Abu Sufyan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Makna Tadabbur Menurut Mufassir Klasik dan Modern: Sebuah Pembacaan Historis Abu Sufyan
AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29240/alquds.v6i1.3449

Abstract

The Meaning of Tadabbur According to Classical and Modern Mufassir: A Historical ReadingThis paper aims to explore the meaning of tadabbur from the classical to the contemporary era. Departing from the lack of popularity of tadabbur terminology in their literature, this study shows that the meaning of tadabbur tends to be understood textually by classical commentators, as well as contextual meaning by modern commentators. By using a language approach and the history of interpretation, this paper does not focus on tadabbur as the practice of reading the Qur’an by certain groups, but on a conceptual study that is aligned with “tafsir” and “ta’wil”. This search was carried out using a literature study with a comparative-analytic method, which tried to show historical evidence of interpretation and bring it into the context of tadabbur in QS. Āl ‘Imrān: 7 based on the meaning of classical and modern commentators. This study finds that classical commentators understand tadabbur as a practical term that is at the level of reading the Qur’an (qira’ah). For them, this term represents certain theological meanings, including tilāwah, tabaṣṣur, and istinbāṭ. Meanwhile, in the view of the modernist group, tadabbur is understood as a methodological term that is at the level of interpretation (tafsir tadabburi). This is confirmed again by the urge to do ijtihad and leave taqlid
AGAMA VS ILMU AGAMA: SEBUAH PEMBACAAN TEORI EPISTEMOLOGIS ABDUL KARIM SOROUSH Abu Sufyan; Irwan Irwan
TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol 6 No 1 (2022): April
Publisher : LP2M IAI Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52266/tadjid.v6i1.734

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan teori penyusutan dan pengembangan yang digagas Abdul Karim Soroush dalam konteks historis dan fungsional. Tulisan ini disusun berdasarkan penelitian pustaka dengan membaca dan menganalisis kritis di antara karya intelektual asal Iran ini dan tulisan-tulisan lainnya yang memiliki tema serupa. Dengan mengambil wilayah pembahasan historis, tulisan ini menyimpulkan bahwa teori epistemologis Soroush tidak hanya bekerja untuk membedakan agama dengan ilmu agama: melainkan bagaimana ia juga mencoba mendamaikan dunia(wi) dan ukhra(wi) sebagai tindak lanjut dari gagasan kaum revivalis yang (menurutnya) belum matang sempurna. Kata kunci: penyusutan dan pengembangan, agama, ilmu agama.
Tafsir Pesantren: Menakar Unsur Lokalitas Tafsir Jāmi' al-Bayān min Khulāṣat Suwar al-Qur'ān Karya Muḥammad b. Sulaymān (1911-1991) Abu Sufyan
Mutawatir : Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith Vol. 10 No. 2 (2020): DESEMBER
Publisher : Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/mutawatir.2020.10.2.342-364

Abstract

Abstract: This article aims to reveal the locality of the brief Qur’anic exegesis of Muḥammad b. Sulaymān’s Jāmi‘ al-Bayān. By using content analysis, this study argues the existing of intersections between the Qur’anic interpretation and pesantren tradition. Several studies maintained that to build this harmonization, the traditional exegetes are used to transmit their interpretations in the form of Arabic “pegon” with the typical identity of “makna ghandul”. This article conversely argues that the Arabic language used in the interpretation of Jāmi‘ al-Bayān, which is written by a traditional and local ulama (kiai), could also be an alternative in the study of the Qur’an in the local context of pesantren. This article also maintains that although Muḥammad b. Sulaymān’s Jāmi‘ al-Bayān does not represent ideally the identity and tradition of pesantren in Java, his exegesis affirms the traditional pesantren values in two ways, namely teaching Arabic which is the pesantren curriculum and the affirmation of the Ahl al-Sunnah wa al-Jamā‘ah faith in responding to the excessive ta’wīl. Keywords: traditionalist, locality, tafsir Jāmi‘ al-Bayān, pesantren.   Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengungkap unsur lokalitas dalam tafsir ringkas Jāmi‘ al-Bayān karya Muḥammad b. Sulaymān. Dengan menggunakan analisis konten, kajian ini menunjukkan adanya persinggungan antara tafsir al-Qur’an dan tradisi pesantren. Meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa untuk membangun harmonisasi tersebut, para mufasir tradisional mentransmisikan penafsirannya dengan menggunakan huruf pegon dan makna ghandul sehingga melekat pada tradisi pengkajian al-Qur’an di pesantren. Sebaliknya, artikel ini berasumsi bahwa tafsir Jāmi‘ al-Bayān yang berbahasa Arab, yang ditulis oleh kiai lokal tradisional, bisa menjadi alternatif dalam pengkajian al-Qur’an khususnya di pesantren. Lebih jauh artikel ini menyimpulkan bahwa walaupun tafsir Jāmi‘ al-Bayān tidak merepresentasikan identitas dan tradisi pesantren di Jawa, di tengah kuatnya karya tafsir berbahasa lokal, tetapi tafsir ini meneguhkan nilai-nilai tradisi pesantren dalam dua hal, yaitu pengajaran bahasa Arab yang menjadi kurikulum pesantren dan peneguhan akidah Ahl al-Sunnah wa al-jama‘ah dalam merespon fenomena ta’wil yang berlebihan. Kata kunci: tradisionalis, lokalitas, tafsir Jāmi‘ al-Bayān, pesantren.