Bambang hermani
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

ANALISIS PENGUJIAN SIMULATOR TURBIN AIR SKALA MIKRO Bambang hermani
Engineering : Jurnal Bidang Teknik Vol 3 No 1 (2012): April
Publisher : Universitas Pancasakti Tegal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.566 KB) | DOI: 10.24905/eng.v3i1.110

Abstract

Pengkajian  rancang bangun simulator turbin air skala mikro dimaksudkan untuk  penanding turbin skala  proyek  pembangkit  listrik  tenaga air, dengan sumber energi  potencial  head  water dibentuk dari  model penganti sebuah  pompa setrifugal dengan debit tetap,  diedarkan  diantara  katup spear sisi masuk turbin air dan sisi keluar bak penampung.Skala pengukuran parameter unjuk kerja turbin air skala mikro ditetapkan lewat pendekatan alat  –  alat ukur  skala indrustri, yang diantaranya  seperti  pengukuran beban setimbang pada mechanical brake  dynamometer,  water flow meter,  pressure gauge, timer,Amp dan Volt meter,pengujian ini dilakukan untuk  diperoleh data-data rekam parameter serta variabel unjuk kerja turbin air skala mikro dengan metode kalkulasi dalam persamaan dasar yang diberikan secara teori.Hasil kalkulasi data pengujian akan diperoleh karakteristik unjuk kerja turbin air skala mikro dengan model simulasi perubahan water head dperoleh karakteristik pengujian pada head total 12 m dan pembukaan katup spear K 100% adalah  nt= 1600 rpm,  whp=413.5 W  bhp=195.0 W,  ηt= 48.7 % : pada head total 14 m dan pembukaan katup  spear 100 % adalah  nt=  1600  rm,  whp  =552,2 W, bhp =247.8 W, ηt = 33.3 %.Kata kunci: simulator turbin air mikro, parameter unjuk kerja
PENGUJIAN SIMULATOR UJI PRESTASI MOTOR BAKAR TORAK 4 LANGKAH BERBASIS MOTOR DIESEL SERBAGUNA Bambang Hermani
Engineering : Jurnal Bidang Teknik Vol 5 No 1 (2014): April
Publisher : Universitas Pancasakti Tegal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.751 KB) | DOI: 10.24905/eng.v5i1.293

Abstract

Konsep pengujian pada simulator uji prestasi motor bakar torak berbasis motor diesel serbaguna dilakukan melalui pendekatan standar pengujian performansi motor diesel 4 langkah pada umumnya, yang akan ditampilkan adalah suatu karakteristik pengujian mesin seperti daya keluaran motor, torsi motor, serta pemakaian bahan bakar spesifik.Analisis yang diperlukan untuk pembelajaran teknologi dan pelatihan bagi nelayan teknisi yang diharapkan mampu melakukan pengujian prestasi motor bakar torak berbasis motor diesel serbaguna secara mandiri. Pengujian simulator uji prestasi bakar motor torak 4 langkah berbasis motor diesel serba guna diusulkan dapat memperoleh performansi dan tata cara pengujian pada putaran berubah dengan beban tetap dengan hasil parameter unjuk kerja, bhp, torsi bertambah sebanding langsung dengan beban dan rendah pemakaian bahan bakar spesifik bsfc.   Kata kunci: Simulator, Uji Prestasi, Bhp, Torsi, Bsfc.
PANDUAN PRAKTIS TEKNISI PADA PENGUKURAN PRESTASI KERJA AC MEREK SAMSUNG MODEL AR05TGHQASIX ZAT PENDINGIN R-32 320 GRAM Bambang Hermani
Engineering : Jurnal Bidang Teknik Vol 12 No 2 (2021): Oktober
Publisher : Universitas Pancasakti Tegal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24905/eng.v12i2.1905

Abstract

Jaringan global pembuatan dari mesin penyejuk udara lebih dikenal dengan sebutan AC dimana penjualan tiap unit mesin tersebut sudah merambah ke setiap ruang residen, perkantoran swasta dan pemerintah terutama negara iklim tropis. Konsep dalam kajian ini disusun suatu metode penulisan praktis berdasarkan analisis ilmiah untuk pengukuran suatu prestasi kerja dari setiap merek AC yang beredar dipasar Nasional, kemudian diambil sampel dari suatu unit instalasi AC dibuat percobaan sedehana dengan tambahan instrument dari thermometer, atau freon pressure gauge, an tabel gas freon Daikin R32 Handling Brochure_EN. Sebuah instalasi AC split lengkap dari merek Samsung model AR05TGHQASIX zat pendingin R-32 320 gram telah dipersiapkan terpasang instrument thermometer digital yang mana ujung alat pungut suhu tersebut dipasang pada bagian pipa sisi masuk dan sisi keluar kompresor sebelum pipa kapiler ekspansi, yang mana hasil pembacaan suhu saturasi kelak dirujuk ke gas table freon R-32 properties atau tata cara berikutnya akan jauh lebih mudah dilakukan dan dibaca dari nilai – nilai pengukuran suhu dan tekanan refrigerant dari sisi masuk kompresor dan titik keluar kondensor dan pemasangan alat ukur freon pressure gauge dimana titik dimana dibuatkan sodetatan aliran freon pada tube tersebut dan dipasang tee tube dan tube kapiler untu dipasang dengan mur anti bocor ke low atau hight freon pressure gauge dang langsung unit AC split tersebut di hidupkan. Analisis pada kajian ini direncanakan bisa digunakan untuk tujuan panduan praktis, bagi teknisi dan pembelajar, data – data diambil dari hasil pembacaan instrument manual dari pengujian dilakukan dua jam kerja sejumlah kali tiga tiap dua jam pengamatan visual, dari panduan ini jadi dasar pengukuran kinerja unit AC standard bersama rujukan table gas freon R23 properties dengan kalkulasi dari rumusan yang siapkan, oleh itu terkuak gambaran singkat pengukuran, dan kinerja AC seperti, energi kompresor (Ek), Efesiensi Penggunaan Energy (EER), coeffisient of perfomance (COP), Efesiensi sistim AC (?).
Posisi elektroda intrakoklea dan ECAP sebagai pedoman pemetaan pada tuli sensorineural dengan implan koklea Semiramis Zizlavsky; Ratna Dwi Restuti; Jacub Pandelaki; Muchtaruddin Mansyur; Bambang Hermani; Teguh Ranakusuma; Edrial Eddin; Sarwono Waspadji
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 44, No 1 (2014): Volume 44, No. 1 January - June 2014
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.352 KB) | DOI: 10.32637/orli.v44i1.77

Abstract

Latar belakang: Implan koklea merupakan pilihan utama untuk habilitasi pendengaran dan berbicara pada anak tuli sensorineural berat bilateral. Pengaturan comfortable dan threshold level berdasarkan nilai evoked compound action potential (ECAP) direkam dengan neural responses imaging (NRI) saat pemetaan. Tujuan: Memperoleh nilai ECAP sebagai acuan pemetaan berdasarkan jarak elektroda intrakoklea ke modiolus, jarak terpanjang elektroda nomor satu dengan elektroda berhadapan, jarak marker dengan lubang kokleostomi dan faktor lainnya. Metode: Anak tuli sensorineural usia 2-10 tahun, menggunakan implan koklea dengan desain contour atau straight terdiri dari 16 elektroda, 120 channel sebagai subjek penelitian. Subjek penelitian sebanyak 46 telinga (39 anak), terpasang implankoklea diperoleh secara konsekutif dengan desain potong lintang. Perekaman ECAP elektroda 3-5, 8-10, 13-15 mewakili daerah apeks, medial dan basal. Hasil tomografi komputer resolusi tinggi koklea dengan program OsiriX dilakukan rekonstruksi 3D untuk menilai posisi dan jarak elektroda. Analisis data diawali dengan univariat dan uji korelasi Spearman ‘s pada bivariat. Kandidat faktor yang berperan disertakan pada regresi ganda untuk mendapatkan faktor determinan ECAP. Comfortable zone untuk populasi diperoleh dari analisis area pada distribusi normal menggunakan comfortable level. Hasil: Diperoleh persamaan yaitu: (rerata ECAP)=-21,19+5,87 rerata jarak elektroda ke modiolus (mm)+1.31, rerata threshold level (cu)+0.48 lama penggunaan implan koklea (bulan). (R square=0.60). Comfortable zone diperoleh dengan ECAP yang berada pada variasi 84-87,5% comfortable level. Kesimpulan: Jarak elektroda ke modiolus, lama penggunaan implan koklea dan t level merupakan faktor determinan ECAP. Nilai ECAP dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyimpangan jarak elektroda dan memperoleh comfortable zone.Kata kunci : ECAP, implan koklea, lokasi elektroda, tuli sensorineuralABSTRACT Background: Currently cochlear implant remains a preferred choice in hearing and speechhabilitation in children with bilateral profound SNHL. Comfortable and threshold level setting based on ECAP value is recorded by NRI during mapping. Purpose: To obtain ECAP value as mapping guidance based on the distance between electrode to modiolus, the longest distance between electrode number one with the ones it faces, the distance between marker and cochleostomy and other factors. Methods: Research subject were children with SNHL, between 2-10 years old using CI with 16 electrodes, 120 channels. There were 46 ears (39 children) with CI chosen consecutively by cross sectional design. Using NRI, ECAP was recorded on electrode 3-5, 8-10, 13-15 that represent the apex, medial and basal area. Their cochlears were examined with HRCT then 3D reconstruction with OsiriX programto determine the electrode position and calculate the distance. Data analysis started with univariat 1 and bivariat with Spearman’ correlation. Candidates’ factor were analysed with multiregression test to gain ECAP determinant factor. Comfortable zone for population was gained from area analysis in normal distribution using comfortable level. Results: The equation found were: y (average ECAP)=21.19+5.87 the average electrodes to modiolus distance (mm)+1.31, threshold level (cu)+0.48 CI length use (months). (R square=0.60).Comfortable zone was acquired with ECAP between 84-87,5% comfortable level variation. Conclusion: The electrode to modiolus distance, duration of CI use and t level are ECAP determinant factor. The value of ECAP can be used as guidance to identify electrode distance deviation and to gain comfortable zone.Keywords: cochlear implant, ECAP, electrode location, sensoryneural hearing loss 
Hubungan obstructive sleep apnea dengan penyakit sistem kardiovaskuler Arie Cahyono; Bambang Hermani; Endang Mangunkusumo; Riski Satria Perdana
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 41, No 1 (2011): Volume 41, No. 1 January - June 2011
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.162 KB) | DOI: 10.32637/orli.v41i1.57

Abstract

Background: Obstructive sleep apnea (OSA) is a disease characterized by periodic upper airway collapse during sleep, which could result in either apnea, hypopnea or both. OSA is very often  undetected but it is strongly associated with variety of medical complication, among others cardiovascular diseases.Purpose: To inform ENT specialists about the pathogenesis and pathophysiology of OSA and its complications. Literature review: Recent data from several studies has documented the association between OSA and cardiovascular disorders such as hypertension, heart failure, arrhytmia and atherosclerosis. The undetectable cardiovascular complication that lead by OSA could make the management of cardiovascular  disorders uneffective. Conclusion: A good understanding can help physicians to diagnose, manage and  prevent cardiovascular complication that caused by OSA. Keywords: obstructive sleep apnea, apnea, hipopnea, cardiovascular disease   Abstrak :  Latar belakang: Obstructive sleep apnea (OSA) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peristiwa kolapsnya saluran napas bagian atas secara periodik pada saat tidur yang mengakibatkan apnea, hipopnea atau keduanya. Gejala klinis OSA sering tidak terdeteksi, namun diduga dapat meningkatkan risiko berbagai macam komplikasi medis antara lain kelainan kardiovaskuler. Tujuan: Agar para ahli THT dapat mengerti mengenai patogenesis dan patofisiologi OSA dan komplikasinya. Tinjauan pustaka: Beberapa penelitian telah menyatakan tentang adanya hubungan antara OSA dengan penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi, gagal jantung, aritmia dan arteriosklerosis. Patofisiologi OSA pada komplikasi kardiovaskuler yang sulit dideteksi dapat menyebabkan penatalaksanaan penyakit kardiovaskuler menjadi kurang efektif. Kesimpulan:Pemahaman yang baik dapat membantu menegakkan diagnosis dan melakukan tatalaksana yang tepat untuk mencegah komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan OSA.Kata kunci: obstructive sleep apnea, apnea, hipopnea, penyakit kardiovaskuler
Ekspresi gen litik virus Epstein-Barr: manfaatnya untuk penegakan diagnosis karsinoma nasofaring Daniel Joko Wahyono; Bambang Hermani; Purnomo Soeharso
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 40, No 2 (2010): Volume 40, No. 2 July - December 2010
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32637/orli.v40i2.9

Abstract

Background: Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is endemic in certain geographic regions, such asSoutheast Asia, and is associated with several environmental and genetic factors. Undifferentiated NPCis consistent with Epstein-Barr virus (EBV) infection. NPC is the most common ENT tumor in Indonesiawith high prevalence among native populations and yearly overall incidence estimated 6.2 per 100.000 population. Purpose: To explain the advantage of EBV immediate-early gene expression analysis indetermining of NPC diagnosis and management of NPC.Review: Replication of EBV implies to twocellular reactions, i.e. latentcy and lytic cycle expression of EBV lytic genes which consists of three lyticphases, i.e. immediate-early, early and late phase. Expression of immediate-early genes BZLF1 andBRLF1 are needed to induct of early and late genes, so both genes are known as transactivator genes.BALF1, an early lytic gene, expresses some protein regulating EBV replication in NPC. Expression of BCLF1, a late lytic gene, is essential for EBV replication, particularly in the forming of virion structure inNPC. Switching from latent to lytic cycle in tumor cells can happened spontaneously, particularly whenthe viral immediate early genes are induced via signal transduction after initial activation by anti-IgG,TGF-ß and CD4+. In NPC, the induction of EBV lytic cycle by cisplatin and irradiation gamma leads tothe increasing expression of BRLF1 and BZLF1 which have a correlation with the increasing of tumorprogression. RT-PCR technique is a very useful for detecting mRNA BRLF1 and BZLF1 gene expressionat the site of primary tumor, while real-time RT-PCR technique is used to measure the mRNA level ofthose genes.Conclusion: Expression of EBV immediate-early lytic gene in the biopsy of NPC primarytumour provides a basic clinical information for NPC diagnosis and therapy more accurately. Key words: expression EBV lytic gene, nasopharyngeal carcinoma, NPC diagnosis. Abstrak : Latar belakang: Karsinoma nasofaring (KNF) bersifat endemik secara geografis (di Asia Tenggara)dan berasosiasi dengan beragam faktor lingkungan dan genetik. KNF tidak berdiferensiasi konsistendengan adanya infeksi virus Epstein-Barr (VEB). Prevalensi KNF pada populasi Indonesia cukup tinggisebesar 6,2/100.000 penduduk per tahun. Tujuan:Menjelaskan kegunaan analisis ekspresi gen litikimmediate-early VEB untuk menegakkan diagnosis KNF dan meningkatkan efisiensi dalam penangananKNF. Tinjauan Pustaka: Replikasi VEB pada epitel nasofaring berimplikasi pada dua reaksi seluler,yaitu siklus laten dan litik VEB. Ekspresi gen litik VEB terdiri dari tiga fase, yaitu immediate-early,early dan late.Ekspresi gen immediate-early BZLF1 dan BRLF1 diperlukan untuk menginduksi genlitik fase early dan late, sehingga kedua gen tersebut dikenal sebagai gen transaktivator. Gen faseearlylitik BALF1 mengekspresikan protein replikasi pada KNF. Ekspresi gen fase late BCLF1 berperanpenting untuk replikasi VEB pada KNF, terutama untuk membentuk struktur virion. Perubahan sikluslaten menjadi siklus litik pada sel tumor dapat terjadi secara spontan, terutama melalui transduksi sinyalsetelah aktivasi oleh anti-IgG, TGF-ß dan CD4. Pada KNF, induksi siklus litik VEB dengan cisplatindan radiasi sinar γ menyebabkan peningkatan ekspresi gen BRLF1 dan BZLF1 yang berkorelasi denganpeningkatan progresivitas tumor. Teknik RT-PCR akan sangat berguna untuk mendeteksi ekspresi mRNAgen BRLF1 dan BZLF1 VEB pada lokasi tumor primer, sedangkan teknik real time RT-PCR digunakanuntuk mengukur kuantitas mRNA gen tersebut. Kesimpulan: Ekspresi gen litik immediate-early VEBpada biopsi tumor KNF memberikan informasi klinis dasar yang lebih akurat untuk diagnosis dan terapiKNF.+Kata kunci: ekspresi gen litik VEB, karsinoma nasofaring, diagnosis KNF.
Ekspresi tissue inhibitor metaloproteinase-2 pada metastasis kelenjar limfe leher pada karsinoma sel skuamosa laring Yulvina Yulvina; Bambang Hermani; Lisnawati Lisnawati; Saptawati Saptawati
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 41, No 2 (2011): Volume 41, No. 2 July - December 2011
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.743 KB) | DOI: 10.32637/orli.v41i2.50

Abstract

Background: Survival of laryngeal cancer cases depend on lymph nodes involvement. Tissue inhibitormetaloproteinase-2 (TIMP-2) has double effects on matrix metalloproteinase. TIMP-2 could inhibit orinduce metastasis process. Its expression depends on tumor location and histopathology. Purpose: Tofind out the presence of TIMP-2 on biopsy specimens of laryngeal squamous cell carcinoma and itsrelation to lymph node involvement. Methods: The immunoexpression of TIMP-2 was studied on biopsy specimens of 15 laryngeal carcinomas with lymph node metastasis and 18 patients without, collected between 2005-2009. Immunohistochemistry test were carried out in Pathology Department Universityof Indonesia using TIMP-2 (3A4) sc 21735 antibody from Santa Cruz. We used analytic-descriptivestudy to compare TIMP-2 expression between laryngeal squamous cell carcinoma with lymph node metastasis and those without. Results: The median of TIMP-2 immunoexpression in laryngeal squamouscell carcinoma in patients with lymph node involvement was 99 and the median in patients withoutlymph node metastases was 97, with range between 0-100. Statistical analysis   revealed no significantdifference in TIMP-2 expression between groups with metastasis and without (p=0.403). Conclusions:Our results could not differentiate the TIMP-2 expression from patients with laryngeal squamous cellcarcinoma with lymph node metastasis and without. However, imbalances in the extracellular activitiesof matrix metalloproteinases and tissue inhibitors of matrix metalloproteinases, linked to pathologicaltissue destruction, are more complex and need further investigation.    Further study on correlationbetween TIMP-2 and MMP2-MT-1MMP immunoexpression is advised   to determine its relationship tolymph node metastasis and to plan more aggressive treatment. Keywords: laryngeal squamous cell carcinoma, matrix metalloproteinase, tissue inhibitormetaloproteinase-2 Abstrak :  Latar belakang: Angka harapan hidup pasien karsinoma laring ditentukan oleh adanya metastasiskelenjar leher. Tissue inhibitor metaloproteinase-2 (TIMP-2)mempunyai efek ganda pada kerja matriksmetalloproteinase yang merupakan salah satu penanda metastasis.   TIMP-2 dapat menghambat ataumenginduksi metastasis. Ekspresi TIMP-2 tergantung pada lokasi dan jenis tumor. Tujuan: Melaporkanekspresi TIMP-2 pada sediaan biopsi karsinoma sel skuamosa laring dan hubungannya dengan metastasiskelenjar limfe leher. Metode: Ekspresi TIMP-2 diteliti pada 15 pasien karsinoma sel skuamosa laringdengan metastasis leher dan 18 pasien tanpa metastasis leher. Pemeriksaan imunohistokimia dilakukanpada jaringan biopsi yang diterima tahun 2005-2009. Imunohistokimia dilakukan sesuai dengan standarpemeriksaan di Departemen Patologi Anatomi FKUI menggunakan antibodi TIMP-2 (3A4) sc 21735 dariSanta Cruz. Penelitian bersifat analitik untuk melihat perbedaan ekspresi TIMP-2 antara karsinoma laringdengan metastasis leher dan yang tanpa metastasis leher. Hasil: Nilai median ekspresi TIMP-2 padakarsinoma laring dengan metastasis leher adalah 99 dan median TIMP-2 pada pasien tanpa metastasisleher adalah 97, dengan kisaran antara 0-100. Analisis statistik memperlihatkan tidak ada perbedaanbermakna pada ekspresi TIMP-2 antara kelompok karsinoma sel skuamosa laring dengan metastasisleher dan yang tanpa metastasis leher (p=0,403). Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan ekspresiTIMP-2 tidak dapat dibedakan antara pasien yang bermetastasis leher dan yang tidak. Keseimbanganaktivitas antara matriks metalloproteinase (MMP) dan tissue inhibitors of matrix metalloproteinase(TIMP) berkaitan dengan destruksi patologis yang kompleks dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.Disarankan pemeriksaan korelasi antara ekspresi TIMP-2 dan MMP2 serta dengan MT-1MMP dan_€Ó_x_,_nya dengan metastasis kelenjar limfe leher untuk memprediksikan terapi yang lebih agresif. Kata kunci: karsinoma sel skuamosa laring, matriks metalloproteinase, tissue inhibitor metaloproteinase-2
Rekayasa Rancangan Konstruksi Knalpot Tunggal Sistim Saluran Gas Buang (Exhaust Silencer/Muffler) Pada Motor Pembakaran Dalam Sepeda Motor Bambang Hermani; Muhamad Fajar sidiq
Engineering : Jurnal Bidang Teknik Vol 13 No 1 (2022): APRIL
Publisher : Universitas Pancasakti Tegal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24905/eng.v13i1.1904

Abstract

Knalpot merupakan salah satu bagian terpenting dari sebuah sepeda motor. berfungsi mengontrol seberapa besar suara yang dipancarkan dari mesin melalui ruang resonanator yang ada di dalam knalpot. Memilih knalpot yang tepat akan memberikan kendaraan suatu suara yang fantastis dan meningkatkan kinerja dan penghematan bahan bakar. Knalpot dari sepeda motor secara umum dijumpai dari jenis sepeda motor balap/sport, standar, cruiser, trail, bebek, skuter matik semua dirancang sesuai kebutuhan, dua model silencer knalpot, jenis 1). pipa knalpot lurus. 2). pipa knalpot tekanan balik. Hal yang pertama diterapkan untuk motor balap sejenisnya, karakteristik torsi maksimum di kecepatan tinggi dan daya besar, torsi minimum pada kecepatan rendah dengan kebisingan sangat tinggi, sebaliknya karakter pipa knalpot tekanan balik, kebisingan rendah dan respons yang baik pada kecepatan rendah dan berpengaruh pada output daya rotasi tinggi. Strategi perancangan konstruksi knalpot sepeda motor ditujukan untuk sasaran modifikator, kastem, pemerhati knalpot dalam rekayasa rancang bangun sistim knalpot penyaluran gas buang, metode praktis knalpot, dari koreksi kalkulasi yang tidak sempurna, dimana kinerja knalpot hanya dapat dievaluasi setelah pengukuran eksperimental dilakukan.
OPTIMALISASI PENGARAPAN SEKAM PADI DAERAH CIAYUMAJAKUNING PELUANG ESENSIIL SUMBER ENERGI BAHAN BAKAR PADAT Bambang Hermani
Engineering : Jurnal Bidang Teknik Vol 13 No 2 (2022): Oktober 2022
Publisher : Universitas Pancasakti Tegal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24905/eng.v13i2.2058

Abstract

Ukuran dari ketahanan energi nasional ditentukan oleh adanya tingkat ketersediaan energi yang cukup, hal tersebut akan jadi ancaman serius akan defisit ketersediaan bahan bakar dikemudian hari. Jalan lain ditempuh bilamana keadaan pasti terjadi dengan pengarapan dari sekam padi proses sisa gabah kering giling, dan sampah padat lain yang diolah dari TPA sampah seperti kertas, korann, kardus, potongan kayu, plastic atau ban bekas dimungkinkan dipetik energinya dengan tambah alat air polution control sytem. Produksi padi gabah kering giling dari dinas ketahanan pangan di ciayumajakuning sebesar 2,863.08 juta ton, dan hasil sekam padi setara dengan 0,858924 juta ton. Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis, terdiri dari belahan lemma dan palea yang saling bertautan, dari proses penggilingan padi, biasanya diperoleh sekam 20 – 30%, dedak 8 – 12 %, dan beras giling 50 – 63,5% dari berat gabah kering giling. Prakiraan potensi sekam padi, di ciayumajakuning, untuk pembangkitan energi thermal melalui pembakaran langsung atau gasifikasi akan jadi solusi ramah lingkungan untuk pembuangan sampah padat indrustri dan produksi samping sampah peranian menjadi energi dari sampah-ke-energi thermal salah satu bentuk sumber energi yang berkelanjutan. Metode yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel sampah sekam padi kering bakalan langsung dibakar dalam tungku pembakaran, tetapi pembakaran ini tetap dikendalikan unsur zat pembakar oksigen agar menghasilkan gas yang cukup bertenaga. Prediksi potensi energi yang terdapat di dalam sekam padi. Hasilnya diteliti dan analisis, untuk diungkap dan diunduh nilai kalori pembakaran tersebut.