Eka Afrima Sari
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Persepsi Terhadap Penyakit pada Pasien Hemodialisis di Bandung Sri Hartati Pratiwi; Eka Afrima Sari; Titis Kurniawan
Sehat MasadaJurnal Vol 14 No 2 (2020): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38037/jsm.v14i2.136

Abstract

Gagal ginjal terminal yang dialami pasien hemodialisis dapat menimbulkan berbagai perubahan dalam kehidupannya. Persepsi yang positif terhadap penyakit dapat membantu pasien hemodialisis dalam menerima keadaannya dan meningkatkan motivasi untuk menjalankan berbagai tindakan pengobatan. Apabila pasien hemodialisis memiliki persepsi yang negatif terhadap penyakit, maka akan cenderung mudah mengalami berbagai masalah psikologis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi terhadap penyakit pada pasien hemodialisis di Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan kepada pasien hemodialisis di salah satu Rumah Sakit di Bandung. Teknik sample yang digunakan adalah consecutive sampling sebanyak 126 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis dan memiliki tanda-tanda vital yang stabil. Instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi terhadap penyakit adalah kuesioner persepsi penyakit singkat (Brief-IPQ) yang dikembangkan oleh Broadbant, et.al. tahun 2005, dan sudah dilakukan back translate ke dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien hemodialisis memiliki persepsi terhadap penyakit yang negatif (50,4%). Sebagian besar pasien merasakan berbagai dampak penyakit terhadap kehidupannya dan mengalami perubahan secara emosional semenjak mengalami gagal ginjal terminal. Persepsi terhadap penyakit yang negatif pada pasien hemodialisis dapat mempengaruhi kualitas hidup, angka kesakitan dan capaian pengobatan yang dijalaninya. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan keluarga dan sosial. Petugas kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat memberikan edukasi dan konseling pada pasien hemodialisis untuk meningkatkan persepsi pasien terhadap penyakit.
Community Self-Efficacy of Coronary Heart Disease Based on Characteristic Risk Factors Eka Afrima Sari; Seizi Prista Sari; Sri Hartati Pratiwi
NurseLine Journal Vol 3 No 2 (2018): November 2018
Publisher : Faculty of Nursing, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/nlj.v3i2.8341

Abstract

Coronary heart disease is one of the main causes of mortality rate in the world. This disease is affected by several risk factors. People who have high or moderate risk factors for coronary heart disease should have good preventive behavior, but this also requires a good level of self-efficacy as well, so that the expected behavior can be performed. This study aimed to determine the level of community self-efficacy of coronary heart disease based on characteristic risk factors. This research used a descriptive quantitative approach. Participant consisted of 70 people in Desa Limusgede, West Java, Indonesia acquired through a non-probability technique of purposive sampling. Self-efficacy was measured using a self-efficacy questionnaire (validity value in the range of 0.484 to 0.773 and reliability value 0.862) while risk factor data were determined by age, body mass index, blood pressure, smoking behavior, diabetes mellitus, and physical activity which were referenced by Jakarta Cardiovascular Score. Data were analyzed using median and frequency distribution. The results showed that median (minimum-maximum score) of self-efficacy is 26.00 (11-41), most of the respondent (62.86%) had high self-efficacy of coronary heart disease and more than a half respondent (47.14%) had moderate and high-risk factors for cardiovascular disease. Further, almost half the respondent who had high self-efficacy also had moderate and high-risk factors for cardiovascular disease. So, the health professional must concern in activities to decrease the level of cardiovascular risk factors, such as health education, health promotion, and disease prevention.
GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA PENDERITA HIPERTENSI QUALITY OF SLEEP AMONG HYPERTENSION PATIENTS Putwi Rizki Sakinah; cecep eli kosasih; Eka Afrima Sari
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 13, No 2 (2018): Media Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.412 KB) | DOI: 10.32382/medkes.v13i2.663

Abstract

AbstractPeople with hypertension experience symptoms of dizziness, headache, obstructive sleep apnea, shortness of breath, nocturia, and restless legs syndrome which disturb sleep and reduce its quality. This research’s objective was to describe the sleep quality overview of Puskesmas Rancaekek’s hypertension patients. Using descriptive quantitative method with purposive sampling technique, this research aimed at 79 Puskesmas Rancaekek’s patients who had been diagnosed with hypertension for at least one month long. The data were collected using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire and analysed using the total score resulted; ≤5 was good while >5 was poor. Results showed 94.6% of respondents had poor sleep quality. The dimensions that contribute to the poor sleep quality included >30 minutes sleep latency, <5 hours sleep duration, <65% of sleep efficiency, sleep disturbance due to waking up at midnight or early morning and waking up to toilet, and activity disturbance at daylight. The conclusion was that Puskesmas need to develop preventive and promotive efforts to minimize the complication of hypertension patients and optimize their quality of life by helping them improve their quality of sleep. Meanwhile, the self-management that should be done by the patients were avoiding the consumption of coffee and cigarettes, limiting physical activities, and doing physical exercise and relaxation therapies. Key Words: Hypertension, Sleep Quality, PSQI  AbstrakPenderita hipertensi mengalami gejala pusing, nyeri kepala, obstructive sleep apnea, sesak napas, nokturia, restless legs syndrome yang mengganggu tidur dan berdampak pada kualitas tidur serta mempengaruhi kualitas hidup dan tekanan darah. Penelitian bertujuan untuk melihat gambaran kualitas tidur pada penderita hipertensi di Puskesmas Rancaekek. Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan teknik purposive sampling sebanyak 79 penderita hipertensi di Puskesmas Rancaekek yang telah didiagnosis dokter minimal 1 bulan. Pengambilan data menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan dianalisis menggunakan total skor, jika skor ≤ 5 baik dan skor > 5 buruk. Hasil menunjukan 94,6% responden memiliki kualitas tidur buruk. Dimensi yang berkontribusi terhadap kualitas tidur buruk yaitu latensi tidur tidak dapat tertidur dalam waktu 30 menit, durasi tidur <5 jam, efisiensi kebiasaan tidur <65%, gangguan tidur karena terbangun tengah malam atau pagi sekali dan terbangun karena ingin ke toilet, serta gangguan aktivitas pada siang hari. Puskesmas perlu mengembangkan upaya preventif dan promotif untuk meminimalisir komplikasi penderita hipertensi dan pencapaian kualitas hidup optimal salah satunya dengan membantu meningkatkan kualitas tidur. Dengan mengedukasi penderita untuk menghindari konsumsi kopi dan rokok, membatasi aktivitas fisik, melakukan latihan fisik, dan terapi relaksasi. Kata Kunci: Hipertensi, Kualitas Tidur, PSQI
Pasien Paska Stroke Pada Fase Subacute: Informasi Yang Dibutuhkan Sri Hartati Pratiwi; Eka Afrima Sari; Ristina Mirwanti
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 2 (2022): Volume 4 Nomor 2 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.474 KB) | DOI: 10.33024/mnj.v4i2.5901

Abstract

ABSTRACT: POST STROKE PATIENTS IN THE SUBACUTE PHASE: INFORMATION REQUIRED Introduction: Post-stroke patient care in the subacute phase is carried out independently by the patient and family at home. Post-stroke patients must have adequate knowledge to carry out self-care at home. The lack of information obtained by post-stroke patients can affect the patient's ability to carry out self-care so that his health status decreases. Therefore, nurses as educators must be able to provide information according to the needs of post-stroke patients.Purpose: This study was conducted to determine the information needs of post-stroke patients in the sub-acute phase so that the nursing care provided is in accordance with the patient's needs.Method: This study is a quantitative descriptive study conducted on post-stroke patients at the Neurology Polyclinic, one of the hospitals in Bandung. The sample technique used was consecutive sampling as many as 83 people. The inclusion criteria of post-stroke patients in this study were having full awareness and not experiencing aphasia. The instrument used in this study was based on the concept of the needs of post-stroke patients Kevitt (2009) and Moreland (2009) with a validity coefficient of 0.73 and an r of 0.75.Result: The information needs of post-stroke patients in a row include information about self-management to prevent recurrence or stroke recurrence ( = 1,59), nformation about nutrition that must be taken ( = 1,54), information about risks and side effects of treatment ( = 1,49), information about certainty of disease condition ( = 1,48), and information about stroke   ( = 1,45).Conclusion: Post-stroke patients need all information related to stroke, especially regarding self-management. Therefore, health workers are expected to provide education according to patient needs. Education for stroke patients can be done using various media and focuses on the patient. Keywords: Informations needs, Subacute, Stroke Patients         INTISARI: PASIEN PASKA STROKE PADA FASE SUBACUTE: INFORMASI YANG DIBUTUHKAN Latar Belakang: Perawatan pasien post stroke pada fase subacute dilakukan secara mandiri oleh pasien dan keluarga di rumah. Pasien paska stroke harus memiliki pengetahuan yang adekuat untuk menjalankan perawatan diri di rumah. Kurangnya informasi yang didapatkan pasien paska stroke dapat mempengaruhi kemampuan pasien menjalankan perawatan diri sehingga status kesehatannya menurun. Oleh karena itu, perawat sebagai edukator harus mampu memberikan informasi sesuai kebutuhan pasien paska stroke.  Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan informasi pasien paska stroke pada fase subacute agar asuhan keperawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.Metoda Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan kepada pasien paska stroke di Poliklinik Saraf dua Rumah Sakit di Bandung. Teknik sample yang digunakan adalah consecutive sampling sebanyak 83 orang. Kriteria inklusi pasien paska stroke dalam penelitian ini adalah memiliki kesadaran penuh dan tidak mengalami aphasia. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan konsep kebutuhan pasien paska stroke khususnya bagian kebutuhan informasi yang dikembangkan oleh Kevitt (2009) dan Moreland (2009) dengan koefisien validitas 0,73 dan r 0,75.Hasil: Kebutuhan informasi pasien paska stroke secara berturut-turut diantaranya adalah informasi mengenai manajemen diri untuk mencegah kekambuhan atau stroke ulang ( = 1,59), informasi mengenai nutrisi yang harus dijalani ( = 1,54), informasi mengenai resiko dan efek samping pengobatan ( = 1,49), informasi mengenai kepastian kondisi penyakit ( = 1,48), dan informasi mengenai penyakit stroke ( = 1,45).Kesimpulan: Pasien paska stroke membutuhkan semua informasi yang berkaitan dengan stroke khususnya mengenai manajemen diri. Oleh karena itu, petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan edukasi sesuai dengan kebutuhan pasien.  Edukasi pada pasien stroke dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media dan berfokus pada pasien. Kata Kunci : Kebutuhan informasi, Pasien Stroke, subacute
Laporan Aktivitas Perawatan Diri Pasien Hipertensi di Kota Bandung Eka Afrima Sari; Sri Hartati Pratiwi
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 2 (2022): Volume 4 Nomor 2 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.533 KB) | DOI: 10.33024/mnj.v4i2.5885

Abstract

ABSTRACT: REPORTS OF SELF-CARE ACTIVITIES OF PATIENT’S WITH HYPERTENSION IN BANDUNG CITY Introduction: Hypertension can be controlled by self-care. Self-care is an effort that can be done by both hypertensive patients and the patient's environment to prevent complications and improve the quality of life.Purpose: This study aimed to identify reports of self-care activities by hypertensive patients. Method: It used a descriptive quantitative approach  Participants consisted of 115 people with hypertension in primary health care, acquired through purposive sampling with inclusion criteria was aged > 18 years old and in the treatment of hypertension. Reports of self-care activities were measured using a Self-Reported Self-Care Activities on the Hypertension Self-Care Profile Instrument. Data were analyzed using frequency distribution.Results: The results showed that as many as 52% of patients also measure blood pressure besides time to control in primary health care but do not record blood pressure readings regularly (87.83%), as many as 59.13% of patients measure weight regularly but do not record weight readings regularly (96.52%), patient’s do not keep a food diary (99.13%), the patient’s do not use any mobile apps to maintain a healthy lifestyle (86.96%), and as many as 80.87% of patients were never reduced by their doctor’s dose of medicine.Conclusion: This condition shows that self-reported self-care activities are not optimal, so efforts are needed to improve self-care that involves not only patients but also families and health services. Keywords: hypertension, self-reported, self-care activities  INTISARI: LAPORAN AKTIVITAS PERAWATAN DIRI PASIEN HIPERTENSI DI KOTA BANDUNG Latar Belakang: Hipertensi dapat dikendalikan dengan perawatan diri. Perawatan diri pasien hipertensi merupakan upaya yang dapat dilakukan baik oleh pasien hipertensi maupun lingkungan pasien untuk mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan: mengidentifikasi laporan aktifitas perawatan diri yang dilakukan oleh pasien hipertensi.Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif pada 115 orang pasien hipertensi di Kota Bandung yang dipilih dengan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi usia > 18 tahun dan dalam pengobatan hipertensi. Laporan aktifitas perawatan diri dilihat berdasarkan instrumen Self-Reported Self-Care Actvities pada Hypertension Self-Care Profile Instrument. Data dianalisis menggunakan distribusi frekuensi.Hasil: Didapatkan sebanyak 52% pasien memeriksakan tekanan darah selain pada jadwal kontrol di puskesmas namun tidak mencatat hasil pengukuran tekanan darah secara teratur (87,83%), sebanyak 59,13% pasien menimbang berat badan secara teratur namun tidak mencatat hasil pengukuran berat badan secara teratur (96,52%), sebanyak 99,13% pasien tidak menyimpan buku harian yang berisi makanan yang dikonsumsi, sebanyak 86,96% pasien tidak menggunakan aplikasi kesehatan pada handphone untuk menjaga gaya hidup sehat, dan sebanyak 80,87% pasien tidak pernah dikurangi dosis obatnya oleh dokter.Simpulan: Hal tesebut menunjukkan bahwa perawatan diri yang dilaporkan oleh pasien hipertensi masih belum optimal, sehingga diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan perawatan diri tersebut yang melibatkan tidak hanya pasien hipertensi, namun juga keluarga dan pelayanan kesehatan. Kata kunci: Hipertensi, Laporan, Perawatan Diri
Pemberdayaan Kader Kesehatan dalam Mengkaji Self-Care pada Pasien Hipertensi Eka Afrima Sari; Ristina Mirwanti; Yusshy Kurnia Herliani
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 4 Nomor 4 Agustus 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v4i4.3996

Abstract

 ABSTRAK Hipertensi merupakan merupakan penyakit kronis yang dapat dikendalikan salah satunya dengan perawatan diri (self-care). Sehingga diharapkan dengan self-care akan meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup. Untuk mencapai keberhasilan dalam mengendalikan hipertensi, diperlukan keterlibatan unsur masyarakat, salah satunya kader kesehatan. Kader kesehatan dapat berperan serta dalam mendampingi dan men-support pasien hipertensi dalam self-care hipertensi. Namun, belum ada program yang secara khusus melatih kader kesehatan dalam mengkaji self-care hipertensi. Sehingga program pengabdian masyarakat yang berorientasi pada pemberdayaan kader kesehatan dalam self-care hipertensi diperlukan guna mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien hipertensi. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan kader dalam mengkaji self-care pada pasien hipertensi. Metode kegiatan berupa pendidikan masyarakat yaitu pelatihan kader kesehatan dalam mengkaji self-care pasien hipertensi. Target dan sasaran pada kegiatan ini adalah kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pasundan Kota Bandung sebanyak 37 orang. Luaran kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan kader dalam mengkaji self-care pada pasien hipertensi. Evaluasi dilaksanakan dengan mengukur pengetahuan kader kesehatan sebelum dan setelah dilakukan pelatihan. Hasil kegiatan didapatkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan (α 0.000) setelah mengikuti pelatihan. Kegiatan pengabdian pada masyarakat berupa pelatihan kader kesehatan dalam mengkaji self-care hipertensi ini efektif dalam meningkatkan pengetahuan kader kesehatan mengenai hipertensi dan self-care hipertensi. Kata Kunci: Hipertensi, Kader Kesehatan, Self-Care  ABSTRACT Hypertension is a chronic disease that can be controlled by self-care. It is hoped that self-care will improve the health and quality of life. To achieve success in controlling hypertension, it is necessary to involve one element of the community (health cadre). Health cadres can participate in assisting and supporting hypertensive patients in self-care hypertension. However, there is no program that specifically trains health cadres in assessing hypertension self-care. So that community service programs oriented to empowering health cadres in hypertension self-care are needed to prevent complications and improve the quality of life for hypertensive patients. The purpose of this activity is to increase health cadre knowledge in assessing self-care in hypertensive patients. The method of activity is the training of health cadres in assessing self-care for hypertensive patients.  The target of this activity was 37 health cadres in the work area of Pasundan Health Center in Bandung City. The outcome of activities is an increase in cadre knowledge in assessing self-care in hypertensive patients. Evaluation is seen from the knowledge of health cadres before and after training. The result of the activity was that there were differences in knowledge of health cadres (α 0.000) after attending the training. Health cadre training in assessing hypertension self-care is effective in increasing health cadres’ knowledge about hypertension and hypertension self-care. Keywords: Health Cadres, Hypertension, Self-Care
PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN DALAM PENERAPAN SELF-CARE MANAGEMENT DIABETEST MELITUS DI DESA CILELES KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG Eka Afrima Sari; Titis Kurniawan; Sri Hartati Pratiwi
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 3 Nomor 1 April 2020
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v3i1.2558

Abstract

Diabetes mellitus merupakan masalah yang serius dan mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan diikuti peningkatan komplikasi, baik akut maupun kronis. Sehingga diperlukan pengendalian yang baik guna mencegah komplikasi akut dan mengurangi risiko komplikasi dalam jangka panjang. Salah satu upaya pengendalian yang dilakukan adalah self-care management yang bertujuan untuk mencapai pengontrolan gula darah secara optimal serta mencegah terjadinya komplikasi sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk mencapai kerberhasilan dalam pengendalian penyakit diabetes mellitus ini, diperlukan keterlibatan dari berbagai unsur masyarakat salah satunya kader kesehatan. Kader kesehatan dapat berperan serta dalam mendampingi dan men-support pasien dengan diabetes mellitus dan keluarga dalam self-care management diabetes mellitus. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader kesehatan mengenai self-care management diabetes melitus dan meningkatkan kemampuan kader kesehatan dalam melakukan skrining risiko diabetes melitus pada masyarakat. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berupa pelatihan mengenai self-care management diabetes melitus dan risiko diabetes melitus. Metode yang digunakan adalah ceramah, simulasi, dan diskusi dengan menggunakan media berupa modul pelatihan. Setelah dilakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, terdapat peningkatan pengetahuan kader kesehatan setelah dilakukan kegiatan pelatihan dan sebagian besar kader kesehatan mampu mengisi formulir pengkajian risiko diabetes melitus dengan benar. Dengan demikian kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kader kesehatan mengenai self-management dan skrining risiko diabetes melitus. Sehingga diharapkan kegiatan pelatihan ini perlu dilanjutkan secara berkesinambungan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan kader kesehatan mengenai self-care diabetes melitus serta perlu adanya monitoring yang dilakukan oleh perawat/tim kesehatan mengenai self-care management diabetes melitus. 
Intervensi Pursed-Lip Breathing dan Posisi High Fowler untuk Mengatasi Gejala Sesak Napas pada Pasien dengan Coronary Artery Disease: Sebuah Studi Kasus Hannifa Dwi Aulia; Sri Hartati Pratiwi; Eka Afrima Sari
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 9 (2023): Volume 3 Nomor 9 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i9.10894

Abstract

ABSTRACT Coronary artery disease (CAD) is a pathological process characterized by the accumulation of atherosclerotic plaques in the arteries, both obstructive and non-obstructive. CAD often causes chest pain and shortness of breath. However, patients with symptoms of tightness have 4 times higher mortality compared to patients without chest pain. Pursed-lip breathing intervention and a high fowler position can be done to reduce the shortness of breath experienced by CAD patients. The purpose of this study was to determine the effect of pursed-lip breathing nursing intervention and high fowler position on shortness of breath felt by patients with coronary artery disease. This research method was carried out with a case study approach that used a case about coronary artery disease with complaints of shortness of breath in one of the patient in a hospital in Indonesia.  The results of the study obtained were patients complaining of shortness of breath on a scale of 7 out of 10, respiration rate (RR) is 25 breath per minute, SpO2 value of 100% with oxygen 5L/minute, and heard ronkhi lung sounds. Thus, patients are given nursing intervention in the form of pursed-lip breathing and high fowler positions. The results obtained during the three days of treatment were shortness of breath on a scale of 2 out of 10, respiration rate is 18 breath per minute, SpO2 value of 95% without the oxygen therapy, and ronkhi sound is absent. The conclusion is that pursed-lip breathing intervention and high fowler position are effective in patients who experience shortness of breath. Therefore, pursed-lip breathing interventions and high fowler positions can be applied to patients with coronary artery disease who experience symptoms of shortness of breath. Keywords: Pursed-Lip Breathing, High Fowler, Coronary Artery Disease  ABSTRAK Penyakit arteri koroner atau coronary artery disease (CAD) atau penyakit jantung koroner (PJK) adalah proses patologis yang ditandai dengan akumulasi plak aterosklerotik di arteri, baik obstruktif maupun non-obstruktif. PJK sering kali menimbulkan  nyeri pada dada dan sesak napas. Namun, pasien dengan gejala sesak memiliki mortalitas empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa gejala sesak. Intervensi pursed-lip breathing dan posisi high fowler dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sesak yang dialami pasien PJK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi keperawatan pursed-lip breathing dan posisi high fowler terhadap gejala sesak yang dirasakan oleh pasien dengan penyakit jantung koroner. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan sebuah kasus tentang coronary artery disease dengan keluhan sesak napas pada salah satu pasien di rumah sakit yang ada di Indonesia.  Hasil pengkajian yang didapatkan yaitu pasien mengeluh sesak napas skala 7 dari 10, respiration rate (RR) 25x/menit, saturasi oksigen 100% dengan oksigen 5L/menit, dan terdengar suara ronkhi. Sehingga, pasien diberikan intervensi keperawatan berupa pursed-lip breathing dan posisi high fowler. Hasil yang didapatkan selama tiga hari perawatan, yaitu keluhan sesak napas skala 2 dari 10, respiration rate menjadi 18x/menit, saturasi oksigen 95% tanpa bantuan terapi oksigen. Intervensi pursed-lip breathing dan posisi high fowler efektif diterapkan pada pasien yang mengalami sesak napas. Maka dari itu, intervensi pursed-lip breathing dan posisi high fowler dapat diterapkan pada pasien dengan coronary artery disease yang mengalami gejala sesak napas. Kata Kunci: Pursed-Lip Breathing, High Fowler, Penyakit Jantung Koroner
Hipervolemia dan Keletihan pada Pasien Chronic Kidney Disease Stage 5: Sebuah Studi Kasus Yuyun Kartika Sari; Eka Afrima Sari; Sri Hartati Pratiwi
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 9 (2023): Volume 3 Nomor 9 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i9.10878

Abstract

ABSTRACT Chronic kidney disease leads to a progressive decline in kidney function. A decrease in kidney function leads to water and sodium retention, which subsequently causes hypervolemia. Mr. N came with complaints of shortness of breath to the hospital; the patient has undergone hemodialysis five times. In the process of examination, the presence of peripheral edema, pulmonary edema, and shortness of breath was found to be characterized by rapid and shallow breathing. According to the case, there was a problem of hypervolemia and fatigue in Mr. N. The aim of this study is to explore the application of nursing care in patients with chronic kidney disease stage 5 with hyperbolemia and fatigue. The method used is a case study descriptive of nursing care provision systematically starting from the examination, determination of diagnosis, planning, implementation, and evaluation of nurse care. The course was carried out for three days in a collaborative and independent manner. General interventions performed include hypervolemia management consisting of fluid restriction; edema and jugular venous pressure monitoring; interdialytic weight gain calculation; fluid intake and output control; monitoring of urea and creatinine levels; as well as co-administration of furosemide and hemodialysis. General interventions to overcome fatigue performed by giving semi-fowler positions; deep breathing relaxation; oxygen therapy; transfusion packed red cells, and relaxation foot massage. After the evaluation results were obtained for the problem of hypervolemia showed a decrease in the level of edema in the leg from degree 2 to degree 1, decreased jugular venous pressure, reduced blood pressure, interdialytic weight gain of 3.2%, improvement in the values of urea and creatinine, and a glomerular filtration rate post-hemodialysis of 8.28 ml/min/1.73 m2. As for the problem of fatigue, fatigue decreased from a score of 35 to 29, sickness decreased from a scale of 4 to 3, and breathing frequency was within the normal boundaries, so it can be concluded that the problems of nursing hyperbolemia and fatigue are partially overcome. Keywords: Chronic Kidney Disease, Hypervolemia, Fatigue  ABSTRAK Chronic Kidney Disease mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif. Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan retensi air dan natrium yang selanjutnya menimbulkan hipervolemia. Tn.N datang dengan keluhan sesak nafas ke RS, pasien telah menjalani hemodialisis sebanyak 5 kali. Pada proses pengkajian ditemukan adanya edema perifer, edema paru, serta sesak nafas yang ditandai pernafasan cepat dan dangkal. Berdasarkan kasus ditemukan adanya masalah hipervolemia dan keletihan pada Tn.N. Tujuan penelitian ini untuk mengekplorasi penerapan asuhan keperawatan pada pasien chronic kidney disease stage 5 dengan masalah keperawatan hipervolemia dan keletihan. Metode yang digunakan yaitu dengan studi kasus deskriptif pemberian asuhan keperawatan secara sistematis diawali dari pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Intervensi dilakukan selama 3 hari secara kolaborasi dan mandiri. Intervensi generalis dilakukan meliputi manajemen hipervolemia yang terdiri atas pembatasan cairan, pemantauan edema dan jugular venous pressure, perhitungan interdialytic weight gain, pemantauan intake dan output cairan, pemantauan kadar ureum dan kreatinin, serta kolaborasi pemberian furosemide, dan tindakan hemodialisis. Adapun intervensi generalis untuk mengatasi keletihan dilakukan dengan pemberian posisi semi fowler, relaksasi nafas dalam, terapi oksigen, transfusi packed red cells, dan relaksasi pijat kaki. Setelah dilakukan evaluasi didapatkan hasil untuk masalah hipervolemia, terdapat penurunan tingkat edema pada kaki dari derajat 2 menjadi derajat 1, penurunan jugular venous pressure, penurunan tekanan darah, interdialytic weight gain 3,2%, perbaikan pada nilai ureum dan kreatinin dengan glomerular filtration rate post-hemodialisis 8,28 ml/min/1,73m2. Adapun untuk masalah keletihan, kelelahan berkurang dari skor 35 menjadi 29, sesak berkurang dari skala 4 menjadi 3, frekuensi nafas dalam batas normal, sehingga dapat disimpulkan masalah keperawatan hipervolemia dan keletihan teratasi sebagian. Kata Kunci: Chronic Kidney Disease, Hipervolemia, Keletihan
Topik dan Metode Pencarian Sumber Pada Laporan Evidence-Based Practice Mahasiswa Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah: Studi Dokumen Jasmine Fasya Fadillah; Eka Afrima Sari; Hasniatisri Harun; Titis Kurniawan; Nursiswati Nursiswati
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 3 (2024): Volume 4 Nomor 3 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i3.13978

Abstract

ABSTRACT Evidence-Based Practice (EBP) is one of the important aspects in creating competent nurses. In realizing this, in the nursing education program at the bachelors level, students need to practice in honing the ability to make and report EBP reports. From the results of previous studies, further research is needed that looks at concrete evidence in the form of document studies of EBP work made by students compared to just conducting surveys with questionnaires. So that the institution has a strong foundation in the development of the next EBP curriculum. The purpose of this study is to determine the description of topics and methods of searching for EBP sources chosen during the practice of the undergraduate students in Medical Surgical Nursing unit. This research uses a quantitative descriptive research plan by looking at the overview of the topic and the method of searching for EBP resources used from the results of the document study of the EBP report of PPN students. The sample of this study was 32 EBP reports of nursing professional program students from a nursing education institution in West Java using the total sampling technique. Data analysis on the three variables in this research uses the frequency distribution method which looks at the percentage in each category that exists in each variable. Result Of the 32 EBP reports obtained, it was found that the topic most raised by the undergraduate students in the EBP report based on Problem / Person (P) items was about stroke as many as 6 reports (18.75%). If based on the Intervention item (I), the most raised topic is interventions that can overcome diagnoses related to activity and rest as many as 10 reports (31,25%) and based on the Outcomes (O) item the most raised topic is about the outcome of patient hemodynamic status as many as 6 reports (18.75%). From the study of this document, it was also found that most respondents (62.5%) have used the EBP source search method well. Students' ability to explore the topic of the EBP report and the EBP source search method used is well applied by most students. It is hoped that these results can be a reference for educational institutions regarding the next teaching methods that will be developed related to EBP learning, especially at the KMB station. Keywords: Evidence-Based Practice, Undergraduate Nursing Program, Document Study  ABSTRAK Evidence-Based Practice (EBP) merupakan salah satu aspek penting dalam menciptakan perawat yang kompeten. Dalam mewujudkan hal tersebut, pada program pendidikan keperawatan jenjang profesi Ners, mahasiswa perlu berlatih dalam mengasah kemampuan membuat dan melaporkan laporan EBP. Dari hasil studi terdahulu, diperlukan penelitian lanjutan yang melihat bukti konkrit berupa studi dokumen hasil pengerjaan EBP yang dibuat oleh mahasiswa dibandingkan hanya dengan melakukan survey dengan kuesioner, sehingga institusi memiliki landasan yang kuat dalam pengembangan kurikulum EBP selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran topik dan metode pencarian sumber EBP yang dipilih selama praktik Program Profesi Ners (PPN) stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif dengan melihat gambaran topik dan metode pencarian sumber EBP yang digunakan dari hasil studi dokumen laporan EBP mahasiswa PPN. Sampel penelitian ini adalah laporan EBP mahasiswa PPN di sebuah institusi pendidikan di Jawa Barat dengan jumlah sampel sebanyak 32 laporan dengan menggunakan teknik total sampling. Analisis data pada ketiga variabel dalam penelitian ini menggunakan metode distribusi frekuensi yang melihat persentase dalam setiap kategori yang ada pada setiap variabel. Dari 32 laporan EBP yang didapatkan, menunjukkan bahwa topik yang paling banyak diangkat oleh mahasiswa PPN dalam laporan EBP berdasarkan item Problem/Person (P) adalah mengenai penyakit stroke sebanyak 6 laporan (18,75%). Jika berdasarkan item Intervention (I), topik yang paling banyak diangkat adalah intervensi yang dapat mengatasi diagnosis terkait aktivitas dan istirahat sebanyak 10 laporan (31,25%) dan berdasarkan item Outcomes (O) topik yang paling banyak diangkat adalah mengenai luaran status hemodinamik pasien sebanyak 6 laporan (18,75%). Dari studi dokumen ini juga didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden (62,5%) sudah menggunakan metode pencarian sumber EBP dengan baik.Kemampuan dalam mengeksplorasi topik laporan EBP dan metode pencarian sumber EBP yang digunakan sudah baik diterapkan oleh sebagian besar mahasiswa. Diharapkan hasil tersebut dapat menjadi acuan bagi institusi pendidikan mengenai metode ajar selanjutnya yang akan dikembangkan terkait pembelajaran EBP terutama pada stase KMB. Kata Kunci: Evidence-Based Practice, Program Profesi Ners, Studi Dokumen.