Erwin Erwin
Faculty Of Forestry, Mulawarman University, Jl. Ki Hajar Dewantara, Samarinda 7512

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Molecular Identification of Decay Fungi in Xylem of Yellow Meranti (Shorea gibbosa) Canker Erwin Erwin; Shuhei Takemoto; Yuji Imamura
Wood Research Journal Vol 1, No 2 (2010): Wood Research Journal
Publisher : Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51850/wrj.2010.1.2.78-82

Abstract

By molecular technique, identification of decay fungi isolated from decayed xylem of the tree canker of yellow meranti (Shorea gibbosa) have been carried out.  In this molecular identification, the ITS (Internal Transcribed Spacers) region of rDNA of fungal isolates were amplified and sequenced. The DNA sequence for each fungus was aligned with that of known species in the ITS region of rDNA database for fungi. By phylogenetic analysis based on the sequences of the ITS region of rDNA, a basidiomycete fungi isolated from decayed xylem of yellow meranti was identified as Phlebia  brevispora. The presence of ascomycete fungi on the decayed xylem samples was also detected and identified as Aspergillus nomius, Phlogicylindrium sp., Hypocrea rufa, Hypocrea lixii, Talaromyces sp., and Trichoderma virens.
KEMATIAN TANAMAN GAHARU AKIBAT SERANGAN Heortia vitessoides Moore DI MUARA KEMBANG, KUTAI KERTANEGARA Ngatiman Ngatiman; Erwin Erwin
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.224 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v4i2.4452

Abstract

Gaharu (Aquilara microcarpa Baill) planted in monoculture in 2008 at Muara Kembang, Kutai Kartanegara was attacked by Heortia vitessoides Moore which resulted in the death of the plant. To explain the phenomenon of plant death, this research was conducted by observing the frequency and intensity of attacks, the effect of spacing, and pattern of pests as well. Observations were made on a 100 x 50 m striped plot with two spacing arrangements of 3 x 2 m and 2 x 2.5 m. The difference in attack frequency of H. vitessoides between the two spacing was analyzed statistically using t-test. Plant mortality with a high frequency and intensity of pest attack occurred in the 3 x 2 m spacing of the area with a monoculture planting system. Monoculture planting systems triggered patterns of attack and behavior of pests attacking throughout the year with a large number of larvae so they can eat all plant leaves. It is recommended that a mixed planting system be applied to gaharu with other useful plant species as well as to prevent and control it early if H. vitessoides pests are found before it spreads that cause plant death.
Ciri Makroskopis, Kekerasan dan Berat Jenis Fosil Kayu Asal Desa Purwajaya Kutai Kartanegara Robin Sulistyo; Nani Husien; Erwin Erwin; Agus Sulistyo Budi
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.563 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v5i1.5408

Abstract

The results showed that macroscopically the studied wood fossils had brick red, gray, yellow, brown, and black in the first sample (FKA), and the second sample (FKB) had white, gray, and light brown colors, which this color difference was probably due to the cells being mixed with other inorganic elements even though they were found in adjacent locations. Another observation of the macroscopic features of the two samples indicated that cells were still obviously visible as on normal wood, such as pores, rays, and axial intercellular canal. Based on the characteristics of AIC, it was found to have general features that were often found in several types of wood in the Dipterocarpaceae family. The results of measuring the hardness value, the two fossil samples have the same hardness value, namely 4 Mohs scale. For the meantime, the specific gravity of the FKA and FKB samples were 2.54 and 2.35, respectively. 
Anatomi Kayu Dari Akar Dan Batang Tiga Jenis Pasak Bumi (Kuning, Merah Dan Hitam) Dari Katingan, Kalimantan Tengah Supartini Supartini; Erwin Erwin
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2020.6.1.25-32

Abstract

Pemanfaatan Pasak Bumi sebagai obat afrodisiak telah meningkatkan nilai jual jenis ini di pasaran. Tiga jenis Pasak Bumi yang dijual yaitu Pasak Bumi kuning, merah dan hitam. Katingan merupakan salah satu daerah sumber bahan baku ketiga jenis ini. Penelitian bertujuan untuk mengetahui ciri anatomi kayu dari ketiga jenis pasak bumi (pasak bumi kuning, merah dan hitam) yang berasal dari Katingan, Kalimantan Tengah. Sampel yang digunakan adalah kayu Pasak Bumi kuning, merah dan hitam pada akar dan batang. Ciri anatomi kayu yang diamati meliputi pembuluh, jari-jari, parenkim, serat dan saluran interseluler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kayu Pasak bumi kuning berwarna kuning kecoklatan, pembuluh baur dengan pola radial sampai diagonal, parenkim aksial paratrakel selubung tipis (akar) dan bentuk jala (batang), jari-jari biseri dan multiseri, serat bersekat dijumpai dan saluran interseluler aksial (SIA) terdapat di batang. Kayu Pasak bumi merah berwarna coklat kemerahan, pembuluh baur dengan pola radial, parenkim aksial paratrakeal dengan selubung tipis, jari-jari uniseri dan biseri (akar) serta multiseri (batang), serat bersekat terlihat jelas, dan SIA dijumpai di akar. Kayu pasak bumi hitam berwarna kecoklatan, pembuluh baur dengan pola radial, parenkim aksial paratrakeal bentuk pita tipis di akar, jari-jari multiseri, serat bersekat terlihat jelas, dan  terdapat saluran interseluler radial (SIR) di akar dan SIA di batang.
Struktur makroskopis dan mikroskopis fosil kayu asal Desa Bangun Rejo, Kabupaten Kutai Kartanegara Mia Maulida; Nani Husien; Agus Sulistyo Budi; Erwin Erwin; Ahmad Aryanto
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.335 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v6i1.6195

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui stuktur Makroskopis dan Mikroskopis fosil kayu yang ditemukan di Desa Bangun Rejo, Kabupaten Kutai Kartanegara. Pengamatan struktur makroskopis meliputi warna, kekerasan dan berat jenis, sedangkan pengamatan mikroskopis (struktur sel) fosil kayu dilakukan melalui tiga bidang yaitu bidang Transversal (X), Tangensial (T), dan Radial (R) dengan menggunakan Stereo Microscope NIKON SMZ 645 dan Research Microscope Eclipse E400 yang dilengkapi Kamera Nikon. Sel yang dihitung meliputi sel pori (diameter, tinggi dan jumlah sel), sel jari-jari (tinggi, lebar dan jumlah sel, dan persentase sel. Kekerasan dihitung dengan menggunakan alat uji batuan yaitu Diamond selector II, sedangkan berta jenis menggunakan perhitungan standar umum yaitu perbandingan antara massa dan volume benda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara mikroskopis kedua sampel fosil kayu yang ditemukan adalah fosil Hardwood atau kayu daun lebar yang jenisnya belum diketahui, dengan ciri-ciri memiliki pori, yang kebanyakan terdiri dari pori soliter, jari-jari uniseriate dengan susunan heterogen. Hasil pengamatan makroskopis fosil kayu pada sampel FKM1 memiliki warna coklat gelap, coklat muda dan campuran merah, sedangkan Sampel FKM memiliki warna coklat muda, kuning dan coklat tua. Nilai kekerasan kedua fosil kayu 4 skala mohs dan berat jenis masing=masing sebesar 3,25 dan 3,04
Analisa kerapatan dan kadar abu pada kayu kapur (Dryobalanops sp.) yang terinfeksi jamur pelapuk putih (Schizophyllum commune) Erlina Yustika; Erwin Erwin; Nani Husien; Agus Sulistyo Budi; Sri Wahyuni
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.916 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v6i2.7360

Abstract

Penelitan ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya mengenai kehilangan berat kayu kapur (Dryobalanops sp) yang diinokulasi menggunakan jamur pelapuk putih (Schizophyllum commune) dengan nilai kehilangan berat kayu sebesar 0,12%. Inokulasi jamur S.commune dilakukan terhadap sampel Kayu Kapur pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dengan masa inkubasi selama 4 minggu, Pengujian nilai kerapatan kayu dan nilai kadar abu dilakukan sebelum dan sesudah inokulasi dengan masing-masing menggunakan standar DIN 32182 dan TAPPI T211 om-93. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya perbedaan yang tidak signifikan pada penurunan nilai kerapatan kayu dan peningkatan nilai kadar abu dari kayu kapur yang diinfeksi oleh jamur S.commune pada masa inkubasi selama 4 minggu
Analisis Warna Kayu Berbasis Komputer, pH, Dan Sifat Fisika Kayu Meranti Merah, Meranti Putih Dan Keruing Dari Toko Kayu Di Samarinda: Computer-Based Analysis of Wood Colour, pH, and Physical Properties of Red Meranti, White Meranti and Keruing from Wood Shops in Samarinda Andrian Fernandes; Aida Ainur Fitriah; Nuraini Ilavita Ocafyanti; Rina Pangesti; Anisa Lele; Erwin Erwin; Harlinda Kuspradini
Daun: Jurnal Ilmiah Pertanian dan Kehutanan Vol. 10 No. 1 (2023): Daun: Jurnal Ilmiah Pertanian dan Kehutanan
Publisher : ​Institute for Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/daun.v10i1.4781

Abstract

ABSTRAK Kayu sebagai bahan baku konstruksi banyak diperjual belikan di toko kayu, diantaranya adalah jenis meranti merah, meranti putih dan keruing. Setiap kayu memiliki sifat yang berbeda, misalnya sifat warna, pH, berat jenis, kadar air dan penyusutan kayu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat warna, pH, berat jenis, kadar air kering udara dan penyusutan kayu dari jenis meranti merah, meranti putih dan keruing yang dijual di toko kayu di Samarinda. Pengujian berat jenis, kadar air, penyusutan kayu mengacu pada British Standards BS 373: 1957, pengujian warna kayu dengan menilai L*, a*, b* dan pH diukur menggunaan pH meter. Hasil peneliian menunjukkan bahwa kayu meranti merah berwarna merah kecoklatan, L* 52,9, a* 23,1, b* 24,3, pH 5,33, kadar air 13,42%, berat jenis 0,61, penyusutan arah longiudinal 0,09%, radial 2,7% dan tangensial 4,86%. Kayu meranti putih berwarna putih kekuningan, L* 71,9, a* 11,5, b* 23,3, pH 5,96, kadar air 13,30%, berat jenis 0,44, penyusutan arah longiudinal 0,24%, radial 4,92% dan tangensial 5,52%. Kayu keruing berwarna kecoklatan, L* 51,2, a* 13,6, b* 8,8, pH 5,97, kadar air 13,31, berat jenis 0,6, penyusutan arah longiudinal 0,17%, radial 3,0% dan tangensial 5,49%. Kata kunci: meranti, keruing, toko kayu, sifat kayu ABSTRACT Wood as a material for construction is widely traded in wood shops, including red meranti, white meranti, and keruing. Each wood has different properties, such as color, pH, specific gravity, water content, and shrinkage. This study aimed to determine the color, pH, specific gravity, air-dry moisture content, and wood shrinkage of red meranti, white meranti, and keruing sold in wood shops in Samarinda. Testing for specific gravity, moisture content, and wood shrinkage refers to British Standards BS 373:1957. Testing wood color is done by assessing L*, a*, and b*, and pH is measured using a pH meter. The red-brown meranti wood had the following properties: L* 52.9, a* 23.1, b* 24.3, pH 5.33, moisture content 13.42%, specific gravity 0.61, longitudinal shrinkage 0.09%, radial shrinkage 2.7%, and tangential shrinkage 4.86%. White meranti wood is yellowish white, L* 71.9, a* 11.5, b* 23.3, pH 5.96, moisture content 13.30%, specific gravity 0.44, shrinkage in the longitudinal direction of 0.24%, 4.92% radial, and 5.52% tangential. Keruing wood is brownish in color and has the following properties: L* 51.2, a* 13.6, b* 8.8, pH 5.97, moisture content 13.31%, specific gravity 0.6, longitudinal shrinkage 0.17%, radial shrinkage 3.0%, and tangential shrinkage 5.49%. Keywords: meranti, keruing, wood shops, wood properties