Renaningsih Renaningsih
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Sudut Tenang Tanah Pasir-Lempung Pada Kondisi Runtuh Anto Budi Listyawan; Renaningsih Renaningsih; Qunik Wiqoyah; Aditya Galih Pradana
Borneo Engineering : Jurnal Teknik Sipil Volume 4 Nomor 2 Tahun 2020
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/be.v4i2.1441

Abstract

The soil layer is the combination of many types as well as the soil in the slope area. The soil in the slope is frequently a mixture of clay and sand. The stability of slope becomes dominantly an issue in the geotechnical engineering area. The collapse of the slope occurs because the gravity of external forces is exceeding the shear strength of the soil. The recent research develops the apparatus to determine the angle of repose of the sand-clay soil in the failure conditions. Sandy soil is taken from Beach and Merapi volcano. The clay added into the sand in the proportion of 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, and 30%. The experiment is conducted by taking the height of the falling material of 15cm, 25cm, and 35 cm. Adding 0% to 15% clay brings the sand into SP Category, then adding 20%-30% makes the sand in the SC category. The Modulus if a fine grain of sand beach is smaller than Merapi sand. As the percentage of clay added to the sand higher, the difference of angle of repose of Merapi sand before and after failure is getting smaller, but it is not the case in Beach sand. The percentage of loss of volume of Merapi sand after failure is also going down as the portion of clay higher. The loss of volume of Beach sand added by clay is getting higher in failure condition..
Perencanaan Fondasi Tiang Bor Abutment Jembatan Kali Kendeng (Perbandingan Metode Meyerhof dan Metode Reese & Wright) Agus Susanto; Renaningsih Renaningsih; Riska Aditya Candrarini
Dinamika Teknik Sipil: Majalah Ilmiah Teknik Sipil Vol. 13/No.2/Desember 2020
Publisher : Departement of Civil Engineering, Faculty of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.062 KB) | DOI: 10.23917/dts.v13i2.13049

Abstract

Fondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meneruskan beban yang berasal dari struktur atas, baik beban dalam arah vertikal maupun horizontal ke tanah. Secara umum fondasi digolongkan menjadi dua golongan yaitu fondasi dangkal dan fondasi dalam. Jika suatu struktur dibangun di atas suatu lahan di mana lapisan tanah kerasnya terletak pada elevasi yang cukup dalam, maka tipe fondasi yang sesuai untuk struktur tersebut adalah fondasi dalam. Fondasi tiang bor (bored pile) merupakan salah satu jenis fondasi dalam yang dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi tulangan dan dicor beton. Fondasi tiang ini biasanya dipakai pada tanah yang stabil sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan mesin bor.  Para ahli geoteknik telah merumuskan beberapa metode untuk perencanaan bored pile, diantaranya metode Meyerhof dan metode Reese Wright. Kedua metode tersebut menggunakan prinsip kombinasi end bearing dan friction pile. Pada perencanaan dengan metode Meyerhof menggunakan peramasamaan atau rumus, sedangkan pada metode Reese Wright menggunakan gambar grafik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kapasitas dukung ultimit tiang tunggal, kapasitas izin kelompok tiang dan jumlah fondasi bored pile yang dibutuhkan pada abutmen Jembatan Kali Kendeng Susukan, Semarang dengan metode Meyerhof dan metode Reese Wright. Data tanah yang digunakan untuk perencanaan bored pile adalah data nilai N-SPT  lapisan tanah pada lokasi proyek jembatan. Sebelum melakukan analisis perhitungan kapasitas dukung, dilakukan perhitungan pembebanan, yaitu beban  hidup, beban mati, dan beban kendaraan. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa beban aksial total yang harus ditahan oleh fondasi adalah sebesar 49881,266 kN. Kapasitas dukung ultimit tiang tunggal dengan metode Reese Wright diperoleh sebesar 5842,130 kN, dan dengan metode Meyerhof sebesar 4857,130 kN. Kapasitas izin kelompok tiang dengan metode Reese Wright sebesar 58421,300 kN dan Meyerhof sebesar 58285,560 kN, di mana keduanya sedikit lebih besar dari beban aksial yang harus ditahan, maka hasil hitungan dari kedua metode tersebut memenuhi untuk menahan beban. Dengan menggunakan SF 2,5 jumlah tiang bored pile yang dibutuhkan dengan metode Reese Wright diperoleh sebanyak 10 tiang, dan dengan metode Meyerhof diperoleh sebanyak 12 tiang.
Tinjauan Kuat Dukung Tanah Lempung Bayat – Klaten dengan Bahan Stabilisasi Slag Baja Agus Susanto; Krisindo Monico; Renaningsih Renaningsih
Dinamika Teknik Sipil: Majalah Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15/No.1/Juli 2022
Publisher : Departement of Civil Engineering, Faculty of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.929 KB) | DOI: 10.23917/dts.v1i1.18530

Abstract

Berdasarkan penelitian tanah dari Desa Talang Kidul, Kecamatan Bayat, Klaten merupakan tanah lempung dengan nilai plastisitas yang tinggi dikarenakan nilai PI nya 17 %. Perbaikan dilakukan dengan bahan tambah slag baja. Penambahan campuran slag baja dengan persentase 0%,5%,10%, dan 15%, dan adanya variasi ukuran butiran slag baja lolos saringan No.4 dan No.40 bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan mekanisnya. Hasil pengujian mekanis diperoleh Nilai berat volume kering maksimum terbesar pada penambahan 15% No.40 sebesar 1,57 gr/cm3, sedangkan berat volume kering maksimum tanah campuran slag baja terkecil pada panambahan 5% No.4 yaitu 1,41 gr/cm. Nilai kadar air optimum paling besar didapat 21% pada slag baja 5% No.4, sedangkan nilai kadar air optimum paling kecil didapat pada slag baja 15% No.40 sebesar 19%. Semakin kecil ukuran slag baja, nilai berat volume kering maksimum mengalami peningkatan dan nilai kadar air optimumnya mengalami penurunan. Semakin kecil ukuran slag baja menyebakan nilai CBR semakin meningkat. Dan untuk pengujian nilai pengembangan tanah (swelling) pada tanah asli sebesar 1,53. Penambahan campuran slag baja No.4 dan No.40 menyebabkan nilai pengembangan (swelling) mengalami penurunan. Hasil dari nilai pengembangan yang terendah pada slag baja 15% No.40 sebesar 1,20 %. Semakin kecil ukuran butiran slag baja, semakin kecil nilai pengembangan (swelling).