WAHYUNI SAHANI
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat

GAMBARAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA Lapasamula, Desi Reskita; sahani, wahyuni
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 19, No 2 (2019): Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v19i2.1356

Abstract

Kondisi di Lembaga Pemasyarakatan kadang tidak memperhatikan higiene sanitasi yang akan memberikan peluang besar terjadinya kontaminasi pada makanan dan minuman yang disajikan untuk penghuni Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Sungguminasa Kabupaten Gowa Keadaan higiene sanitasi yang buruk dapat mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan kepada konsumenPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran higiene sanitasi dengan keberadaan angka kuman pada peralatan makan di Lembaga Pemasyarakatan narkotika kelas II A Sungguminasa Kabupaten Gowa.Jenis penelitian ini penelitian deskpritif, lokasi penelitian yaitu di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika kelas II A Sungguminasa Kabupaten Gowa, serta pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi jurusan kesehatan Lingkungan Politeknik kesehatan Makassar, adapun sampel 30 dengan 5 jenis alat makan Ompreng, Gelas, Piring, Sendok, MangkokHasil penelitian ini menunjukan bahwa 5 jenis alat makan Ompreng, Piring, Sendok, Mangkok, Gelas dari 30 sampel menunjukan bahwa tidak ada yang memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1096/Menkes/SK/VI/2011.Kesimpulan dari penelitian  yaitu semua peralatan makan yang digunakan di kamar blok atas dan bawah di Lapas Kelas II A Sungguminasa Kabupaten Gowa tidak ada yang memenuhi syarat menurut Permenkes No. 1096/Menkes/Per/VI/2011.Kata Kunci : Angka Kuman, Peralatan Makan, Higiene Sanitasi, Lembaga Pemasyarakatan
HUBUNGAN KEBIASAAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN DENGAN KEJADIAN INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR (STUDI LITERATUR) sahani, wahyuni; Limbong, Oktovina Sanda
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 20, No 2 (2020): Jurnal Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v2i20.1850

Abstract

Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, masih banyak penyakit yang menjadi masalah kesehatan, salah satunya adalah infeksi kecacingan. Diperkirakan lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita suatu infeksi cacing, rendahnya mutu sanitasi menjadi penyebabnya.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan, sesudah buang air besar (BAB), dan setelah bermain  dengan kejadian infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Adapun 6 jurnal dari tahun 2016 – 2019, pada SDN Dukuh Kupang V Surabaya, pada anak sekolah di Daerah Pesisir Desa Tadui Kecamatan Mamuju, pada SD Islam Taqwiyatul Wathon, Semarang Utara, pada Sekolah Dasar Negeri No. 5 Delod Peken Tabanan, pada Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru dan SDN Inpres No. 1 Wora Kecamatan Wera Kabupaten Bima.Hasil penelitian ditemukan ada hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian infeksi kecacingan dengan nilai Sig. = 0,012, P-value = 0.02 dan P-value = 0.04, P-value = 0,018, P-value = 0,001, P-value = 0,001, dan  P-value = 0,00. Adapun yang dinyatakan memiliki hubungan bermakna dengan kejadian kecacingan ialah kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan, kebiasaan cuci tangan pakai sabun sesudah BAB, kebiasaan cuci tangan pakai sabun sesudah bermain.Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan, setelah BAB dan setelah bermain dengan kejadian infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar.Kata Kunci               : Cuci tangan pakai sabun, Kecacingan
STUDI PERILAKU PERSONAL HYGIENE PENJAMAH MAKANAN DI KANTIN (STUDI KEPUSTAKAAN) sahani, wahyuni; Muktia, Safitri
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 21, No 1 (2021): Jurnal Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v21i1.2093

Abstract

Hygiene merupakan suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada.Personal hygiene mengacu pada kebersihan seseorang.Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang menjamah makanan dan terlibat langsung dalam menyiapkan, mengolah, mengangkut maupun menyajikan makanan.Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perilaku personal hygiene penjamah makanan di kantin.Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan dengan menganalisa jurnal yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu tentang perilaku personal hygiene penjamah makanan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku personal hygiene penjamah makanan di kantin sekolah tingkat pengetahuan penjamah di kategorikan baik, sedangkan sikap dan tindakan penjamah di kategorikan kurang, penjamah tidak memperhatikan personal hygiene yang baik dan tidak menggunakan alat pelindung diri serta kriteria hygiene tempat pengolahan yang kurang memadai. Kesimpulan dari penelitian studi kepustakaan ini yaitu perilaku personal hygiene penjamah makanan di kantin dikatakan kurang hal ini dikarenakan perilaku penjamah makanan kurang memperhatikan tentang personal hygiene dan sanitasi pengolahan makanan yang baik.Saran bagi semua pemilik kantin atau pedagang makanan serta masyarakat pada perilaku penjamah makanan harus memperhatikan personal hygiene pada saat pengolah makanan dan menggunakan APD. Kata Kunci :Personal hygiene, Penjamah makanan, Perilaku
HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENERAPAN STBM PILAR 1 DAN 3 DI DESA BATARA KEC. LABAKKANG. KAB. PANGKEP syamsuddin syam; Wahyuni Sahani; Mar’atus Shaliha
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 21, No 2 (2021): Jurnal Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v21i2.2310

Abstract

Salah satu upaya pemerintah dalam menaikkan derajat kesehatan masyarakat melalui program STBM. Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop BABs dan pilar ketiga yaitu pengelolaan makanan  dan minuman rumah tangga. Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Taraweang tahun 2017 Tentang STBM Pilar 1 dan 3 di Desa Batara Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep jumlah penduduk 4549 dan jumlah penduduk 1166 jiwa, yang menggunakan air bersih sebanyak 833 orang\keluarga,sekitar (82%), air minum 1009 sarana (86,54%), dan jamban keluarga sebanyak 1182 (101,37%). Penelitian ini adalah jenis penelitian pada bentuk survey yang bersifat observasional analitik menggunakan metode pendekatan cross-sectional. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui Bagaimana Hubungan Perilaku Masyarakat Dalam Penerapan STBM Pilar 1 dan 3 Di Desa Batara Kec. Labakkang Kab. Pangkep. Sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 100 rumah Pengambilan sampel dilakukan menggunakan Sistematik Random Sampling yang merupakan modifikasi dari sampel random sampling. Hasil penelitian ini berdasarkan olah data yang dilakukan menggunakan SPSS uji Chi Square ada hubungan pengetahuan dengan STBM pilar 1 diperoleh hasil 0,000 <0,05, sedangkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan STBM pilar 3 diperoleh hasil 0,568 >0,05. Ada hubungan antara sikap dengan STBM pilar 1 diperoleh hasil 0,038 <0,05, sedangkan ada hubungan antara sikap dengan STBM pilar 3 diperoleh hasil 0,000<0,05. Dan ada hubungan antara tindakan dengan STBM pilar 1 diperoleh hasil 0,021 <0,05, sedangkan ada hubungan antara tindakan dengan STBM pilar 3 diperoleh hasil 0,000 <0,05. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih berperan aktif dalam penerapan STBM.Kata Kunci : Hubungan, Perilaku, STBM Pilar 1 dan 3
Analisis Kondisi Sanitasi Dengan Keberadaan Bakteri Coliform Pada Daging Sapi Di Pasar Terong Kota Makassar wahyuni sahani; Indah Rahmana Nasir
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 19, No 1 (2019): Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v19i1.938

Abstract

Daging adalah sumber umum kuman patogen yang dapat ditularkan ke manusia melalui suatu jalur pemindahan.Dagingmerupakan media yang sangatbaikuntukpertumbuhanbakteriColiform yang merupakan indikator dalam sanitasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi dengan keberadaan bakteri Coliform pada daging sapi di Pasar Terong Kota Makassar yang meliputi kondisi tempat penjualan, peralatan dan higiene pedagang.Jenis penelitian yang digunakan penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif dari 12 sampel daging sapi Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai dari keseluruhan variabel upaya kondisi tempat penjualan daging sapi adalah 100% dalam kriteria buruk. Nilai dari keseluruhan variabel upaya Kondisi peralatan penjual daging sapi adalah 58% dalam kriteria buruk, dan kondisi higiene pedagang sapi nilai dari keseluruhan variabel 50% termasuk dalam kriteria buruk. Serta keberadaan bakteri Coliform pada daging sapi dari 12 sampel daging sapi dan 1 sampel air bersih yang diperiksa dengan hasil cemaran bakteri >2400 koloni/gram yang tidak memenuhi syarat. Apabila dirujuk dengan Standar Nasional Indonesia No. 7338 Tahun 2009, maka hasil pemeriksaan tidak memenuhi syarat. Disimpulkan bahwa kondisi sanitasi pasar dengan keberadaan bakteri Coliform pada daging sapi di Pasar Terong Kota Makassar tidak memenuhi syarat dan perlu dilakukan pengawasandari Dinas Kesehatan tentang pentingnya hygiene dan sanitasi pedagang terkait kualitas bakteriologis daging sapi di Pasar Terong Kota Makassar.Kata Kunci :Kondisi Sanitasi, Daging Sapi, Bakteri Coliform
KANDUNGAN ZAT PEWARNA METANIL YELLOW PADA TEPUNG PANIR YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL KOTA MAKASSAR wahyuni sahani; Yuni Juliani
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 17, No 1 (2017): Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v17i1.684

Abstract

ABSTRAK Makanan merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh manusia dan hewan untuk melangsungkan hidupnya. Namun, makanan dapat menjadi sumber penyakit jika tidak memenuhi kriteria sebagai makanan yang sehat.Dalam pengolahan makanan dan minuman, banyak cara yang dilakukan produsen untuk mendapatkan produk akhir yang menarik misalnya penggunaan zat pewarna yang tidak diperbolehkan pada pangan. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui  jenis zat pewarna yang digunakan pada tepung panir yang dijual di pasar tradisional kota Makassar.Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yang akan memberikan gambaran mengenai keberadaan Metanil yellow pada tepung panir yang ada di lokasi penelitian. Untuk mengetahui apakah tepung panir yang diteliti mengandung Metanil yellow maka dilakukan uji laboratorium. Sampel untuk pemeriksaan zat pewarna Metanil yellow pada tepung panir  yaitu sebanyak 14 sampel, dari 14 sampel tersebut ada 5 yang positif mengandung zat pewarna Metanil yellow. 5 Sampel yang positif dinyatakan tidak memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu terdapat 5 sampel tepung panir yang mengandung Metanil yellow, sehingga dapat disarankan kepada instansi terkait khususnya BPOM untuk tetap melakukan pembinaan dan pengawasan secara berkala kepada produsen tepung panir mengenai penggunaan zat pewarna yang digunakan. Kata Kunci                   : Metanil Yellow  dan Tepung Panir
KEMAMPUAN VARIASI UMPAN DALAM MENGENDALIKAN VEKTOR TIKUS DI PELABUHAN NUSANTARA PARE-PARE Hamsir Hamsir; Rini Anggriani; Wahyuni Sahani
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 22, No 2 (2022): Jurnal Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v22i2.2907

Abstract

Di bidang kesehatan, tikus dapat menjadi agent beberapa patogen penyebab penyakit pada manusia karena hubungan tikus dan manusia seringkali bersifat parasitisme, salah satunya penyakit PES. Penyakit tersebut secara langsung oleh ludah, urin, dan fasesnya atau melalui gigitan ektoparasit yang ada ditubuh tikus ( kutu,pinjal, dan tungau), salah satu tempat yang biasanya banyak dikunjungi manusia adalah pelabuhan.Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan variasi umpan yang dipakai agar dapat mengendalikan populasi tikus di Pelabuhan Nusantara Pare-pare. Adapun jenis penelitian ini bersifat eksperimen semu dengan melihat kemampuan perangkap tikus dengan variasi umpan dalam pengendalian tikus. Data dianalisis menggunakan uji statistik anova satu arah dengan menggunakan program komputer SPSS dan data yang telah dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga jenis umpan yang digunakan dalam penelitian ini hanya 2 yang mampu untuk dipakai sebagai umpan trapping dan umpan yang satunya tidak mampu untuk dipakai sebagai umpan trapping dimana jumlah total tikus yang tertangkap sebanyak 9 ekor dari 30 perangkap yang terpasang. Adapun rincian umpan sebagai berikut umpan ceker ayam goreng dengan presentasi 66,67 % dari 6 ekor tikus, umpan tempe goreng dengan presentasi 33,33% dari 3 ekor tikus, dan umpan ubi jalar ungu dengan presentasi 0%. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini yaitu ada dua jenis umpan yang dikatakan mampu dan ada 1 jenis umpan yang dikatakan tidak mampu . Sebaiknya pegawai KKP Kelas I Makassar Wilayah Kerja Pelabuhan Nusantara Pare-pare menggunakan variasi umpan secara bergantian agar lebih efektif. Kata Kunci : Tikus, Pelabuhan Nusantara Pare-pare, dan Variasi Umpan
GAMBARAN DENSITAS NYAMUK Aedes Aegypty DENGAN KEJADIAN DBD DI DAERAH ENDEMIS DESA PASUI KECAMATAN BUNTU BATU KABUPATEN ENREKANG Hamsir Hamsir; Juherah Juherah; Wahyuni Sahani
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 23, No 1 (2023): Jurnal Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v23i1.2980

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cenderung meningkat dengan jumlah penderita dengan penyebaran yang luas. Masalah ini sering muncul dan berulang dengan datangnya musim hujan. Di Indonesia, dengan kurangnya kesadaran akan pentingnya anjuran pemberantasan nyamuk sebagai upaya pencegahan penyakit demam berdarah. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian anak-anak di beberapa negara Asia. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kepadatan nyamuk Aedes aegypty dengan kejadian demam berdarah dengue di daerah endemis, Desa Pasui, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah kepala keluarga di Desa Pasui sebanyak 441 kepala keluarga. Sampel yang digunakan adalah 82 rumah. Data diolah dengan tabel SPSS yang diperoleh dari observasi dan wawancara dari jawaban 82 responden kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ABJ untuk semua lokasi baik Dusun maupun Kecamatan berada pada <95 sedangkan indikator kinerja atau target pengendalian RPJMN adalah ABJ . 95. dan HI berada pada rentang poin 4 dan 5 sehingga dikategorikan kepadatan sedang pada nyamuk aedes aegypty. Untuk kejadian DBD di Kecamatan Buntu Batu ditemukan 12 orang yang pernah mengalami Kejadian DBD. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ABJ di Desa Pasui Kecamatan Buntu Batu belum memenuhi indikator yaitu bebas dari jentik nyamuk dan untuk House indek rumah masih berada pada kepadatan sedang. Angka kejadian DBD dalam satu tahun terakhir masih ditemukan sebanyak 12 orang di Daerah Endemis, Desa Pasui, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang.Kata kunci: Kepadatan Nyamuk Aedes Aegypty, DBD