Asril Gunawan
Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Makna Simbolik Musik Daak Maraaq dan Daak Hudoq dalam Upacara Hudoq Bahau di Samarinda Kalimantan Timur Asril Gunawan
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 21, No 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v21i2.4462

Abstract

The Symbolical Meaning Daak Maraaq Music and Daak Hudoq of Hudoq Bahau Ritual in Samarinda, East Borneo. The ritual of Hudoq is an annual cultural practice performed by Dayak Bahau people in the city of Samarinda. The performance of this ritual consists of some phases in which every phase of it represents the symbolical meaning closely related to the value of the ritual. Those phases are (1) Lemivaa Lalii’; (2) Hudoq Taharii’; (3) Lemivaa Tasam; (4) Hudoq Kawit; and (5) Hudoq Pakoq.  Daak Maraaq and Daak Hudoq music and Hudoq dance are performed during the ritual. Daak Maraaq and Daak Hudoq are two different kinds of music, both have a different style of performance, stage of performance, and style of music. Due to its complexity, it becomes especially important to analyze the role of the symbolical meaning of music performed in the ritual of Hudoq. This is a qualitative research within an ethnomusicological approach—music within the cultural perspective—which is done through an analytical descriptive method. The theoretical approach used for this case study is symbolic interpretation and music (transcription) analyses. Despite analyzing the symbolical meaning of Daak Maraaq and Daak Hudoq music, this research is done to provide important information about musical analyses—within the ethnomusicological perspective—of that music. According to the data collected, the ritual of Hudoq has an important role in performing the symbolical meaning of the identical value of ritual, social, and existential meaning for the lives of Dayak Bahau people in Samarinda city, East Borneo.
MUSIK PA’RAWANA DAN SAYYANG PATTUDDU DALAM PROSESI UPACARA KHATAM ALQURAN SUKU MANDAR DI PROVINSI SULAWESI BARAT (SEBUAH PENDEKATAN ETNOMUSIKOLOGIS) Asril Gunawan
CaLLs: Journal of Culture, Arts, Literature, and Linguistics Vol 3, No 2 (2017): December 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1070.826 KB) | DOI: 10.30872/calls.v3i2.877

Abstract

Pa’rawana and sayyang pattuddu music are ones of the traditional arts owned by Mandar tribe. These are very popular and always presented every year, especially at khatam Qur’an ceremony. The performance of pa’rawana and sayyang pattuddu music is always based on the socio-cultural suitability of the Mandar people who cannot be separated from their religious system. It is marked by a procession of the Qur’an recital by children. They will be paraded around the village accompanied by pa’rawana and sayyang pattuddu music. The whole process of khatam of Qur’an is very complex. In addition to the ceremonial procession, performing arts are also involved, especially pa’rawana and sayyang pattuddu music. The presentation of pa’rawana and sayyang pattuddu music is a combination of several forms of art in every performance. The incorporated arts among which consist of music pa’rawana, pa’denggo, sayyang pattuddu and pa’kalindagdag. In addition, the completeness
Peran Sanggar Seni Apo Lagaan terhadap Kontinuitas Sape’ Karaang Dayak Bahau di Kota Samarinda Kalimantan Timur Fernando Yonathan Tuah; Asril Gunawan; Zamrud Whidas Pratama
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 1 No. 2 (2021)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.601 KB) | DOI: 10.30872/mebang.v1i2.12

Abstract

Abstract: The art studio Apo Lagaan first appeared in Samarinda in 2007 and is still going on today. The Apo Lagaan art studio is an art studio that focuses on the traditional arts of the Bahau Dayak, especially the music of sape' karaang. This study aims to reveal the form of the Apo Lagaan Art Studio's role, the form of presentation of sape' karaang, and the meaning contained in the game. This study uses a qualitative method. The observation technique used includes the object of research and the determination of informants. The data collection techniques of this research include literature study, interviews, and documentation. The research data analysis technique is carried out by utilizing the data that has been found in the field. The results showed that the Apo Lagaan Art Studio had a role in the continuity of the sape' karaang in Samarinda City. The role of the Apo Lagaan Art Studio on the continuity of the sape' karaang in Samarinda City is carried out through studio activities related to activities, training, and performances of traditional Dayak Bahau music and dance. In addition, the Apo Lagaan art studio has also expanded its partnerships to several government agencies and schools to provide education to the general public about the importance of cultural preservation, especially by the younger generation.   Abstrak: Sanggar seni Apo Lagaan pertama kali muncul di Samarinda pada tahun 2007 dan masih bertahan hingga saat ini. Sanggar seni Apo Lagaan merupakan sanggar seni yang berfokus pada bidang kesenian tradisi Dayak Bahau khususnya musik sape’ karaang. Penelitian ini bertujuan mengungkap bentuk peran Sanggar Seni Apo Lagaan dan bentuk penyajian sape’ karaang serta makna yang terkandung dalam permainannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik observasi yang digunakan meliputi objek penelitian dan penentuan informan. Teknik pengumpulan data penelitian ini antara lain studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data penelitian dilakukan dengan memanfaatkan data-data yang telah ditemukan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanggar seni Apo Lagaan memiliki peranan terhadap kontinuitas sape’ karaang di Kota Samarinda. Peranan Sanggar Seni Apo Lagaan terhadap kontinuitas sape’ karaang di Kota Samarinda dilakukan melalui aktivitas sanggar yang terkait dengan kegiatan, pelatihan, dan pementasan musik dan tari tradisi Dayak Bahau. Di samping itu, sanggar seni Apo Lagaan juga memperluas kemitraannya ke beberapa instansi pemerintah dan sekolah-sekolah guna untuk memberikan edukasi kepada masyarakat awam akan pentingnya pelestarian budaya terutama oleh generasi muda.
Musik Iringan Hudoq Kita’ sebagai Seni Pertunjukan Wisata di Desa Pampang Kota Samarinda Meldi Didiawan Noor Tobing; Asril Gunawan; Aris Setyoko
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 1 No. 2 (2021)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (840.613 KB) | DOI: 10.30872/mebang.v1i2.14

Abstract

Abstract: Hudoq Kita' can be presented in two different forms of presentation. In addition to ritual music, the art form is also presented in the form of musical entertainment art of tourism. Hudoq Kita’ entertainment music is generally displayed on every Sunday in Lamin Pemung Tawai Pampang village. This research uses qualitative methods, including observation, data collection, and data analysis. The technique in question is the observation of the research objects and the determination of informants. The data collection techniques include literature studies, interviews, and documentation. The last is the technique of data analysis by utilizing data that has been found in the field. The research results will explain with the facts of the finding in the field by the author. By the thesis title above, this research will describe the traditional Pelas Tahun, Hudoq Kita' and its accompaniment music with ritual context. The author will explain how Hudoq Kita' accompaniment music is turning into the entertainment of tourist art contextually and textually.   Abstrak: Hudoq Kita’ dapat disajikan dalam dua bentuk penyajian yang berbeda. Adapun bentuk kesenian tersebut selain sebagai musik ritual juga disajikan dalam bentuk musik hiburan seni wisata. Musik hiburan Hudoq Kita’ umumnya ditampilkan pada setiap hari minggu di lamin Pemung Tawai Desa Pampang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif meliputi observasi, pengumpulan data dan analisis data. Adapun Teknik yang dimaksud adalah observasi meliputi objek penelitian dan penentuan informan. Teknik pengumpulan data meliputi studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi. Terakhir yakni teknik analisis data dengan memanfaatkan data-data yang telah ditemukan lapangan. Hasil penelitian akan menjelaskan dengan fakta temuan di lapangan oleh penulis. Sesuai dengan judul skripsi yang diatas, pada tulisan ini akan memaparkan tentang upacara adat Pelas tahun, Hudoq Kita’ dan musik iringan Hudoq Kita’ dengan konteks ritual. Adapun penulis akan menjelaskan bagaimana musik iringan Hudoq Kita’ yang beralih ke sajian hiburan seni wisata secara kontekstual dan tekstual.
Mamanda Kutai: Karakteristik Ladon pada Lirik dan Musik Karya Mamanda Panji Berseri Yofi Irvan Vivian; Asril Gunawan; Fikri Yassaar Arrazaq
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 2 No. 1 (2022)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1493.376 KB) | DOI: 10.30872/mebang.v2i1.22

Abstract

Abstract: Mamanda Kutai was a traditional theatre which owned by Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Now, Kutai Kartanegara just has one group of Mamanda Kutai, namely Mamanda Panji Berseri. Typically of Mamanda Kutai, there is Ladon (pantun that we humming) first of the show. This research aims to know the characterization text (theme-rheme ) musically from Ladon. The study used a qualitative approach analysis descriptive. This research uses Linguistic Functional Systemic (LFS) approach and musicology. Pantun that made become lyrics, Ladon have Theme and rheme. The Pantun have four-line and every line have four words. Ladon was sung by adding some words to follow the central melody. The structure or arrangement of the word sung (Ladon) is different from the original Pantun. In structure, musical use the musicology approach to variable or characteristic melody.   Abstrak: Mamanda Kutai merupakan teater tradisional yang dimiliki oleh Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Saat ini, Kutai Kartanegara tinggal memiliki satu kelompok Mamanda Kutai, yaitu Mamanda Panji Berseri. Ciri khas Mamanda Kutai, yaitu adanya Ladon (pantun yang disenandungkan) pada awal pertunjukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik teks (tema-rema) dan musikal pada Ladon. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) dan Musikologi. Pantun yang dijadikan lirik Ladon memiliki tema dan rema. Pantun tersebut memiliki empat baris dan setiap barisnya memiliki empat kata. Ladon dinyanyikan dengan menambahkan beberapa kata mengikuti melodi utama. Struktur atau urutan kata dinyanyikan (Ladon) berbeda dengan bentuk pantun aslinya. Secara struktur musikal menggunakan pendekatan Musikologi mengenai variabel atau karakteristik nada.
Kontemplasi Musik Tradisi di IKN Kalimantan Timur dalam Kontinuitas dan Perubahan Asril Gunawan; Yofi Irvan Vivian; Agus Kastama Putra
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3934.598 KB) | DOI: 10.30872/mebang.v2i2.30

Abstract

East Kalimantan is a province rich in natural resources and the diversity of its traditional arts. The diversity of traditional art forms, particularly traditional music, can be observed in the Outback, Coastal, and Palace Music (Kedaton Kutai)—which is still being maintained—of course, cannot be separated from the continuity and changes that accompany it. This study aims to form a collective awareness of the community through a space of contemplation on the sustainable preservation of traditional music with the importance of involving practitioners, artists, communities, cultural observers, academics, and the government as a strengthening of the sustainable literacy movement. Strengthening literacy in traditional music includes documentation, archiving, and recording of WBTB, cultural dissemination, and regeneration processes. This research uses a qualitative approach through case studies. The study results indicate that literacy strengthening in IKN East Kalimantan related to development policies and culture must go hand in hand so that the continuity and change of arts and culture are more dynamic. Kalimantan Timur merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alam maupun keragaman seni tradisinya. Keragaman bentuk kesenian tradisi, khususnya musik tradisi, dapat diamati pada musik Pedalaman, Pesisir, dan musik Istana (Kedaton Kutai)—yang hingga kini masih terus dipertahankan—tentu tidak terlepas dengan adanya kontinuitas dan perubahan yang menyertainya. Penelitian ini bertujuan membentuk kesadaran kolektif masyarakat melalui ruang kontemplasi terhadap pelestarian musik tradisi yang berkelanjutan dengan pentingnya melibatkan praktisi, seniman, masyarakat, budayawan, akademisi dan pemerintah, sebagai penguatan gerakan literasi berkelanjutan. Penguatan literasi pada musik tradisi di antaranya: pendokumentasian, pengarsipan, dan pencatatan WBTB, diseminasi budaya dan proses regenerasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan literasi di IKN Kalimantan Timur terkait kebijakan pembangunan dan kebudayaan harus berjalan seiring, agar kontinuitas dan perubahan seni dan budaya di IKN lebih dinamis.
Musik Ritual Bebalai dalam Upacara Adat Pesta Laut Bontang Kuala di Bontang Kalimantan Timur Hirda Yulinalmi; Asril Gunawan; Zamrud Whidas Pratama
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/mebang.v3i1.42

Abstract

This research aims to describe the presentation form and function of Bebalai music in the traditional ceremony of "Pesta Laut" Bontang Kuala. The "Pesta Laut" ceremony is a ritual for the indigenous people of Bontang Kuala that is still preserved and held every year from November to December. The "Pesta Laut" ceremony has meaning as a form of gratitude to God Almighty to be kept away from danger and various kinds of diseases. The Pesta Laut ceremony is divided into seven processions: (1) mencera buluh; (2) balai pompong; (3) melabuh perahu; (4) menjamu karang; (5) ance; (6) pagar mayang; and (7) balai puncak. The "Pesta Laut" ceremony also involves the arts, which include Bebalai music. The theories used are ceremony theory by Koentjaraningrat and function theory by R.M. Soedarsono. This research uses a descriptive method with a qualitative approach. The result of this research is that along with the times, the "Pesta Laut" ceremony has experienced a shift by adjusting to the environmental conditions of the community. It can be seen from the traditional rituals that were once highly sacred by the people of Bontang Kuala but are now carried out as ceremonial events.
Strategi Sanggar Seni Karya Budi dalam Menjaga Kesenian Tingkilan Tradisional Kutai di Kalimantan Timur Fahrurazi Fahrurazi; Asril Gunawan; Zamrud Whidas Pratama
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 3 No. 2 (2023)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/mebang.v3i2.66

Abstract

Karya Budi merupakan salah satu sanggar seni yang masih mempertahankan kesenian tingkilan tradisi di era modern. Sanggar seni Karya Budi telah mempertahankan kesenian tingkilan tradisi hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan cara atau strategi yang dilakukan sanggar seni Karya Budi dalam menjaga kesenian tingkilan tradisional Kutai di Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, meliputi teknik pengumpulan data, observasi, dan teknik analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memanfaatkan data-data yang telah ditemukan di lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sanggar seni Karya Budi memiliki strategi atau cara tersendiri dalam menjaga keaslian tingkilan tradisi di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Strategi yang dijalankan oleh sanggar seni Karya Budi, antara lain (a) menyesuaikan lirik musik dengan tema acara disetiap penampilannya, (b) mengajarkan kesenian tingkilan melalui ekstrakurikuler, serta (c) memiliki kerja sama dengan beberapa tokoh kebudayaan dan instansi pemerintah daerah.
PENAMAAN IBU KOTA NUSANTARA PADA MEDIA MASSA DARING KAJIAN ANALISIS WACANA NORMAN FAIRCLOUGH Purwanti Purwanti; Asril Gunawan; Jonathan Irene Sartika Dewi Max
CaLLs: Journal of Culture, Arts, Literature, and Linguistics Special Edition: Sesanti (Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni) 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/calls.v0i0.13145

Abstract

Isu pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia ke wilayah Kalimantan Timur menuai pro dan kontra. Berbagai aspek dalam proses pemindahan IKN menjadi sorotan khalayak. salah satunya, dalam hal pemberian nama. Penamaan dapat diartikan sebagai bentuk kata untuk menyatakan sebuah panggilan, atau sebutan kepada orang, tempat, barang dan lain sebagainya. Umumnya penamaan mempertimbangkan beberapa aspek, salah satunya kekhasan yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Sehingga kecenderungan penamaan identik dengan kumpulan hal-hal yang bersifat filosofis. Hal ini lah yang memicu munculnya teks berita diberbagai media yang berkaitan dengan penamaan IKN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis wacana yang dibangun melalui media massa daring mengenai topik penamaan Ibu Kota Nusantara. Penelitian ini membahas bagaimana wacana penamaan Ibu Kota Nusantara dibangun melalui media massa daring. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan melalui pendekatan analisis teks model analisis wacana kritis Norman Fairclough. Analisis wacana media massa daring ini dilakukan dengan tiga dimensi yaitu teks, praktik diskursif, dan praktik sosial.