Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PERTUMBUHAN DAN PEMATANGAN GONAD IKAN GIRU Amphiprion clarkii YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG HORMON OODEV Aprelia Martina Tomasoa; Deidy Azhari; Walter Balansa
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 9 No 2 (2018): NOVEMBER 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1858.089 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.9.163-168

Abstract

Pertumbuhan dan pematangan gonad memainkan peranan penting dalam budidaya ikan. Untuk memperoleh benih yang berkualitas, induk harus benar-benar matang gonad dan memiliki ukuran tubuh yang sesuai. Umum digunakan dalam kegiatan budidaya ikan, hormon Oodev dapat merangsang pematangan gonad karena hormon Oodev ini mengandung pregnant mare serum gonadotropin dan antidopamin yang sama-sama berperan dalam pematangan gonad. Sekalipun hormon ini begitu populer di bidang budidaya ikan, pengaruh hormon ini terhadap pertumbuhan tubuh dan pematangan gonad terhadap ikan giru (Amphiprion clarkii) belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh dan menentukan dosis pemberian hormon Oodev dalam pakan terhadap pertumbuhan panjang dan bobot serta pematangan gonad ikan giru. Ikan giru diberi perlakuan dengan tiga dosis hormon Oodev berbeda yaitu 0 mL/kg, 0,5 mL/kg, dan 1 mL/kg dengan tiga pengulangan selama 30 hari pemeliharaan. Hasil menunjukkan dosis 1 mL/kg meningkatkan pertumbuhan panjang tubuh pada jantan (0,9 cm) maupun betina (0,7 cm) dan pertumbuhan bobot pada jantan (1,32 gram) maupun betina (3,05 gram) lebih tinggi dengan kontrol. Sejalan dengan pertumbuhan panjang dan bobot, dosis 1 mL/kg meningkatkan nilai gonadosomatic index jantan dan betina yaitu 0,47% dan 0,58% lebih tinggi dengan kontrol. Dari hasil yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa hormon Oodev dengan dosis 1 mL/kg dapat meningkatkan pertumbuhan dan nilai GSI A. clarkii.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Sponge Perairan Enepahembang Terhadap Bakteri Patogenik Ikan Aeromonas Hydrophila Walter Balansa; Deidy Azhari; Desmi Babo; Aprelia Tomasoa
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 3 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.351 KB) | DOI: 10.5281/jit.v3i1.93

Abstract

Ancaman menakutkan dari bakteri-bakteri resisten terhadap berbagai antibiotik, khususnya bakteribakteri Gram negatif, menjadikan penemuan antibiotik baru makin relevan dan mendesak. Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas antibakteri 12 sponge dari perairan terumbu karang Enepahembang Tahuna terhadap bakteri patogenik ikan Aeromonas hydrophila. Studi ini mencakup koleksi sponge dengan snorkling pada kedalaman 1.0-7.0 m, ekstraksi sampel dengan vacuum rotary evaporator dan uji antimikroba ekstrak kasar terhadap A. hydrophila. Ekstrak dari 5 spesimen yang belum teridentifiksi dengan kode EP-5, EP-12, EP-13, EP-15 dan EP-16 mampu menghambat pertumbuhan A. hydrophila pada konsentrasi 10.0 /mL (zona hambat = 12.0 mm - 14.0 mm) sedangkan EP-1 pada konsentrasi lebih rendah yakni 1.0 mg/mL (zona hambat = 15.0 mm). Pada konsentrasi 10.0 mg/mL, ekstrak kasar EP-1 berdaya hambat 28.0 mm, sedikit lebih besar dari zona hambat antibiotik pembanding (tetrasikilin, 27.0 mm) meskipun pada konsentrasi tetrasiklin lebih rendah (0.1 mg/mL). Studi lanjut berupa fraksinasi, pemurnian senyawa, penentuan struktur molekul dan uji antibakteri untuk ekstrak kasar EP-1 sangat diperlukan. Selain untuk memastikan potensi antibiotik sebenarnya, studi ini bermanfaat untuk memastikan kebaruan dari molekul-molekul terkandung pada spesimen EP-1, sebuah upaya strategis dalam menunjang penemuan antibiotik baru.
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK SPONS Agelas clathrodes TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Edwardsiella tarda Aprelia Martina Tomasoa; Walter Balansa; Deidy Azhari; Juliet Olivia Montoali
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.567 KB)

Abstract

Spons Agelas clathrodes merupakan sumber molekul antibakteri potensial terutama terhadap bakteribakteri Gram positif. Tetapi ancaman serius infeksi bakteri Gram negatif Edwardsiella tarda terhadap ikan-ikan budidaya dan juga kesehatan manusia, terbatasnya antibiotik untuk bakteri Gram negatif serta cukup melimpahnya A. clathrodes di perairan Teluk Tahuna mendorong kami untuk menguji daya hambat ekstrak spons A. clathrodes terhadap pertumbuhan bakteri E. tarda. Uji daya hambat dilakukan pada media yang telah ditumbuhi bakteri menggunakan tiga konsentrasi ekstrak berbeda (1, 10 dan 100) mg/mL dengan tetrasiklin dan metanol sebagai kontrol positif dan negatif berturut-turut. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk histogram, ditabulasi dan kemudian dibahas secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata zona hambat pada tetrasiklin lebih besar (54.6 mm) dibandingkan ekstrak spons berturut-turut (26.6, 34 dan 39.6) mm. Daya hambat yang tergolong sangat aktif (>18 mm) dari A. clathrodes terhadap E. tarda menunjukkan potensi ekstrak ini sebagai antibiotik alami.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KASAR SPONS Agelas clathrodes TERHADAP BAKTERI PATOGENIK IKAN Vibrio parahaemolyticus Deidy Azhari; Asri M. Makisake; Aprilia M. Tomasoa; Geric Lumiu; Walter Balansa
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.475 KB)

Abstract

Bakteri Vibrio parahaemolyticus adalah bakteri patogenik Gram negatif yang tersebar luas di lingkungan laut dan estuari di seluruh dunia. Pada ikan, strain V. parahaemoliticus patogenik menyebabkan vibrosis dengan dampak seperti kematian 100% pada larva maupun ikan-ikan budidaya ukuran konsumsi sedangkan pada manusia dapat menyebabkan gastroenteritis atau diare akut. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah infeksi bakteri strain V. parahaemoliticus patogenik ini adalah antibiotik. Pada kanyataannya penggunaan antibiotik dapat meningkatkan kasus resistensi antibiotik. Krisis resistensi antibiotik telah memunculkan kesadaran menggunakan antibiotik dari bahan alami untuk mengobati penyakit ikan, hewan lainnya atau manusia salah satunya dari ekstrak spons A. clathordes. Itulah sebabnya, dalam penelitian ini aktivitas antibakteri spons A. clathordes akan diuji terhadap bakteri patogen ikan V. parahaemolythicus. Pengujian akan menggunakan media TSA yang dikultur dengan biakan V. parahaemolythicus. Kertas cakram ditempatkan pada media kemudian ditetesi dengan (ekstark 1.0, 10.0, 100.0 mg/mL; tetrasiklin; methanol), setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Hasil pengukuran zona hambat kemudian dievaluasi dengan mengkategorikan zona hambat sebagai berikut <9 mm (tidak aktif), 9-12 mm (kurang aktif), 13-18 mm (aktif) dan >18 mm (sangat aktif) dan ditabulasikan pada sebuah tabel. Hasil penelitian menunjukan aktivitas antibakteri A. clathrodes terhadap V. parahaemoliticus bertambah dengan naiknya konsentrasi. Meskipun zona hambat pada tiga konsentrasi masih lebih kecildibandingkan dengan zona hambat dari antibiotik pembanding, zona hambat ekstrak-ekstrak kasar itu tergolong sangat aktif
APLIKASI HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN UNTUK MENINGKATKAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) PADA KERAMBA JARING APUNG DI TELUK TALENGEN Aprelia Tomasoa; Walter Balansa; Krisan Salendeho
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 7 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v7i2.386

Abstract

Budidaya ikan kakap sering terkendala dengan kurang tersedianya pakan rucah secara kontinyu dan berkelanjutan, karena pakan rucah tersedia secara musiman. Budidaya ikan kakap harus diselingi dengan pemberian pakan pelet, apalagi pakan pelet yang diperkaya dengan hormon pertumbuhan rekombinan dapat menjadi salah satu solusi. Mempercepat laju pertumbuhan ikan dapat dilakukan dengan pemberian hormon pertumbuhan rekombinan. Hormon tersebut dijadikan sebagai sumplemen pakan bagi ikan maupun udang. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan kakap menggunakan hormon pertumbuhan rekombinan yang dibudidayakan dengan sistem keramba jaring apung di Teluk Talengen. Tahapan penelitian terdiri dari persiapan wadah dan ikan uji, pembuatan pakan dan pemeliharaan selama 30 hari. Perlakuan yang dilakukan adalah dosis hormon pertumbuhan rekombinan yang diaplikasikan ke pakan dan diberikan pada ikan kakap. Dosis yang diberikan adalah : 0 mg/kg, 2 mg/kg, 3 mg/kg, dengan tiga kali ulangan. Ikan kakap yang digunakan berukuran 3-5 cm dengan padat tebar 10 ekor per wadah. Dosis hormon pertumbuhan rekombinan akan dicoating menggunakan putih telur dan disemprot ke pakan. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation dengan frekuensi pemberian sebanyak 2 kali pada pagi dan sore hari. Hasil penelitian memperlihatkan perlakuan terbaik yaitu dosis 3 mg/kg pakan meningkatkan bobot tubuh (8,8 gr), SGR (3,43%), EP (28,3%) dan SR (100%) dibandingkan perlakuan kontrol. Hal tersebut menunjukkan hormon pertumbuhan rekombinan memberi pengaruh positif meningkatkan laju pertumbuhan dan survival rate ikan kakap selama 30 hari pemeliharaan. Snapper cultivation is often constrained by the lack of continuous and sustainable feed availability, because trash feed is readily available. The cultivation of snapper fish must be interspersed with providing pellet feed, moreover pellet feed enriched with recombinant growth hormone can be a solution. Accelerating the growth rate of fish can be done by offering recombinant growth hormone. This hormone is used as a supplement to feed for fish and shrimp. The aim of this study was to increase the growth rate of snapper using recombinant growth hormone cultivated with floating net cage system in Talengen Bay. Stages of taking care of research from containers and test fish, making feed and maintaining it for 30 days. The treatment is a recombinant growth hormone which is applied to feed and given to snapper. The doses given were: 0 mg/ kg, 2 mg/kg, 3 mg/kg, with three replications. The snapper used is 3-5 cm in size with a stocking density of 10 fish per container. The dose of recombinant growth hormone will be coated using egg white and sprayed into the feed. Feeding is done occasionally with a frequency of offering 2 times in the morning and evening. The results of the best treatment treatment, namely the dose of 3 mg / kg of feed increased body weight (8.8 gr), SGR (3.43%), EP (28.3%) and SR (100%) compared to control treatment. This shows that the growth of recombinant growth hormone has a positive effect on increasing the growth rate and survival of snapper for 30 days of rearing.
PKM BUDIDAYA SPONS SECARA IN SITU UNTUK PRODUKSI BAHAN AKTIF BERKELANJUTAN DAN RAMAH LINGKUNGAN DI KELURAHAN ENEPAHEMBANG TAHUNA TIMUR Walter Balansa; Deidy Azhari; Aprelia M. Tomasoa; Edwin O. Langi
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.291 KB) | DOI: 10.1234/tkrg.v2i0.144

Abstract

Spons laut merupakan sumber penting molekul-molekul berpotensi medis seperti antibiotik, antikanker, antimalaria, antidiabetik dengan Ara-A (antibiotik) dan Ara-C (antikanker) sebagai contoh obat berbasis spons. Tetapi spons biasanya mengandung bahan bioaktif dalam jumlah sangat terbatas yang sering memicu panen spons secara berlebihan dari alam dan berpotensi merusak lingkungan laut. Beruntung, budidaya spons secara in situ (dikembangkan di lokasi dimana spons itu diambil) telah memperlihatkan hasil positif sehingga berpotensi memberikan solusi untuk produksi bahan bioaktif secara berkelanjutan sekaligus ramah lingkungan. Masalahnya, masyarakat pesisir dan pengambil kebijakan pada umumnya belum mengetahui potensi spons sebagai sumber berbagai sumber berbagai kandidat obat dan pendapatan tambahan yang pada gilirannya dapat bermuara pada perlindungan laut. Sebagai solusi, tim pengusul pertama-tama akan memperkenalkan berbagai potensi farmakologis dan ekonomi spons melalui penyuluhan dan diksusi langsung dengan mitra selain melalui pembekalan teknik-teknik budidaya spons.
IbM PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK USAHA BUDIDAYA IKAN DAN TANAMAN DENGAN SISTEM AKUAPONIK DI KELURAHAN MANENTE, KECAMATAN TAHUNA Deidy Azhari; Walter Balansa; Forzando Mahare; Aprelia Martina Tomasoa
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.669 KB)

Abstract

Kebutuhan pangan dan gizi di wilayah perkotaan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduknya. Permasalahan pertumbuhan populasi di perkotaan selalu diikuti dengan pembangunan fasilitas perumahan. Pengembangan fasilitas perumahan memiliki dampak terhadap ketersedian lahan dan sumberdaya air untuk kegiatan budidaya ikan maupun pertanian. Sistem akuaponik merupakan sistim yang menawarkan solusi yang berhubungan dengan pemanfaatan lahan sempit dan keterbatasan sumber daya air untuk kegiatan budidaya ikan dan tanaman. Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, sistim akuaponik diperkenalkan kepada masyarakat di daerah perumahan Kelurahan Manente, Kecamatan Tahuna dengan beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya pembuatan unit akuaponik, penyuluhan dan pelatihan yang diberikan kepada masyarakat tentang teknik dan unit akuaponik ini. Dari kegiatan yang dilakukan, 20 orang peserta yang terdiri dari aparat kelurahan, tokoh masyarakat dan anggota penggerak PKK memperoleh pelatihan tentang bagaimana memanfaatkan lahan pekarangan untuk budidaya ikan air tawar dan budidaya tanaman dengan menggunakan teknologi akuaponik. Selain itu juga, satu buah unit akuaponik diserahkan kepada pihak kelurahan sebagai model untuk masyarakat yang ada.
PEMBESARAN IKAN NILA MENGGUNAKAN KOLAM TERPAL SEBAGAI WADAH BUDIDAYA DI KAMPUNG TARIANG LAMA KECAMATAN KENDAHE KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Aprelia Tomasoa; Walter Balansa; Frets Jonas Rieuwpassa
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 3 (2019): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kolam terpal merupakan wadah budidaya ikan yang tepat untuk pembesaran ikan nila karena berbagai keunggulannya seperti kemudahan memindahkan, keramahan terhadap konstruksi tanah, kesesuaian dengan karakteristik ikan nila, kemudahan membersihkan kolam dan memanen ikan. Kegiatan pengabdian kemitraan masyarakat ini menyasar kelompok-kelompok masyarakat di Kampung Tariang Lama, Kecamatan Kendahe yang masyarakatnya sulit mendapatkan ikan disaat cuaca buruk di laut. Pengabdian kepada masyarakat ini mencakup kunjungan lapangan (survei), penyuluhan, pelatihan, evaluasi, dan pemantauan pasca penyuluhan dan pelatihan. Sejauh ini, kelompok masyarakat sasaran pengabdian di Kampung Tariang Lama sudah mampu merancang, membuat sendiri kolam, dan mampu membudidayakan ikan nila menggunakan kolam terpal. Selanjutnya, hasil evaluasi dan pemantuan menunjukan bahwa masyarakat Tariang Lama tidak menghadapi kendala berarti dalam membudidayakan ikan di kolam terpal. Sebagian dari mereka bahkan berusaha merancang dan membangun sendiri kolam terpal secara mandiri hal ini merupakan indikasi kuat dari keterbukaan dan penerimaan masyarakat Tariang Lama terhadap penerapan teknologi budidaya ikan yang masih relatif baru untuk masyarakat Tariang Lama ini. Tarp-typed pond or tarpaulin pond is an appropriate medium for cultivation of Nile tilapia because of its many advantages including (1) easily moved from one place to another,(2) friendly toward soil construction, (3) suitable with tilapia’s characteristics and (4) very convenient forcleaning and harvesting. This community service focused on societal groups in Tariang Lama Village, Kendahe district whose society normally have difficulty in obtaining fish during stormy sea. This community service consisted of (1) field survey, (2) mentoring, (3) training and (4) evaluation/monitoring. The targeted societal groups in Tariang Lama were already capable of designing, building their own tarp-typed pool and cultivating Nile tilapia with tarpaulin pond. In addition, evaluation and monitoring showed that the people of Tariang Lama had no problem in adopting fish cultivation technique with tarpaulin pond. Many of them even designed and built their own tarp-typed pond, strongly suggesting the openness and acceptance of the people of Taring Lama towards the implementation of the relatively new fish farming technique.
UJI MATERIAL PLYWOOD PERAHU PENANGKAP TUNA TIPE PUMPBOAT DI SANGIHE TERHADAP SERANGAN BIOFOULLING Fitria Fresty Lungari; Walter Balansa; Yana Sambeka
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 8 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v8i1.513

Abstract

Dampak yang ditimbulkan oleh organisme penempel (biofouling) masih menjadi tantangan bagi nelayan pemilik perahu atau kapal. Pumpboat merupakan alat transportasi antar pulau dan sarana yang digunakan masyarakat pesisir kepulauan Sangihe untuk menangkap ikan. Biaya operasional yang tinggi seharunya tidak lagi ditambah dengan biaya pemeliharaan yang tinggi, sehingga nelayan dapat meminimalisir kerugian dimasa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tahan material plywood marine use yang biasanya digunakan nelayan Sangihe terhadap pertumbuhuan biofouling. Perendaman material yang sudah dicat dan dikeringkan dilakukan selama satu bulan. Perhitungan IS (intensitas serangan) dilakukan dengan mengumpulkan data luas permukaan material sebelum diserang dan setelah diserang setiap minggu. Hasil yang diperoleh yaitu minggu pertama 19.8 %, minggu ke-2 48.8 %, minggu ke-3 63.6% dan minggu ke-4 87.4%. Tingginya laju pertumbuhan ini mengharuskan pengaplikasian metode khusus, sehingga performa konstruksi dan mesin kapal tetap maksimal saat melaut. The impact caused by adhering organisms (biofouling) is still a challenge for fishermen who own boats or ships. Pumpboat is an inter-island transportation tool and a means used by the coastal communities of the Sangihe Islands to catch fish. High operational costs should no longer be coupled with high maintenance costs, so that fishermen can minimize losses in the future. This study aims to determine the durability of marine use plywood material, which is usually used by Sangihe fishermen against biofouling growth. Immersion of the material that has been painted and dried is carried out for one month. The calculation of IS (intensity of attack) is done by collecting data on the surface area of ​​the material before being attacked and after being attacked every week. The results obtained are 19.8% in the first week, 48.8% in the 2nd week, 63.6% in the 3rd week and 87.4% in the 4th week. This high growth rate necessitates the application of special methods, so that the ship's construction and engine performance remains optimal while at sea.
BERBEDA TAPI SAMA: PLASTISITAS MORFOLOGI SPONGE XESTOSPONGIA TESTUDINARIA DARI PERAIRAN KABUPATEN SITARO DAN SANGIHE? Walter Balansa; Frets Rieuwpassa
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 8 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v8i1.493

Abstract

Plastisitas morfologi sponge telah lama menjadi tantangan berat dalam identifikasi jenis sponge dan mempunyai implikasi penting di bidang konservasi spesies, penemuan bahan bioaktif maupun biomaterial berpotensi medis dari invertebrata laut ini. Peran ekologis, kandungan senyawa bioaktif maupun variasi genetik dari X. testudinaria, sponge ikonik di terumbu karang Sulawesi Utara dan Indo-Pasifik ini, telah seringkali dilaporkan. Tetapi penelitian tentang plastisitas X. testudinaria masih sangat terbatas. Untuk menentukan plastisitias X. testudinaria dari Kabupaten Sitaro dan Sangihe, kami membandingkan karakteristik morfologi (contoh, warna, bentuk pertumbuhan, permukaan tubuh, ukuran dan bentuk spikula). Sejauh ini, tiga morfotipe sponge jenis Xestospongia testudinaria telah ditemukan di Kepulauan Sitaro dan Sangihe; (1) morfotipe digitate di Pulau Mahumu, (2) morfotipe lamellate di perairan Enepahembang dan Bebalang dan (3) morfotipe licin di Ulu Siau. Berbeda dengan studi plastisitas X. testudinaria sebelumnya, penelitian kami tidak menunjukkan adanya dominasi dari salah satu morfotipe ini di wilayah di sekitar pelabuhan laut dan daerah dengan masukan sedimentasi tinggi. Kami juga membahas implikasi dari penelitian ini untuk mendapatkan gambaran lebih baik mengenai distribusi berbagai morfotipe X. testudinaria di perairan Nusa Utara. Morphological plasticity in sponge has become a serious challenge in sponge identification and has an important implication in species conservation. Ecological roles, bioactive compounds, and genetic variation of X. testudinaria, the iconic sponge from the coral reef in North Sulawesi and even Indo-Pacific, have been frequently reported. However, research on the plasticity of X. testudinaria remains limited. To determine the plasticity of this species from Sitaro and Sangihe Islands, we compared the morphological characteristics (e.g. color, growth form, surface, size and the style of spicule). So far, three morphotypes of X. testudinaria have been found in Sitaro and Sangihe Island regencies; digitate, lamellate and smooth surfaces. Different from earlier study on plasticity in X. testudinaria, our research did not show domination of any morphotype in areas near seaport and high sedimentation. We also discussed the implication of this research to get a better understanding of the distribution of X. testudinaria with different morphotypes in Nusa Utara waters.