Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERTUMBUHAN DAN PEMATANGAN GONAD IKAN GIRU Amphiprion clarkii YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG HORMON OODEV Aprelia Martina Tomasoa; Deidy Azhari; Walter Balansa
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 9 No 2 (2018): NOVEMBER 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1858.089 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.9.163-168

Abstract

Pertumbuhan dan pematangan gonad memainkan peranan penting dalam budidaya ikan. Untuk memperoleh benih yang berkualitas, induk harus benar-benar matang gonad dan memiliki ukuran tubuh yang sesuai. Umum digunakan dalam kegiatan budidaya ikan, hormon Oodev dapat merangsang pematangan gonad karena hormon Oodev ini mengandung pregnant mare serum gonadotropin dan antidopamin yang sama-sama berperan dalam pematangan gonad. Sekalipun hormon ini begitu populer di bidang budidaya ikan, pengaruh hormon ini terhadap pertumbuhan tubuh dan pematangan gonad terhadap ikan giru (Amphiprion clarkii) belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh dan menentukan dosis pemberian hormon Oodev dalam pakan terhadap pertumbuhan panjang dan bobot serta pematangan gonad ikan giru. Ikan giru diberi perlakuan dengan tiga dosis hormon Oodev berbeda yaitu 0 mL/kg, 0,5 mL/kg, dan 1 mL/kg dengan tiga pengulangan selama 30 hari pemeliharaan. Hasil menunjukkan dosis 1 mL/kg meningkatkan pertumbuhan panjang tubuh pada jantan (0,9 cm) maupun betina (0,7 cm) dan pertumbuhan bobot pada jantan (1,32 gram) maupun betina (3,05 gram) lebih tinggi dengan kontrol. Sejalan dengan pertumbuhan panjang dan bobot, dosis 1 mL/kg meningkatkan nilai gonadosomatic index jantan dan betina yaitu 0,47% dan 0,58% lebih tinggi dengan kontrol. Dari hasil yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa hormon Oodev dengan dosis 1 mL/kg dapat meningkatkan pertumbuhan dan nilai GSI A. clarkii.
Kajian Kualitas Air dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dibudidayakan dengan Sistem Akuaponik Deidy Azhari; Aprelia Martina Tomasoa
Akuatika Indonesia Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.47 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i2.23392

Abstract

Kualitas air memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi budidaya ikan. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan yang dibudidayakan secara luas di banyak negara termasuk Indonesia. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi, budidaya ikan nila dilakukan secara intensif yang dicirikan dengan padat tebar tinggi dan pemberian pakan berprotein tinggi. Kontol kualitas air yang baik menjadi kunci keberhasilan budidaya secara intensif ini. Sistem akuaponik merupakan sistem kombinasi antara sistem akuakultur dan hidroponik yang memiliki prinsip resirkulasi yang bertujuan untuk pengontrolan kualitas air. Berdasarkan hal di atas maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas sistem akuaponik dalam mengkonversi senyawa amoniak dan memperbaiki kualitas air dalam media budidaya serta mengetahui korelasi antara kualitas air dan pertumbuhan ikan nila. Penelitian dilakukan selama 30 hari untuk mengukur beberapa parameter kualitas air yaitu suhu, Dissolve Oxygen, derajat keasaman (pH), amonia dan nitrat serta parameter pertumbuhan dan sitasan ikan nila yang dibudidayakan. Penelitian ini menggunakan dua variabel dengan tiga kali pengulangan setiap variabelnya. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa sistem akuaponik mampu mereduksi senyawa amonia dan mengkonversinya menjadi senyawa nitrat yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman. Sistem akuaponik juga mampu menjaga kualitas air yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang dibudidayakan. 
EFEKTIVITAS PERENDAMAN MADU DENGAN SUHU BERBEDA TERHADAP MASKULINISASI LARVA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Aprelia Martina Tomasoa; Deidy Azhari; Christian Andelsen Manangsang; Ferly Feybe Dansole; Rodhi Firmansyah
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 9, No 2 (2021): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jr.v9i2.2725

Abstract

Ikan nila merupakan salah satu komoditi perikanan air tawar yang dapat ditingkatkan kualitas produksinya melalui teknik budidaya monoseks jantan. Teknik monosex jantan dapat dilakukan dengan menggunakan hormon sintetik seperti 17α-metiltestosteron yang tidak disarankan dalam upaya peningkatan kualitas produksi pangan karena meninggalkan residu karsinogenik. Berdasarkan hal ini maka penggunaan bahan alami dalam meningkatkan kualitas hasil produksi sangatlah direkomendasikan. Madu merupakan bahan alami yang menggandung chrysin yang dapat digunakan untuk teknik maskulinisasi pada ikan nila. Keefektifan senyawa bahan alam dalam teknik maskulinisasi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap jumlah kelamin jantan yang dihasilkan dan mengetahui suhu terbaik dalam teknik maskulinisasi menggunakan larutan madu. Penelitian ini dilakukan menggunakan 4 perlakuan suhu dengan menggunakan konsentrasi madu (15 mL/L). Larva yang digunakan adalah larva umur 7 hari setelah menetas yang diperoleh melalui pemijahan semi buatan dengan induksi hormon. Untuk mengetahui jumlah kelamin jantan, analisa histologis dengan pewarnaan asetokarin dilakukan untuk mengamati gonad benih yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa perendaman larva ikan nila dalam larutan madu pada suhu 32°C menghasilkan jumlah kelamin jantan sebesar 86,7%. Berdasarkan hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan suhu yang digunakan dalam teknik maskulinisasi dengan menggunakan madu berpengaruh terhadap rasio kelamin jantan yang dihasilkan dan kombinasi suhu 32°C pada teknik maskulinisasi dengan menggunakan madu memberikan nilai tertinggi terhadap kelamin jantan yang dihasilkan.
EFEKTIVITAS PERENDAMAN MADU DENGAN SUHU BERBEDA TERHADAP MASKULINISASI LARVA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Aprelia Martina Tomasoa; Deidy Azhari; Christian Andelsen Manangsang; Ferly Feybe Dansole; Rodhi Firmansyah
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 9, No 2 (2021): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.811 KB) | DOI: 10.29406/jr.v9i2.2725

Abstract

Ikan nila merupakan salah satu komoditi perikanan air tawar yang dapat ditingkatkan kualitas produksinya melalui teknik budidaya monoseks jantan. Teknik monosex jantan dapat dilakukan dengan menggunakan hormon sintetik seperti 17α-metiltestosteron yang tidak disarankan dalam upaya peningkatan kualitas produksi pangan karena meninggalkan residu karsinogenik. Berdasarkan hal ini maka penggunaan bahan alami dalam meningkatkan kualitas hasil produksi sangatlah direkomendasikan. Madu merupakan bahan alami yang menggandung chrysin yang dapat digunakan untuk teknik maskulinisasi pada ikan nila. Keefektifan senyawa bahan alam dalam teknik maskulinisasi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap jumlah kelamin jantan yang dihasilkan dan mengetahui suhu terbaik dalam teknik maskulinisasi menggunakan larutan madu. Penelitian ini dilakukan menggunakan 4 perlakuan suhu dengan menggunakan konsentrasi madu (15 mL/L). Larva yang digunakan adalah larva umur 7 hari setelah menetas yang diperoleh melalui pemijahan semi buatan dengan induksi hormon. Untuk mengetahui jumlah kelamin jantan, analisa histologis dengan pewarnaan asetokarin dilakukan untuk mengamati gonad benih yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa perendaman larva ikan nila dalam larutan madu pada suhu 32°C menghasilkan jumlah kelamin jantan sebesar 86,7%. Berdasarkan hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan suhu yang digunakan dalam teknik maskulinisasi dengan menggunakan madu berpengaruh terhadap rasio kelamin jantan yang dihasilkan dan kombinasi suhu 32°C pada teknik maskulinisasi dengan menggunakan madu memberikan nilai tertinggi terhadap kelamin jantan yang dihasilkan.