Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Forum Arkeologi

ARCA DI CANDI CETHO: INTERPRETASI BARU SEBAGAI ARCA PANJI Heri Purwanto; Coleta Palupi Titasari
Forum Arkeologi VOLUME 31, NOMOR 1, APRIL 2018
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1470.129 KB) | DOI: 10.24832/fa.v31i1.513

Abstract

One of the influence of Indian culture that developed rapidly in the classical Indonesia period is a manufacute of statues. This remind is not rarely associated with contruction of holy and a particular religion. Talking about the statue not regardless of the a figures in statue. Furthermore, thus study wants to identity the statue which is located in the V terrace of Cetho Temple who contain meaning aesthetic. This statue has a height 99 cm, wide 15 cm, and wearing the head covering some kind of hat/tekes. Data collection was done through observation and literature review. Data analysis was using qualitative and comparative. Result showed that this statue is figure of Panji. It rests upon a comparison with Panji Statue from Selokelir temple and Grogol. The Panji Statue is used as a medium by the rsi who lived in Cetho Temple at that time. Therefore, Panji is considered as special person. For it, to hold the cult the Panji of hope can deliver the rsi to the God. Salah satu pengaruh kebudayaan India yang berkembang pesat dalam periode Masa Klasik Indonesia adalah pembuatan arca. Peninggalan ini tidak jarang berkaitan dengan pembangunan sebuah tempat suci dan agama tertentu. Berbicara mengenai arca tidak terlepas dari tokoh yang diarcakan. Untuk itu penelitian ini ingin mengidentifikasi arca yang terletak di teras ke lima Candi Cetho yang sarat mengandung makna estetis. Arca tersebut memiliki tinggi 99 cm, lebar 15 cm, dan mengenakan penutup kepala semacam topi/tekes. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi dan kajian pustaka. Analisis yang digunakan kualitatif dan komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa arca yang terletak di teras ke lima Candi Cetho merupakan tokoh Panji. Hal ini berdasarkan atas perbandingan yang dilakukan dengan arca Panji dari Candi Selokelir dan Grogol. Sangat mungkin tokoh Panji ini dijadikan sebagai media pemujaan oleh kaum rsi dan pertapa yang tinggal di Candi Cetho kala itu, karena Panji dianggap sebagai sesosok yang istimewa dan mempunyai kelebihan pada dirinya. Untuk itu dengan mengadakan pemujaan terhadap Panji berharap dapat menghantarkan si pemuja kepada Tuhan. Kata kunci: arca, panji, pemujaan.
GUNUNG KAWI TEMPLE TAMPAKSIRING: RELIGIOUS EDUCATION SITE DURING ANCIENT BALI Kadek Dedy Prawirajaya R; Heri Purwanto; Coleta Palupi Titasari
Forum Arkeologi VOLUME 33, NOMOR 2, OKTOBER 2020
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/fa.v33i2.584

Abstract

Kajian terhadap bangunan suci yang berfungsi sebagai tempat pendidikan agama masa lalu yang sering disebut dengan mandala kadewaguruan jarang disentuh oleh peneliti. Candi Gunung Kawi Tampaksiring sebagai salah satu bangunan suci keagamaan masa lalu telah memberikan petunjuk bahwa kemungkinan tempat ini difungsikan juga sebagai ruang belajar-mengajar. Untuk itu studi ini ingin menelusuri bukti-bukti yang memperkuat dugaan tersebut dan ingin menjelaskan kehidupan masyarakat pendukungnya. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung ke lapangan (observasi) dan studi pustaka. Analisis data yaitu mengunakan analisis kualitatif, kontekstual, dan komparatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Candi Gunung Kawi Tampaksiring merupakan sebuah bangunan suci yang berstatus sebagai mandala kadewaguruan. Hal ini buktikan dengan beberapa variabel yakni tempat yang luas, ditemukan berbagai tinggalan arkeologi keagamaan, ditemukan gerabah, dan diberitakan dalam prasasti. Kehidupan yang dilakukan oleh kaum ṛṣidan pertapa menunjukkan aktivitas yang kompleks yakni memenuhi kebutuhan sosial yang berkenaan dengan kegiatan estafet pendidikan agama, memenuhi kebutuhan religius yang senantiasa mengadakan berbagai upacara keagamaan, dan memenuhi kebutuhan hidup yang berkaitan dengan makanan dan minuman. The study of sacred buildings that served as religious education sites in the past or often called as rarely carried out by researchers. Gunung Kawi Temple Tampaksiring as one of the sacred religious buildings in the past has given hints of the possibility of this place used as learning and teaching space. For this reason, this study aims to find out the evidence that reinforce the assumption and to explain the life of the supporting community. Data was collected through observations and literature reviews. The data was analyzed by using qualitative, contextual and comparative analysis. The results of this study show that Gunung Kawi Temple is a sacred building with a Mandala Kadewaguruan status. It is proven by evidences such as, i.e. its wide place, variety of religious remains findings, ceramics findings, and inscription reports. The life of the rṣi dan hermits showed complex activities meeting social needs related to learning and teaching,fulfilling religious needs by conducting various ceremonies as well as fulfilling the needs life related to foods and drinks.
CANDI KETHEK: KARAKTER DAN LATAR BELAKANG AGAMA Heri Purwanto; Coleta Palupi Titasari; I Wayan Sumerata
Forum Arkeologi VOLUME 30, NOMOR 2, OKTOBER 2017
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1704.012 KB) | DOI: 10.24832/fa.v30i2.226

Abstract

Each temple building has style and character building its own and built on background a reliegion. As submitted by Soekmono that the temple located in central Jawa with temple in eastern Jawa has style that is different, foundation worship of different. This article presented characters and religious background of Kethek Temple. Goal was to provide information about history of Gunung Lawu. Data collection was done through observation and literature review. Data analysis was using qualitative, comparative, and kontekstual with symbol theory. Result showed that Kethek Temple has special characteristic; is structured from unprocessed andesite. It utilized the wide natural rock order for terrace border, likes was seen on second and third terrace. Religious background Kethek Temple is Hindu. This was based from finding of turtle sculpture in which is symbol Vishnu. Elements worships toward accentors were still visible, considering terraces is form mountain in which was believed as place where the soul of ancestors live. Setiap bangunan candi memiliki gaya dan karakter bangunan tersendiri dan dibangun atas latar belakang agama tertentu. Salah satunya Candi Kethek, yang juga memiliki gaya, karakter, dan latar belakang agama tertentu. Atas pernyataan itu, maka penelitian ini berusaha mengungkap karakter bangunan dan latar belakang agama yang mendasari pendirian Candi Kethek. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi dan kajian pustaka. Analisis yang digunakan ialah kualitatif, komparatif, dan kontekstual. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Candi Kethek mempunyai karakter yang khusus, yaitu tersusun oleh batuan andesit yang tidak mengalami pengerjaan secara menyeluruh. Memanfaatkan tatanan batuan alam yang cukup besar untuk memberi batas teras, seperti yang terdapat pada teras dua dan tiga. Latar belakang agama Candi Kethek bersifat Hinduistik. Hal ini bersandar pada temuan arca kurakura yang merupakan simbol dari Wisnu. Anasir pemujaan terhadap roh nenek moyang juga masih terlihat. Mengingat teras berundak merupakan wujud dari gunung, yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya leluhur yang telah meninggal.