Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Shifting orientation in Sufism: its development and doctrine adjustment in history al-haramain, elmansyah
Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies Vol 1, No 2 (2011): Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies
Publisher : State Institute of Islamic Studies (STAIN) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of Islamic cultures that is constantly able to evolve and adapt to the variouscondition is Sufism. In the process of development, Sufism has always been asolution to various issues in society, and it is also aimed at achieving closedrelation to the Lord. Shifting orientation of Sufism has occurred in any kind of itstheology, politics, philosophy, and organization. The present studies of Sufismdevelopment lead to medical issues. Some experts call it Sufi Healing. It isinteresting to discuss it since the shifting orientation brings something positive tothe development of Sufism. However, there are many things that need to bereviewed, namely the provision of the proposition for any behavioral recoverywhich seemed a merely justification. This article is presented by using ahistorical and a phenomenological approach that emphasizes on the existenceof its phenomenon. Through this article, it is expected to obtain an understandingof Sufism and its various efforts in developing the doctrine of al-ihs} an> in Islam inhe context of digital era.Salah satu hasil kebudayaan Islam yang senantiasa mampu berkembang danberadaptasi secara kondisional adalah tasawuf. Dalam proses perkembangannyaitu, tasawuf selalu menjadi solusi bagi pelbagai persoalan masyarakat, dan mengarahkannya pada kedekatan diri dengan Tuhan. Pergeseran orientasi terjadidi setiap perubahan bentuk, mulai dari teologis, politis, filosofis, organisatoris.Studi tentang perkembangan tasawuf akhir-akhir ini, mulai mengarah padapersoalan medis. Para ahli menyebutnya Sufi Healing. Hal ini menarik untukdibahas, karena pergeseran orientasi ini membawa hal positif bagi perkembangantasawuf. Akan tetapi, ada hal yang nampaknya perlu dikaji ulang, yakni pemberiandalil atas setiap perilaku penyembuhan, yang seolah-olah merupakan justifikasibelaka. Tulisan ini disajikan dengan menggunakan pendekatan sejarah; Analisisnyamenggunakan pendekatan fenomenologis. Melalui tulisan ini, diharapkan dapatdiperoleh pemahaman tentang tasawuf dan berbagai upayanya dalammengembangkan ajaran al-ih}sa>n dalam Islam dalam konteks era digital.
Perempuan dalam Perspektif Raja Kubu VIII (Telaah atas Kandungan Kitab “Nasihat Zaman”) Elmansyah Elmansyah
Raheema Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : PSGA LP2M IAIN Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.108 KB) | DOI: 10.24260/raheema.v5i1.1180

Abstract

Artikel ini mendiskusikan tentang isi kitab klasik berjudul “Nasihat Zaman”, karya Raja Kubu VIII. Tujuan penulisan ini adalah untuk melihat sejauh mana pemerintah kerajaan Kubu memandang eksistensi kaum perempuan dalam sebuah kerajaan yang bersifat patriarkhi. Penelitian ini berangkat dari beberapa permasalahan berikut: 1) Siapakah Raja Kubu VIII?; 2) Apa yang melatarbelakangi Raja Kubu VIII menulis sebuah kitab berjudul Nasihat Zaman?; 3) Apa isi kandungan kitab Nasihat Zaman?; dan, Bagaimana kitab Nasihat Zaman memandang eksistensi kaum perempuan? Penelitian dilakukan secara kepustakaan (library research), dengan pendekatan filologi. Temuan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Raja Kubu VIII adalah seorang raja terakhir yang memimpin kerajaan Kubu, Kalimantan Barat; b) Ia menulis kitab Nasihat Zaman, dalam rangka memberikan warisan kepada anak- cucunya agar senantiasa dekat dengan Tuhan; c) Kitab ini memuat 5 (lima) pasal yang saling berhubungan, yaitu: Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tasawuf, amal shaleh; d) Raja Kubu VIII memiliki perhatian yang tinggi terhadap eksistensi kaum perempuan, sehingga harus dimuliakan.
Moderate Islam and the Social Construction of Multi-Ethnic Communities in the hinterland of West Kalimantan Zaenuddin Hudi Prasojo; Elmansyah Elmansyah; Muhammed Sahrin Haji Masri
Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies Vol 9, No 2 (2019): Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies
Publisher : IAIN Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/ijims.v9i2.217-239

Abstract

This article discusses the social construction of culture and inter-ethnic relations within the daily lives of the people of West Kalimantan. Religion and ethnicity have played central roles in the identity dynamics of its multi-ethnic communities; they have also contributed to communal conflicts, with religious and cultural sentiments common throughout the region. Islam has become an important religion in West Kalimantan, as it is practiced by more than half of the province's population. This article explores the local potential of communities and the opportunity to promote better Islamic development in the region's hinterland after the collapse of the Islamic sultanates that had introduced Islam into this region. Data were obtained from ten different locations in Mempawah, Landak, and Sanggau Regencies, all of which are considered part of West Kalimantan's hinterland and are relatively homogenous in their demographics, religions, and customs. Over two years of research, we noted important local potentials and wisdoms in the region, finding that these complemented Islam within local communities' everyday lives. These local potentials and wisdoms included beliefsthat serving food strengthens brotherhood, friendliness is a key to success, lineage is a gift that should be appreciated, and serving guests brings happiness, as well as an ethos that promotes hard work and good manners. Artikel ini didasarkan pada hasil penelitian yang mendalam tentang konstruksi sosial yang meliputi persoalan budaya dan hubungan antar etnis yang menjadi isu penting pada masyarakat Kalimantan Barat. Agama dan etnisitas memiliki peran sentral dalam dinamika identitas kehidupan masyarakat yang multi-etnis ini, sehingga konflik yang didorong oleh sentimen agama dan budaya pun terjadi berulang kali di wilayah ini. Islam yang berkembang di Kalimantan Barat menjadi salah satu agama yang memiliki peran sentral, karena dipeluk oleh lebih dari separuh masyarakat Kalimantan Barat. Artikel ini mendiskusikan tentang bagaimana potensi lokal yang dimiliki oleh masyarakat dan peluang Islam untuk berkembang lebih baik dalam konteks bahwa Islam berkembang di wilayah pedalaman pasca runtuhnya beberapa kesultanan Islam yang berhasil membawa Islam ke pedalaman Kalimantan Barat. Potensi lokal tersebut terungkap dari berbagai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat yang ditemukan dalam penelitian selama kurun waktu dua tahun. Data diperoleh dari sepuluh titik lokasi yang berbeda di wilayah Kabupaten Mempawah, Kabupaten Landak, dan Kabupaten Sanggau yang dianggap sebagai pedalaman Kalimantan Barat. Daerah – daerah tersebut adalah wilayah pedesaan yang memiliki homogenitas penduduk, baik dari segi suku, agama, dan adat istiadat. Beberapa bentuk potensi lokal yang bersambut dengan Islam dari kalangan masyarakat lokal meliputi kepercayaan terhadap kulinari yang dapat mempererat persaudaraan, tradisi warisan budaya untuk persahabatan dengan alam sebagai kunci kesuksesan, keturunan sebagai anugerah yang tidak boleh ditolak, memuliakan tamu sebagai kunci kebahagiaan, bekerja keras, dan tata karma yang tinggi. 
EKSISTENSI TASAWUF DI KALIMANTAN BARAT: KAJIAN TERHADAP PERKEMBANGAN TAREKAT Elmansyah Elmansyah; Patmawati Patmawati
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 1, December 2019
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.276 KB) | DOI: 10.33652/handep.v3i1.56

Abstract

Tulisan yang membahas tentang eksistensi tasawuf di Kalimantan Barat cenderung bersifat parsial. Oleh karena itu, tulisan ini akan mengungkap eksistensi tasawuf di seluruh wilayah Kalimantan Barat melalui perkembangan tarekat di berbagai daerah. Tulisan ini dikerjakan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1) tasawuf pertama kali teridentifikasi sejak datangnya Syeikh Hussein al-Qadri di Negeri Matan, Ketapang; 2) tasawuf eksis sejak murid-murid Syeikh Ahmad Khatib Sambas pulang dari haji dan mengajarkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah; 3) tasawuf berkembang di Kalimantan Barat dalam bentuk tarekat, antara lain Tarekat Naqsyabandiyah Muzhariyah, Tarekat Haq Naqsyabandiyah, Tarekat Al-Mu’min, Tarekat Shiddiqiyah, dan Tarekat Sammaniyah; 4) keberadaan tarekat-tarekat di Kalimantan Barat dapat dilihat melalui kondisi kehidupan beragama masyarakat, yaitu diterimanya Islam dengan baik di masyarakat yang sebelumnya sudah beragama dan Islamisasi budaya leluhur yang masih berkembang dengan tanpa mengurangi nilai-nilai budaya yang ada. 
SYARIAT DALAM PERSPEKTIF TAREKAT (Studi Konfirmatif Atas Hasil Penelitian Muh. Gitosaroso Tahun 2016 Pada Jamaah Tarekat Haq Naqsyabandi di Kota Pontianak) Elmansyah Elmansyah
JURNAL ILMIAH MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi, dan Keagamaan Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Syariah UINFAS Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/mzn.v6i2.2237

Abstract

This study is a confirmative study of Muh. Gitosaroso in 2016, who discovered that the congregation of the Haq Naqsyabandi Congregation in Pontianak tended to prioritize the essence of shari'ah. This study was conducted from mid-September 2018 until the end of December 2018. The purpose of this study was to determine the extent of changes that occurred in the congregation of the Haq Naqsyabandi congregation in Pontianak, related to their views on shari'ah. The method used is descriptive method - analysis of the results of interviews in the field with the attitudes and actions of the congregation everyday. The results showed that there had been a significant change in the congregation of the Haq Naqsyabandi, related to their views on shari’ah. The congregation is active in the mosque for congregational prayers, active in the economy, and active in various social activities.
METODE “KLP” DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH ILMU-ILMU KEISLAMAN DI PTKIN/S Elmansyah Elmansyah
Journal of Research and Thought on Islamic Education Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.9 KB) | DOI: 10.24260/jrtie.v2i1.1227

Abstract

The Kuliah Langsung-Presentasi (Direct Learning-Presentation/KLP) method is a learning method designed to address the problem of student inactive in learning with a classroom seminar model. This method is believed to increase reading, writing and thinking sklill to express students’ ideas of learning. This method was developed based on the results of research conducted through Classroom Action Research, from 2017-2018 in State Islamic/Private Islamic University (PTKI N/S) in West Kalimantan. Data collection was done by Interview Technique, Learning Practice Test and Questionnaire. The data analysis used Likert Scale model. The results obtained of this study are that there are significant influences and significant differences on the use of KLP’s on student learning outcomes in the course of Islamic Sciences in PTKIN/S.
Sufism and Millennial Generation Movements in Modern Nusantara Elmansyah Elmansyah; Muhammed Sahrin bin Haji Masri; Saimi bin Bujang
Al-Albab Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Graduate Program of Pontianak Institute of Islamic Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.273 KB) | DOI: 10.24260/alalbab.v8i1.1272

Abstract

This article aims to show how Sufism has survived and existed in the history of Nusantara Islamic civilization. This is interesting, especially for the millennial generation, as an example of dealing with the swift currents of change and the desire to build the Indonesian Islamic Civilization within Islam Nusantara context. The data of the work is based on a comparative research project with a historical approach. The work suggests four key findings. First, the emergence of Sufism in the 3rd century of Hijri was part of the response in changes in Islamic civilization. Second, to counter the unexpected changes in time, the Sufis returned to the spiritual teachings, so as to avoid negativity. Third, a strong mentality of Sufis made them travel around the world to create a new civilization. Fourth, tolerant attitudes and models of the Sufis are the mainstays in achieving their mission.
WAHDAT AL-ADYÂN: SPIRIT KOSMOPOLITANISME DALAM MENJAGA KEUTUHAN NKRI Elmansyah Elmansyah
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v16i2.2338

Abstract

The symptoms of disunity in this country seem very worrying, due to the five-year political contestation. Religion is used as a tool to gain political advantage, regardless of the negative impacts. This article tries to provide an overview of one of the concepts of Sufism, which can be used as a solution to overcome the disunity. The main objective of this research is to find alternative strategies for the community and government, especially for Muslims in facing the various propaganda that want to disunit the integrity of the nation. The research method used is descriptive-critical analysis method with the philosophical approach. The results showed that the spirit of cosmopolitanism in the concept of wahdat al-adyân from Abu Mansyur Al-Hallaj, could be used as a solution to maintain the integrity of NKRI.Gejala perpecahan di negeri ini mulai terlihat sangat mengkhawatirkan, akibat kontestasi politik lima tahunan. Agama dijadikan sebagai alat untuk meraih keuntungan politis, tanpa mempedulikan dampak negatif yang ditimbulkan. Artikel ini mencoba untuk memberikan gambaran mengenai salah satu konsep tasawuf, yang dapat dijadikan sebagai solusi mengatasi perpecahan. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan alternatif strategi bagi masyarakat dan pemerintah, terutama umat Islam dalam menghadapi berbagai propaganda yang ingin memecah-belah keutuhan bangsa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis-kritis, dengan pendekatan filosofis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spirit kosmopolitanisme dalam konsep wahdat al-adyân dari Abu Mansyur Al-Hallaj, dapat dijadikan sebagai solusi dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
DO’A KASSAH: TRADISI TOLAK BALA MASYARAKAT MELAYU DESA MUARA JEKAK AGAR TERHINDAR DARI BENCANA Wanda Wulandari; Elmansyah Elmansyah
Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer Vol 4, No 1 (2022): Juli
Publisher : UIN ANTASARI BANJARMASIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/msr.v4i1.5706

Abstract

Abstract: Kassah prayer is a tradition of rejecting reinforcements for the people of Muara Jekak Village which is routinely carried out when facing a disaster. Kassah prayer is a form of request to God Almighty to be given protection and safety. This research was conducted using a qualitative-descriptive method. The subjects in this study were community leaders in Muara Jekak Village and traditional leaders who organized the Kassah prayer ritual. The object of this research is the implementation of the Kassah prayer tradition in the people of Muara Jekak Village. Data collection techniques in this study were interviews, documentation, and observation. The data analysis technique used descriptive-qualitative analysis technique. The results of this study indicate that the traditional ritual of the Kassah prayer is carried out by making diamonds, then throwing them in front and behind the house. Next, a meeting was held at one point to eat together. In addition, the Kassah prayer is carried out every year by the people of Muara Jekak to refuse reinforcements (disasters) in the hope that the village will always be safe, peaceful, and peaceful.Keywords: Kassah Prayer, Malay People; Muara Jekak; Tradition; Tolak Bala Abstrak: Do’a kassah adalah sebuah tradisi tolak bala pada masyarakat Desa Muara Jekak yang rutin dilakukan ketika menghadapi suatu bencana. Do’a kassah merupakan bentuk permohonaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan perlindungan dan keselamatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat Desa Muara Jekak dan tokoh adat penyelenggara ritual do’a kassah. Objek penelitian ini adalah pelaksanaan tradidi do’a kassah pada masyarakat Desa Muara Jekak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ritual tradisi do’a kassah ini dilakukan dengan membuat ketupat, kemudian dilempar di depan dan di belakang rumah. Selanjutnya, diadakan pertemuan di satu titik untuk makan bersama. Selain itu, do’a kassah dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Muara Jekak untuk menolak bala (bencana) dengan harapan agar desa selalu aman, damai, dan tentram.Kata Kunci: Doa Kassah, Masyarakat Melayu; Muara jekak; Tradisi; Tolak Balak