Diyah Ayu Karunianingsih
Program Studi Manajemen Produksi Berita, Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta Jl. Magelang Km. 6 Yogyakarta 55284, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kamera Sebagai Alat Operasi Male Gaze: Analisis Male Gaze dalam Film Horor “Pacar Hantu Perawan” Diyah Ayu Karunianingsih
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 12, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v12i1.1384

Abstract

Abstrak Kehadiran perempuan dalam sebuah film horor dapat dilihat dari bagaimana perempuan direpresentasikan dan diposisikan. Film yang dianalisis adalah film horor berjudul Pacar Hantu Perawan. Menurut Lauretis teknik sinematik mengonstruksi perempuan sebagai objek hasrat pandangan bagi penonton dengan menggarisbawahi representasi tubuh perempuan sebagai sisi utama seksualitas dan kesenangan visual. Dalam tulisan ini dianalisis teknik sinematik terutama kamera dengan berbagai pilihan tipe pengambilan gambar (type of shot) yang digunakan. Analisis juga dilakukan terhadap teknik pencahayaan (lighting) dan pilihan kostum. Dari hasil analisis diketahui bahwa teknik sinematik baik teknik pengambilan gambar (type of shot) maupun pencahayaan digunakan untuk melancarkan hasrat memandang laki-laki (male gaze)  dan mengeksploitasi tubuh perempuan demi kesenangan visual. Kamera digunakan sebagai alat beroperasinya hasrat memandang (voyerist gaze).  Perempuan diposisikan sebagai objek bagi pandangan laki-laki yang patuh terhadap tatapan mata kamera (tatapan mata laki-laki). Teknik sinematik mengonstuksi perempuan sebagai objek hasrat pandangan bagi orang-orang di balik produksi dan penonton.Kata kunci: male gaze, teknik sinematik, perempuan, objek seksualitas  AbstractCamera as a Tool of Male Gaze Operations: The Analysis of Male Gaze in Horror Film “Pacar Hantu Perawan”. The presence of women in a horror movie can be seen from how women are represented and positioned. The title of The film being analyzed is ‘Pacar Hantu Perawan’. According to Lauretis, cinematic technique is used to construct women as an object of eyeing desire for the audience by highlighting the representation of the female body as the primary side of sexuality and visual pleasure. In this paper the cinematic techniques were analyzed, especially the camera with its various types of shooting.  Analyses were also conducted on the technique of lightings and costume selection. The result of the analyses shows that the cinematic techniques, either the types of shots or the lightings were used to expedite the male gaze and exploit the female body for the sake of visual pleasure. The camera is used as an operating means of eyeing desire (voyeur gaze). Women were positioned as the objects of the male gaze adherent to the gaze of the camera (male gaze). Cinematic techniques constructed women as objects of male gaze for the people behind the production as well as the audience.Keywords:
The Construction of Identity of “Sultan” and Hedonism on TikTok @indrakenz Diyah Ayu Karunianingsih
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 20, No 1 (2022)
Publisher : Univeritas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jik.v20i1.4562

Abstract

The number of TikTok users has increased significantly. The phenomenon of influencers and TikTok stars competing to present content to go viral and appear on the For Your Page (FYP). One of them is the content of luxury life, hedonism, and showing off branded goods. TikTok has become an arena for spectacle and construction of "sultan" identity and hedonism. Indra Kesuma is an Indonesian TikTok star and influencer who is viral among teenagers by presenting luxurious and hedonistic life and showing off branded goods, with the famous words “murah banget”. This is the background for the author to analyze TikTok as a spectacles media and the construction of the identity of “sultan” and hedonism on TikTok @indrakenz. The qualitative descriptive method with an analytical model, namely analyzing the words in the caption, the hashtags, the words spoken by Indra Kesuma, and the activities shown in the video with the theory construction of identity, hedonism, and spectacle. The results show that the construction of the identity of “sultan” and hedonism is carried out by writing the caption “sultan”, hashtag #sultan, the word “sultan” spoken by Indra Kesuma, as well as activities of the sultan such as buying luxurious cars, having luxurious dishes, and wearing fancy apparels. TikTok has become a media of spectacle for the spread of ideology about role models and standards of living for teenagers, namely the hedonistic life of the sultan. The research contribution provides knowledge that TikTok as a medium for teenagers to construct the identity of “sultan”, as well as being the spectacle of spreading ideology about the role model of the sultan.
Pendekatan Deskriptif dalam Penulisan Naskah Dokumenter Berjudul “Egrang dan Generasi Bangsa” Diyah Ayu Karunianingsih; Katarina Retri Yudita
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sense.v5i1.6999

Abstract

Permainan tradisional semakin tergeser oleh permainan yang mengandung tehnologi, salah satunya egrang. Banyak generasi muda yang tidak mengetahui dan tidak memainkan permainan tradisional egrang. Upaya melestarikan permainan egrang terus dilakukan oleh Mbah Yudi, diantaranya dengan melakukan perjalanan dari Yogyakarta menuju Jakarta dan Surabaya, serta membuka dan mengajarkan permainan egrang kepada masyarakat. Penulis membuat dokumenter kisah Mbah Yudi untuk mengenalkan dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya melestarikan permainan tradisional egrang. Metode penggalian data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara. Penulis sebagai penulis naskah menggunakan pendekatan deskriptif dalam menyampaikan informasi pada karya dokumenter berjenis potret berjudul “Egrang dan Generasi Bangsa”. Pendekatan deskriptif digunakan untuk memudahkan penonton dari berbagai kalangan maupun usia untuk memahami pesan dari dokumenter yang diangkat. Informasi penting juga tetap diutamakan. Hasil penelitian bahwa dokumenter dengan topik permainan tradisional yang disampaikan dengan narasi berupa mendeskripsikan atau menggambarkan tokoh dari berbagai sisi, mulai dari ciri-ciri tokoh, barang yang dimiliki atau dikenakan, serta reaksi dari orang lain yang ada di dalam dokumenter merupakan pendekatan yang tepat untuk menjelaskan informasi pada program jenis documenter potret sosok Mbak Yadi. Pemilihan diksi yang tepat dan menarik membuat penonton tidak bosan walau pendekatan deskriptif memiliki kesan lebih sederhana.