Ali Akbar
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KISAH DALAM AL-QUR’AN (STUDI KITAB MADKHAL ILA AL-QURAN AL KARIM KARYA MOHAMMED ABED AL-JABIRI) Edi Hermanto; Nurfajriyani Nurfajriyani; Afriadi Putra; Ali Akbar
PERADA Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35961/perada.v3i1.132

Abstract

Tulisan ini membahas tentang kisah dalam al-Qur’an pada kitab madkhal ila al-Qur’an al-Karim karya M. Abed al-Jabiri. Kajian ini penting untuk melihat konsep kisah al-Qur’an sebagai salah satu pisau analisis untuk menafsirkan al-Qur’an. Disamping itu, dalam tafsirnya ini M. Abed al-Jabiri memiliki gagasan besar tentang pengembangan ulumul qur’an yang menurutnya selama ini hanya berjalan di tempat, sehingga diperlukan analisis baru untuk menangkap pesan-pesan yang ingin disampaikan al-Qur’an. Di dalam kitab ini langkah awal yang dilakukan al-Jabiri adalah merekonstruksi makna al-Qur’an, al-Jabiri memberikan kritik atas berbagai definisi yang telah dikonstruksi oleh para ulama seperti al-Suyuti, al-Syanqiti, al-Isfahani dan lain sebagainya. Selanjutnya, al-Jabiri mengklasifikasi surat-surat al-Qur’an yang berbicara tentang kisah dalam kategori makiyyah dan madaniyyah. Kategori makiyyah, dibagi dalam dua tahap, sedangkan pada kategori madaniyyah hanya satu tahap. This paper discusses the story in the Al-Qur'an in the madkhal ila Al-Qur'an al-Karim by M. Abed al-Jabiri. This study is important to see the concept of the Al-Qur'an story as one of the analytical tools for interpreting the Al-Quran. Besides that, in this interpretation M. Abed al-Jabiri has a big idea about the development of ulumul quran which according to him has only been running in place, so that a new analysis is needed to capture the messages that the Qur'an wants to convey. In this book, al-Jabiri's initial steps were to reconstruct the meaning of the Koran, al-Jabri provided a critique of the various definitions constructed by classical scholars such as al-Suyuti, al-Syanqiti, al-Isfahani and so on. . Furthermore, al-Jabiri classified the letters of the Al-Qur'an which speak of stories in the category of makiyyah and madaniyyah. The category of makiyyah is divided into two stages, while in the madaniyyah category there is only one stage.
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN KITAB TAFSIR DI PONDOK PESANTREN PROVINSI RIAU Jani Arni; Ali Akbar; Hidayatullah Ismail
POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam Vol 6, No 2 (2020): Desember
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/potensia.v6i2.9817

Abstract

This article examines the problematic of learning the Tafsir book at Islamic boarding schools. There were 11 Islamic boarding schools in Riau Province that were chosen to be examined, they included: Al-Munawwarah Islamic Boarding School Pekanbaru, Al-Kausar Islamic Boarding School Pekanbaru, Dar El-Hikmah Islamic Boarding School Pekanbaru, Al-Muslimun Islamic Boarding School Pangkalan Kerinci, Hidayatul Ma’rifah Islamic Boarding School Pelalawan, Daarun Nahdhah Islamic Boarding School Bangkinang, Anshar As-Sunnah Islamic Boarding School, Ad-Dar Al-Salafiyah Al-Islamiyah Islamic Boarding School, Sabil Al-Salam Islamic Boarding School, Al-Badr Islamic Boarding School, and Al-Taufik Islamic Boarding School Kampar. Problems such as the appearance of unsatisfying results from the alumni of certain Islamic boarding schools regarding to their knowledge about the Tafsir Book is the reason that this subject is interesting to be examined. The data obtained for this study were collected through interviews with related parties, observation and documentation. Subsequently, the data were presented in accordance to the existed information within the field and followed by analyzing them which corresponded with the proposed main problems. After being examined, there are factors found as the obstacles in learning the Tafsir Book. These factors include the limited teachers which are not equal to the number of students, teachers or ustadh of Tafsir that are not based or graduate from the science of Tafsir, lack of references and others.
METODE TAHFIDZ AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN KAMPAR Ali Akbar; Hidayatullah Hidayatullah
Jurnal Ushuluddin Vol 24, No 1 (2016): January - June
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jush.v24i1.1517

Abstract

This paper discusses the Method of Tahfidz Al-Quran at the Boarding Schools in the Regency of Kampar. The method used in fostering students at the Boarding Schools of this Regency was the focus of this study. It was a qualitative approach which was conducted at the Boarding School of Daarun Nahdhah, Al-Badr, the Ansar al-Sunnah, Daar al-Salafi, Sabil al-Salam and al-Taufik. Interview, documentation and observation were the instrumentations used in this study. It was found that the boarding schools in the regency of Kampar used various methods in nurturing students to employ activities of tahfizd al-Qur’an, by means of reading carefully and repeatedly to memorize verse-by-verse without neglecting the Mushaf (annadzar), memorizing verse-by-verse over and over and finally the students could learn by heart (al-Wahdah), depositing or listening what the students had newly been memorized to a teacher (talaqqi), memorizing piecemeal of the Qur’anic verses and read the verses repeatedly (takrir) and listening the memorized verses to others, i.g. both to friends and other congregation (tasmi’)
KONTRIBUSI TEORI ILMIAH TERHADAP PENAFSIRAN Ali Akbar
Jurnal Ushuluddin Vol 23, No 1 (2015): January - June
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jush.v23i1.1088

Abstract

Penafsiran terhadap ayat al-Qur’an tidak akan pernah berakhir, sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan. Munculnya tafsir ‘ilmy dalam khazanah inteleklual Islam merupakan respons supaya ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an tetap relevan dengan realitas atau fenomena-fenomena yang terjadi dan perkembangan zaman. Selain itu, tafsir ‘ilmy juga berupaya memperbaiki pengetahuan seseorang yang telah ada dan membuka tabir makna ayat-ayat al-Qur’an tertentu yang belum mampu dipahami oleh umat sebelumnya secara ilmiah. Adanya tiori-tiori ilmiah ini akan menghasilkan penemuan-penemuan baru sesuai dengan pesan-pesan Allah SWT dalam al-Qur’an. Di samping juga akan menunjukkan sifat fleksibilitasnya al-Qur’an yang dipandang pantas, cocok dan sesuai untuk dipedomani umat manusia dalam segala waktu dan tempat
REVEALING THE METHODS AND COMMENTARY FEATURES OF AL-QAULUL BAYAN FI TAFSIR AL-QUR’ĀN BY SYEKH SULAIMAN AR-RASULI Ali Akbar; Jani Arni; Muslim Muslim; Aslati Aslati; Nurwahdi Nurwahdi
Jurnal Ushuluddin Vol 27, No 1 (2019): January - June
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jush.v27i1.5201

Abstract

This article discusses the book of Tafsir al-Qaulul Bayan fi Tafsir al-Qur’ān by Syekh Sulaiman ar-Rasuli. This book is interesting to study because it is very rare to find interpreters using Minangkabau Malay Arabic. Syekh Sulaiman ar-Rasuli have specificity in writing his commentary because in his muqaddimah, it is stated that this book does not aim to explain and issue law. This expression is somewhat different from the purpose of the interpretation expressed by the commentators. This discussion aims to reveal the interpretation methods and patterns used by this book. The method used is content analysis: the purpose is to discuss in depth the written content or information. After reviewing this book, it can be concluded that this book uses the ijmali method. The interpretive style used is linguistic and Sufism feature. The feature of lughawi is to explain the meaning of the verse of al-Qur’ān with a linguistic approach, and the Sufism feature means to explain the meaning of the verse of al-Qur’ān with theories in Sufism or with a spiritual approach of the mufassir
Filantropi dalam Perspektif Al-Qur’an serta Relevansinya terhadap Kesejahteraan Sosial Aini Latifa Zanil; Ali Akbar; Agus Firdaus Chandra; Laila Sari Masyhur
An-Nida' Vol 44, No 2 (2020): July - December
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v44i2.12931

Abstract

Artikel ini membahas mengenai filantropi dalam perspektif Al-Qur’an dan relevansinya terhadap kesejahteraan sosial. Permasalahan kesejahteraan seperti kemiskinan, pengangguran, kesenjangan dan konflik sosial merupakan masalah-masalah yang selalu muncul dan perlu adanya penanganan untuk mengatasi masalah ini. Sebagian di antaranya dilakukan melalui gerakan filantropi untuk membantu kaum yang  membutuhkan. Konfigurasi filantropi dalam Al-Qur’an di antaranya perintah untuk zakat, berinfak, sedekah dan wakaf yang dikenal dengan singkatan ZISWAF. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penafsiran ayat-ayat mengenai filantropi menurut mufasir, serta relevansinya terhadap kesejahteraan sosial. Penelitian ini bersifat penelitian kepustakaan (library research) dengan metode tematik. Adapun praktik filantropi yang ditafsirkan oleh Sayyid Quthb, Wahbah az-Zuhaili, M. Quraish Shihab, dan Buya Hamka yaitu keimanan seseorang akan sempurna jika diiringi dengan amal shaleh yang mendidik jiwa, anjuran untuk menolong sesama serta menyadari bahwa harta hanyalah titipan dari Allah yang harus disalurkan untuk hal-hal yang diridai-Nya. Filantropi yang dibicarkan dalam Al-Qur’an tidak hanya dilihat sebagai gerakan amal yang bermotif agama, tetapi hal itu merupakan wujud dari rasa kemanusiaan untuk saling peduli satu sama lain.
Minoritas Dalam Masyarakat Plural dan Multikultural Perspektif Islam Masyhuri Masyhuri; Ali Akbar; Saidul Amin
An-Nida' Vol 43, No 2 (2019): July - December
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v43i2.12322

Abstract

Kelompok minoritas di Indonesia sering kali kehilangan hak-haknya sebagai warga negara bukan diakibatkan oleh perlakuan mayoritas semata, melainkan juga kerap dilakukan oleh negara. Hak kaum minoritas yang acap kali tidak bisa dipenuhi di negeri ini adalah hak untuk bebas beragama dan berkeyakinan serta kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan tersebut. Dalam konteks pendidikan Islam upaya untuk memahami realitas perbedaan dalam beragama, lembaga-lembaga pendidikan Islam diharapkan bisa menanamkan kepedulian komunitas agama lain dengan saling bekerjasama dan membangun dialog melalui pendidikan multi kultural. Kesadaran multikulturalisme bukan sekadar memahami keberbedaan, namun juga harus ditunjukkan dengan sikap konkrit bahwa sekalipun berbeda keyakinan, namun sama-sama sebagai manusia yang mesti diperlakukan secara manusiawi. Pendekatan dialogis yang mengarah pada budaya saling toleransi,  membuang kebencian dan permusuhan, kemampuan untuk   saling  mendengar, sikap akomodatif, dan saling tukar informasi untuk mencapai kesepahaman bersama. Pendekatan yang ditawarkan oleh Waleed el-Ansary dan Mashood Baderin cukup memberikan solusi bagi konflik antar umat beragama yang diakibatkan oleh kedangkalan dan kesenjanagan pemahaman dalam memahami ajaran agama masing-masing.
Membaca Keluarga Sakinah Dalam Potret Keluarga Nabi Ibrahim Mawaddatul Husna; M. Ridwan Hasbi; Masyhuri Putra; Ali Akbar
An-Nida' Vol 46, No 2 (2022): July - December
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v46i2.20861

Abstract

Kekacauan hidup berkeluarga menjadi masalah yang serius, hal ini dibuktikan dengan tingginya angka perceraian di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang membuat kelurga menjadi tidak lagi sakinah. Padahal Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an tentang potret keluarga sakinah pada kisah keluarga yang bisa dijadikan contoh kehidupan berumah tangga. Teladan yang dikisahkan dalam Al-Qur’an adalah kisah keluarga Nabi Ibrahim. Keluarga sakinah merupakan lingkungan sosial terkecil dalam kehidupan manusia yang semua anggotanya merasakan kedamaian dan ketentraman. Potret keluarga sakinah dalam Islam dibangun dari nilai-nilai spiritual dengan tujuan menciptakan kedamaian. Hal ini telah dilalui oleh keluarga Nabi Ibrahim AS dalam hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potret keluarga sakinah pada kisah keluarga Nabi Ibrahim AS yang terdapat pada surah Huud: 71-72, Ash-Shaffat:102, Al-Mumtahanah: 4. Penelitian ini adalah jenis penelitian pustaka (library research) dengan menggunakan metode deskriptif-analitis berbasis tafsir maudhu’i. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan ayat tentang keluarga Nabi Ibrahim terdapat gambaran keluarga sakinah berdasarkan nilai-nilai berikut. Pertama keimanan, yang mana menjadi poin penting dalam membangun keluarga sakinah. Kedua kesabaran, sabar dalam menyikapi masalah, baik pribadi maupun lingkup keluarga. Ketiga toleransi, membiasakan musyawarah di antara anggota keluarga agar timbul pemahaman yang baik.
Kontekstualisasi Pemaknaan Zawj dan Ba‘l Dalam al-Qur’an: Analisis Terhadap Qs. al-Baqarah [2]: 232 dan Qs. al-Nisā’ [4]:128 Ali Akbar; Safira Malia Hayati; Muhammad Yasir; Khairunnas Jamal
Mutawatir : Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith Vol. 12 No. 1 (2022): JUNI
Publisher : Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/mutawatir.2022.12.1.157-174

Abstract

Abstract: This article aims to discuss the meaning of zawj and ba‘l in the Qur’an, as both terminologies, however, perceived to denote similar sense of meaning, namely husband, though the two words have different context of narratives. The verses addressed in this study are Qs. al-Baqarāh [2]: 232 and Qs. al-Nisā’ [4]: 128. By using contextual approach, namely ma‘nā-cum-maghzā, as framework of study, this article attempts to unveil the meaning of related concept above, mainly on its historical meaning, historical phenomenal significance, and dynamic phenomenal significance. Based on these three methods of analysis, this article argues that the significance (maghzā) contained in this verse are: first, the words of zawj and ba‘l are used in different contexts of ‘husband’. Second, the Qur’an views that women have the right to ‘choose and make decisions’ for their own life particularly related to their future marriage. Third, the Qur’an views men and women equally in household relations.