Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pengelolaan Lahan Basah Terpadu di Desa Mulia Sari Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin Ombun Rahmi; Robiyanto Hendro Susanto; Ari Siswanto
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 20 No. 3 (2015): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.48 KB) | DOI: 10.18343/jipi.20.3.201

Abstract

Lowland is the fragile land which is sensitive toward modification. The accurate and integrated management is substantially needed to utilize the lowland. This study analyzed the integrated lowland management in Mulia Sari Village, Tanjung Lago Subdistrict, Banyuasin Regency, South Sumatera Province. Sampling was chosen randomly consisted 21 respondens. Primary data: the farmers typical and farming system, were collected by using questionnaire while doing observation and purposive interviewing method. Qualitative approach was used to analyze the data. The result represented that the farmers typical substially determine the integrated lowland management. 80% people in Mulia Sari Village are farmers. Average farmers are between 25-65 years old. 75% farmers are male which is higher than female farmers that is 4.7%. More or less 50% farmers do not comply nine years learning programme. 33% of farmer’s educational level was only elementry school. Approximately, 47.61% graduated junior high school. They got land between 0.5-4 acre and more than 30% rented. The farming system of lowland need to consider water and land management. Both water and land management are the primary requirement in the integrated lowland management. The integrated lowland management in Mulia Sari Village is hardly to apply. It still needs strategic policy and elucidation which are compatible with the farmer’s typical and the lowland ecosystem.
SKALA PELAYANAN TAMAN-TAMAN DI KOTA PALEMBANG Ramadisu Mafra; Ari Siswanto; Maulid M. Iqbal; Ika Juliantina
JURNAL DESIMINASI TEKNOLOGI Volume 6 No. 2 JULI 2018
Publisher : UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.066 KB) | DOI: 10.52333/destek.v6i2.395

Abstract

Taman perkotaan adalah aset infrastruktur hijau kota yang ditujukan untuk memberikan keberlanjutan sosial bagi warga, terus dikunjungi, menjadi venue aktivitas dan interaksi sosial. Fokus penelitian untuk mengukur skala pelayanan taman. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif dengan metode penelitian survey, berlokasi di Taman KIB, Kampus, dan JSC. Menggunakan teknik sampel insidental. Metode distribusi frekuensi dan pengukuran horizontal distance digunakan untuk mengolah data, kemudian disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan atau narasi untuk menginterpretasikan data tersebut. Hasil penelitian menunjukkan radius rata-rata pelayanan taman di kota Palembang berada pada rentang ± 4,40 km dari center spot taman. Pengunjung terbanyak berasal dari Kecamatan Ilir Barat – I (24,33%). Ketiga taman preseden telah mencapai skala pelayanan kota (KIB 93%, Kampus 57%, dan JSC 74%). KIB telah menjadi venue aktivitas sosial (51%), tetapi belum menjadi venue interaksi sosial (0,42%), sedangkan Taman Kampus dan JSC belum menjadi venue aktivitas sosial dan atau venue interaksi sosial.Kata kunci: skala pelayanan taman, radius, domisili, venue aktivitas sosial
Studi Pengembangan Konstruksi Rumah Kayu Sistem Bongkar Pasang Berdasarkan Konsep Struktur Kayu Tradisional Sumatera Selatan The Study of Knock Down Timber Construction House Based on the Concept of South Sumatra Timber House Structure Ari Siswanto
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol 2, No 2 (2004): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
Publisher : Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.97 KB) | DOI: 10.51850/jitkt.v2i2.312

Abstract

This research is based on the existence of South Sumatra traditional timber structure which is characterized by knock down houses and spread out in many regions in the form of traditional houses. The local knowledge in the form of timber house is ancestors inheritage which proves to be adaptive to environment and local culture. Knock-down timber house is home industry of the people who live in Tanjung Batu which is widely known and marketed but still has some technical weaknesses.This research focuses on designing knock-down timber house which is based on the concept of interlocking techniques, without nails, using timber with 4 meters long and planning a manual for setting up timber house. The implementation of the research is constructing a timber house with 1: 2 scales. Detail and timber join of 1 : 2 scales is very difficult because timber dimension is too small. However, knock down implementation can be done in a good manner.Knock-down timber house with interlocking techniques can be set up without nails and uses timber efficiently and set up it systematically by manual as a guidance. Consumers of knock-down timber house are expected to be able to erect the house by themselves, so it reduces the erection cost
Psychosocial Health: Hidden Effects in the Water Supply and Sanitation Environment Ira Kusumawaty; Ari Siswanto
Sriwijaya Journal of Environment Vol 6, No 3 (2021): Environmental Health and Safety
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.499 KB) | DOI: 10.22135/sje.2021.6.3.93-98

Abstract

The conceptualization of water and sanitation as the foundation of life is the key to the success of sustainable development in the health sector. Fulfilling water and sanitation needs often encounters obstacles in the environment of certain family groups that touches the complexity of psychosocial health problems. The facts show that attention is often neglected to the impact of inadequate fulfillment of clean water and sanitation on psychosocial health. It is very important to further explore the impact of water availability and sanitation on psychosocial health in order to achieve sustainable health development. This qualitative research was carried out with a phenomenological study approach, involving 5 families living on the riverbank in Palembang, South Sumatera Province. The in-depth interview method is carried out until it reaches data saturation, observation and field notes are carried out during the data collection process. The results of data collection were analyzed using the Colaizzi method to obtain four themes including: stress due to not getting access to clean water, economic difficulties that cause emotional distress in accessing clean water, compulsion to use available water and inconvenience to use public sanitation facilities. The implication of this research is the need for policies to facilitate certain groups of people to access their needs for clean water and sanitation by paying attention to the psychological aspects of the community. Collaboration of community leaders is needed in accelerating access to clean water and sanitation that is more respectful of community dignity.
Tata Spasial Candi Bahal I, II dan III di Padang Lawas Utara, Sumatera Utara Ari Siswanto; Ardiansyah; Farida R. Wargadalem; Kristantina Indriastuti
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 9 No. 3 (2020): JLBI
Publisher : Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32315/jlbi.v9i3.107

Abstract

Situs percandian Bahal di Padang Lawas Utara yang terdiri dari tiga kompleks yang berdekatan memberikan gambaran pola tata spasial yang terkait dengan lingkungannya. Masing-masing kompleks percandian memiliki tata spasial yang berbeda karena jumlah massa yang berbeda. Tujuan penelitian adalah mengkaji tata spasial kompleks percandian Bahal I, II dan III serta menganalisis keterkaitannya dengan karakteristik candi. Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus digunakan melalui kegiatan observasi, pengukuran, penggambaran dan wawancara di lapangan. Layout candi Bahal I, II dan III membentuk konfigurasi massa dan spasial yang jelas. Ketiga kompleks percandian tersebut menunjukkan axis yang kuat serta hierarkhi yang jelas berdasarkan pada jumlah massa candi Perwara dan dimensi candi utama. Axis yang terbentuk dari pola tata spasial telah mempertegas candi sebagai bangunan suci yang memiliki formalitas dan keseimbangan yang sangat kuat.
Perubahan Orientasi Permukiman Tepi Sungai sebagai Pengaruh Eksistensi Sungai Musi Palembang Bambang Wicaksono; Ari Siswanto; Susilo Kusdiwanggo; Widya Fransiska Febriati Anwar
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 8 No. 3 (2019): JLBI
Publisher : Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32315/jlbi.v9i3.126

Abstract

Eksistensi Sungai Musi pada awalnya menjadi orientasi bangunan rumah yang menghadap ke sungai. Ruang air mulai di persempit dengan kehadiran bangunan baru yang menempati area diatas lahan yang tertutup air. Perubahan budaya sungai ke darat berpengaruh kepada kehadiran bangunan baik yang lama maupun yang baru. Hal ini menyebabkan hilangnya potensi lokal dan identitas arsitektur lokal dan berakibat hilangnya eksistensi sungai tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh eksistensi sungai Musi dalam perubahan orientasi permukiam tepi sungai dari ruang air ke ruang darat. Untuk mencapai tujuan tersebut, studi mengidentifikasi jejak arsitektur permukiman, mengekplorasi aktivitas dan gagasan masyarakat tepian sungai. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Analisis dilakukan secara kualitattif terhadap variabel, orientasi, posisi, bentuk, dan tata letak hunian tepi sungai. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tepian sungai yang dibangun pada area aliran anak sungai masih memiliki orientasi ke sungai. Sedangkan rumah yang dibangun pada area yang dekat dengan jalan bergeser lebih orientasi ke darat. Studi menyimpulkan bahwa Perubahan orientasi permukiman tepian sungai disebabkan oleh perubahan eksistensi Sungai Musi Palembang.