miseries by ended up in prison and insanity.
Analisis Kebutuhan pada Bahan Ajar Penelitian dan Penulisan Sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Nia Ulfia Krismawati; Warto Warto; Nunuk Suryani
BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual Vol 3, No 3 (2018): Volume 3 Nomor 3, Agustus 2018
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.914 KB) | DOI: 10.28926/briliant.v3i3.202

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebutuhan peserta didik di Sekolah Menengah Atas (SMA) terhadap bahan ajar sejarah. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan dengan berpedoman pada desain instruksional 4D (define, design, develop, and dissemination). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas X IPS peminatan. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan penyebaran kuisioner, buku paket sejarah telah digunakan dalam proses pembelajaran dan terbukti berhasil membantu peserta didik dalam mencari informasi. Namun, di sisi lain terdapat beberapa permasalahan yang muncul dari penggunaan buku paket seperti materi yang disajikan masih umum, hanya berfokus pada aspek kognitif, kurang mendetail, dan belum menyajikan kegiatan belajar aktif bagi peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kebutuhan peserta didik, kurikulum, dan kondisi kelas guna menemukan solusi dalam bentuk pengembangan produk pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) terdapat permasalahan dalam penggunaan buku paket sejarah sebagai sumber utama, (2) peserta didik membutuhkan bahan ajar pengayaan yang mengintegrasikan sejarah lokal, (3) penggunaan model project-based learning dapat menjadi alternatif strategi untuk pembelajaran aktif, dan (4) sejarah gemblak dapat dijadikan sebagai studi kasus penelitian dengan beberapa pertimbangan
Eksistensi Warok Dan Gemblak di tengah Masyarakat Muslim Ponorogo Tahun 1960-1980 Nia Ulfia Krismawati; Warto Warto; Nunuk Suryani
Religió: Jurnal Studi Agama-agama Vol. 8 No. 1 (2018): March
Publisher : Department of Religious Studies, Faculty of Ushuluddin and Philosophy, Sunan Ampel State Islamic University Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.527 KB) | DOI: 10.15642/religio.v8i1.747

Abstract

Warok is a central figure in the life of Ponorogo Society. The existence, authority, and high social status became a social capital in the perpetuating of an ideology of kanuragan. The groups of Warok has believed that a woman is a source of weakness for mysticists that forces them to resist the lust and avoid a woman. Some of Warok presented a figure of gemblak as diversion of lust as well as an assistant in the various activities. The “menggemblak” behavior was considered not in accordance with religious values and norms because it leads to deviant practices. This study is aimed to analyze the existence of warok and gemblak in the social structure of Ponorogo society and how warok attempted to perpetuate gemblak tradition among the Muslim society as majority. The result showed that the strategic position, social status, and power to influence in the social structure became the social capital to socialize the practice of ablution as kanuragan ideology and it is normal. Meanwhile, the Islamic efforts in shifting the gemblak tradition were carried out through modification of Reog which is considered as an appropriate means of conveying religious values
Language Diversity in Syair Nasihat: An Alternative Effort to Strengthen National Identity through Literature Learning Asep Yudha Wirajaya; Bani Sudardi; Istadiyantha Istadiyantha; Warto Warto
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 10, No 2 (2021): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v10i2.4052

Abstract

Syair Nasihat (hereinafter abbreviated as SN) is an old literary work written in Arabic letters and utilizing the diversity of languages that exist in the archipelago. Therefore, a study of the SN manuscript needs to be carried out comprehensively and holistically so that the diversity of languages used to instill the values of local wisdom can be used as a source of inspiration for literary learning in the future. The method used in this study is the text editing method, namely the critical edition method. The use of this method is expected to provide good and correct SN text edits. The text study method used is a literary research method, especially semiotic studies. Thus, the use of language and its symbols contained in the SN text can be fully disclosed so that the results of the study can be useful for the world of education in welcoming the Industrial Revolution 4.0 and Society 5.0. AbstrakSyair Nasihat (selanjutnya disingkat SN) merupakan karya sastra lama yang ditulis dengan huruf Arab dan memanfaatkan keragaman bahasa yang ada di Nusantara. Oleh karena itu, kajian terhadap naskah SN perlu dilakukan secara komprehensif dan holistik sehingga keragaman bahasa yang dimanfaatkan untuk menanamkan nilai-nilai kearifan lokal tersebut dapat dijadikan sumber inspirasi bagi pembelajaran sastra di masa yang akan datang. Adapun metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode penyuntingan teks, yaitu metode edisi kritis. Penggunaan metode ini diharapkan dapat menghadirkan suntingan teks SN yang baik dan benar. Adapun metode pengkajian teks yang digunakan adalah metode penelitian sastra, khususnya kajian semiotik. Dengan demikian, penggunaan bahasa beserta simbol-simbolnya yang terdapat dalam teks SN dapat diungkap secara tuntas sehingga hasil kajiannya dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dalam menyambut Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0.
Transformasi Bahan Ajar Sejarah ke Arah Digital: Optimalisasi Pembelajaran Sejarah di Era Technology Cybernetic Mochamad Doni Akviansah; Warto Warto; Akhmad Arif Musadad
Social, Humanities, and Educational Studies (SHES): Conference Series Vol 5, No 3 (2022): Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.004 KB) | DOI: 10.20961/shes.v5i3.59303

Abstract

Penelitian ini berusaha mengulas tentang pengoptimalan pembelajaran sejarah di era technology cybernetic dengan memanfaatkan bahan ajar digital. Penelitian ini memanfaatkan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terkejutnya para pendidik menyikapi perkembangan teknologi yang memungkinkan semua kegiatan dilakukan secara online, salah satunya pembelajaran sejarah. Tentu saja, guru yang biasanya menggunakan pembelajaran konvensional akan terkejut dengan adanya tren pembelajaran daring ini. Karena harus memanfaatkan bahan ajar digital. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman lebih lanjut perihal transformasi bahan ajar yang dibutuhkan di era technology cybernetic guna mengoptimalkan proses pembelajaran sejarah mengingat pentingnya pembelajaran sejarah dalam mencetak generasi emas yang berkarakter dan tidak tercabut dari akar budayanya.
SEJARAH LOKAL DALAM KURIKULUM MERDEKA: SITUS LOYANG MENDALE DAN LOYANG UJUNG KARANG SEBAGAI MUATAN SEJARAH LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Angga Prasetiya; Warto Warto; Sudiyanto Sudiyanto
Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um0330v5i2p238-250

Abstract

Scientific learning in the 2013 Curriculum, which should be able to integrate local history content into learning, experiences more obstacles in its implementation. The presence of the Merdeka Curriculum brings a new direction in learning history, especially regarding the need for local historical content to be integrated into learning. Therefore the purpose of writing this article is (1) to describe local history as learning content in the Merdeka Curriculum; (2) to describe the cultural remains at the Loyang Mendale and Loyang Ujung Karang sites as local historical content. The writing of this article uses the literature study research method. The results of the research show that in the Merdeka Curriculum local history content is included in the learning outcomes that must be mastered by students during the learning process. Then the Loyang Mendale and Loyang Ujung Karang sites as local historical content are urgently needed to be integrated into learning because they explain prehistoric life in central Aceh region since the Mesolithic period, and are also by the scope of material in phase E (grade X) which has been defined in the Merdeka Curriculum, namely The Origin of the Ancestors and the Spice Path of the Indonesian Nation.Pembelajaran saintifik dalam Kurikulum 2013 yang seharusnya dapat mengintegrasikan muatan sejarah lokal ke dalam pembelajaran, ternyata lebih banyak mengalami kendala pada pelaksanaannya. Kehadiran Kurikulum Merdeka membawa arah baru dalam pembelajaran sejarah terutama terkait perlunya muatan sejarah lokal diintegrasikan ke dalam pembelajaran. Oleh karena itu tujuan penulisan artikel ini adalah (1) mendeskripsikan sejarah lokal sebagai muatan pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka; (2) mendeskripsikan tinggalan budaya pada Situs Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang sebagai muatan sejarah lokal. Penulisan artikel ini menggunakan metode penelitian studi pustaka. Hasil penelitan menunjukkan dalam Kurikulum Merdeka, muatan sejarah lokal terdapat dalam capaian pembelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik selama proses pembelajaran. Kemudian Situs Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang sebagai muatan sejarah lokal sangat dibutuhkan untuk diintegrasikan ke dalam pembelajaran karena menjelaskan kehidupan pra-aksara di wilayah Aceh Tengah sejak periode Mesolitikum, dan juga sesuai dengan lingkup materi pada Fase E (kelas X) yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Merdeka yaitu Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Bangsa Indonesia. 
REKONRTRUKSI PEMIKIRAN KIAI IBRAHIM TUNGGUL WULUNG SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN LOGIKA BERPIKIR POSTKOLONIAL UNTUK OPTIMALISASI JATI DIRI BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH HUMANIS Reni Dikawati; Sariyatun Sariyatun; Warto Warto
HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Vol 7, No 1 (2019): HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.481 KB) | DOI: 10.24127/hj.v7i1.1511

Abstract

Pembelajaran sejarah humanis menjadi upaya meneguhkan sisi kemanusiaan dengan pengembangan pengalaman dan kemampuan alamiah baik fisik maupun nonfisik. Penelitian ini mengembangkan pengalaman belajar dengan rekontruksi pemikiran Kiai Ibrahim Tunggul Wulung pada mahasiswa pendidikan sejarah Universitas Negeri Yogyakarta di mata kuliah sejarah kolonial. Logika berpikir postkolonial mahasiswa untuk optimalisasi jati diri bangsa menjadi corpus penelitian. Temuan penting dari penelitian adalah kontruksi logika postkolonial digunakan sebagai dasar epistemologi menarasikan wacana jati diri bangsa. Analisis menunjukkan intepretasi mahasiswa terhadap narasi jati diri bangsa mampu mengidentifikasi tingkat ketercapaian sikap mahasiswa dalam taksonomi Bloom hasil revisi Peggy Dettmer (2006) di ranah afektif. Dalam perspektif peneliti, logika berpikir postkolonial merupakan sikap yang berkontribusi membentuk mentalitas penghayatan keberagaman sebagai akumulasi karakter jati diri bangsa, memberi peluang borderline menjadi frontline (negosiasi), sehingga memperkuat kebhinekaan sebagai identitas.