Agus Kastama Putra
Program Pascasarjana ISI Surakarta. Jalan Ki Hajar Dewantara, No. 19 Kentingan, Jebres Surakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Mapalalian Agus Kastama Putra
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 12, No 1 (2011): Juni 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v12i1.456

Abstract

Komposisi “ Mapalalian” merupakan representasi dari sebuah aktifi tas permainan anak-anak di Bali yaitu Meduldulan.Di balik kesederhanaan permainan Medul-dulan terkandung nilai-nilai seperti belajar untuk menghormatisesama teman, bersifat sportif dan saling tenggang rasa. Di samping itu dalam permainan Medul-dulan terdapat pulasuasana kegembiraan, kelincahan, riang, gembira, senang, bersembunyi, serta berlarian. Hal-hal tersebut dicobadiolah melalui proses musikalisasi menjadi suatu bentuk komposisi musik etnis. Beberapa tahap yang dilalui dalampembuatan komposisi ini ialah eksplorasi, improvisasi, pembentukan, serta evaluasi. Instrumen yang dipilih sebagaimedia ungkap dalam komposisi ini adalah instrumen yang diambil dari Gong Kebyar, kendang Banyuwangi, sulingGambuh, Ongek-ongekan. Instrumen-instrumen tersebut dipilih karena memiliki karakter suara yang sesuai denganide garapan dalam komposisi ini.Kata Kunci: mapalalian, medul-medulan, komposisi musik.ABSTRACT” Mapalalian” Composition. This composition represents a children’s play activity in Bali called Medul-dulan.Behind its simplicity Medul-dulan game contains values such as learning to respect peers, sportsmanship and mutualtolerance. In addition, Medul-dulan game also presents the atmosphere of excitement, agility, cheerful, happiness, hidingand running. Those things were tried to be processed through the music and resulted in a form of ethnic musical composition.Some of the stages traversed in making this composition were exploration, improvisation, creation, and evaluation. Theinstruments selected as the showing media in this composition were partly taken from Gong Kebyar, Banyuwangi drums,Gambuh fl ute, and Ongek-ongekan. These instruments were selected due to their voice character which fi t the idea of thiscomposition.Keywords: mapalalian, medul-medulan, musical composition, Balinese music
“LACUR” Interpretasi Kemiskinan Ke dalam Bentuk Musikal Agus Kastama Putra; Rahayu Supanggah
Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 11, No 2 (2016)
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1115.792 KB) | DOI: 10.33153/dewaruci.v11i2.2559

Abstract

Artikel ini merupakan analisis dari penciptaan karya musik yang bertemakan “Lacur”. Kata “Lacur” dalam bahasa Bali dapat diartikan miskin. Karya yang bertemakan Lacur, merupakan karya yang ide dasarnya memusikalisasi kemiskinan yang terjadi pada masa ini. Ada tiga bentuk kemiskinan yang menjadi ide garapan dalam karya musik “Lacur”diantaranya: 1) Kemiskinan Pengetahuan diberi judul “Awidya” 2) Kemiskinan materi diberi judul “I ketunan” dan 3) Kemiskinan Moral yang berjudul “Awidya”. Adapun media ungkap yang digunakan dalam garapan ini ialah Gong Kebyar, Gamelan Joged Bumbung, dan Gamelan Semarandhana. Tujuan dari penciptaan karya yang bertemakan ”Lacur” harapannya ialah agar keadaan kemiskinan yang terjadi dapat ditanggulangi secara lebih dini serta tujuan lainnya adalah keinginan untuk memberi sumbangsih pemikiran terhadap pengolahan yang dapat dilakukan pada ansambel gamelan yang digunakan.Kata Kunci: “Lacur”, karya musik.ABSTRACTThis article is an analysis of the creation of music entitled “Lacur”. The word “Lacur” in Balinese language can be interpreted poor. “Lacur” in this article means a piece of music based on the musical of poverty that occurs today. There are three forms of poverty which is the basis of this article : 1) Knowledge entitled “Awidya”; 2) Material poverty entitled “I Ketunan” ; dan 3) Moral poverty entitled “Awidya”. Media used are Gong Kebyar, Gamelan Joged Bumbung, and Gamelan Semarandhana. The goal of this article is to reduce poverty early on. Beside that, it can contribute ideas to the processing that can be performed on gamelan ensemble used.keywords : “Lacur”, Creation of Music.
Deskripsi Upacara Odalan di Pura Payogan Agung Kutai Kalimantan Timur Agus Kastama Putra; Satyawati Surya
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 1 No. 1 (2021)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5525.654 KB) | DOI: 10.30872/mebang.v1i1.5

Abstract

The Odalan ceremony can be found in Hindu places of worship or temples in Bali, Java and Kalimantan. However, each region has its characteristics or specificities that are not found in other regions. It is an attraction for researchers to find out, explore, and discover the Odalan ceremony's uniqueness outside Bali, namely onKalimnantan. This study aims to describe the procedure or sequence of Odalan ceremonial activities, the cultural elements found in the Odalan ceremony, and the meaning of the Odalan ceremony's implementation. This research is descriptive qualitative research. The approach used is the ethnographic approach. The research object is the Odalan ceremony held at Pura Payogan Agung Kutai, East Kalimantan. This study's results indicate that the Odalan ceremony, which took place at Payogan Agung Kutai Temple, lasted for 71 days from 3 November 2019 to 12 January 2020. The sequence of activities started from the committee's formation, installing the attributes, cleaning the place for the ceremony until the Odalan Ceremony by carrying out prayers, Nyineb, until the committee's dissolution. The community was very enthusiastic in celebrating this ceremony, as evidenced by various parties' participation, both from Hindus themselves and the community around the temple. The Odalan ceremony was attended by Hindus from East Kalimantan, Bali, Java and Lombok. The Odalan or Piodalan ceremony is the anniversary of the birth of a Hindu holy place. In this case, the birthday of Pura Payogan Agung Kutai, East Kalimantan. Elements of Bali, Java, and Kalimantan (especially Dayak) culture, color the Odalan Ceremony at Pura Payogan Agung Kutai. The Odalan ceremony in each area is carried out according to local culture. Balinese, Javanese and Dayak cultural elements are reflected when presenting arts, offerings, tetabuhan, and dance.
Kontemplasi Musik Tradisi di IKN Kalimantan Timur dalam Kontinuitas dan Perubahan Asril Gunawan; Yofi Irvan Vivian; Agus Kastama Putra
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3934.598 KB) | DOI: 10.30872/mebang.v2i2.30

Abstract

East Kalimantan is a province rich in natural resources and the diversity of its traditional arts. The diversity of traditional art forms, particularly traditional music, can be observed in the Outback, Coastal, and Palace Music (Kedaton Kutai)—which is still being maintained—of course, cannot be separated from the continuity and changes that accompany it. This study aims to form a collective awareness of the community through a space of contemplation on the sustainable preservation of traditional music with the importance of involving practitioners, artists, communities, cultural observers, academics, and the government as a strengthening of the sustainable literacy movement. Strengthening literacy in traditional music includes documentation, archiving, and recording of WBTB, cultural dissemination, and regeneration processes. This research uses a qualitative approach through case studies. The study results indicate that literacy strengthening in IKN East Kalimantan related to development policies and culture must go hand in hand so that the continuity and change of arts and culture are more dynamic. Kalimantan Timur merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alam maupun keragaman seni tradisinya. Keragaman bentuk kesenian tradisi, khususnya musik tradisi, dapat diamati pada musik Pedalaman, Pesisir, dan musik Istana (Kedaton Kutai)—yang hingga kini masih terus dipertahankan—tentu tidak terlepas dengan adanya kontinuitas dan perubahan yang menyertainya. Penelitian ini bertujuan membentuk kesadaran kolektif masyarakat melalui ruang kontemplasi terhadap pelestarian musik tradisi yang berkelanjutan dengan pentingnya melibatkan praktisi, seniman, masyarakat, budayawan, akademisi dan pemerintah, sebagai penguatan gerakan literasi berkelanjutan. Penguatan literasi pada musik tradisi di antaranya: pendokumentasian, pengarsipan, dan pencatatan WBTB, diseminasi budaya dan proses regenerasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan literasi di IKN Kalimantan Timur terkait kebijakan pembangunan dan kebudayaan harus berjalan seiring, agar kontinuitas dan perubahan seni dan budaya di IKN lebih dinamis.
RELASI MASKULINITAS DAN FEMINITAS DALAM CERPEN DILARANG MENCINTAI BUNGA-BUNGA KARYA KUNTOWIJOYO KAJIAN MULTIKULTURALISME Bayu Aji Nugroho; Masrur Masrur; Agus Kastama Putra; Indras Gunawan
CaLLs: Journal of Culture, Arts, Literature, and Linguistics Special Edition: Sesanti (Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni) 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/calls.v0i0.13153

Abstract

Fenomena yang menjadi salah satu isu dan memiliki keterkaitan dengan masyarakat di Indonesia adalah multikulturalisme. Indonesia adalah salah satu Negara dengan keberagaman etnik dan budaya. Menjadi suatu hal yang wajar apabila permasalahan terkait keberagaman etnik dan budaya menjadi isu yang populer di kalangan masyarakat. Isu terkait maskulinitas dan feminitas sebagai bagian dari multikulturalisme telah merambah sampai pada karya sastra di Indonesia. Salah satu karya sastra yang membahas isu tersebut adalah cerpen yang ditulis oleh Kuntowijoyo dengan judul Dilarang Mencintai Bunga-Bunga. Oleh karena itu, isu terkait maskulinitas dan feminitas menjadi menarik untuk dikaji menggunakan sudut pandang kajian multikulturalisme.  Artikel ilmiah dalam penelitian ini akan membahas mengenai permasalahan terkait relasi maskulinitas dan feminitas yang terdapat dalam cerpen tersebut. Secara metodologis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil kajian ditemukan bahwa bentuk keberagaman gender (maskulinitas) yang muncul di dalam cerpen antara lain : (1) Machismo dan (2) Soft Masculinity. Sedangkan bentuk relasi maskulinitas dan feiminitas ditemukan dalam hubungan relasi antara tokoh Buyung, Ayah, dan Kakek di dalam cerpen.