Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Pengaruh Diet Rendah Energi Seimbang Teratur (REST) dan Senam Kreasi dengan Unsur Sasak (Tari Rudat) Untuk Menurunkan Berat Badan Pada Mahasiswa Kelebihan Berat Badan Di Politeknik Kesehatan Mataram Retno Wahyuningsih; Lidya Ratna Handayani
JURNAL KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN JEMBER Vol 1, No 1 (2017): MARET
Publisher : Akademi Kebidanan Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Overweight/obesitas selain menjadi permasalahan kesehatan bagi setiap orang, juga menjadi problem bagi penampilan seseorang. Sebagai calon tenaga kesehatan, mahasiswa harus memiliki citra tubuh yang positif terhadap tubuhnya sehingga dapat menambah rasa percaya diri dalam menangani kliennya. Penanganan dalam mengatasi kelebihan berat badan yaitu dengan pengaturan makan, olahraga dan psikologis.   Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh diet rendah energi seimbang teratur (REST) dan senam kreasi dengan unsur sasak (Tari Rudat) untuk menurunkan berat badan pada mahasiswa kelebihan berat badan di Politeknik Kesehatan Mataram. Desain penelitian menggunakan eksperimen semu (quasi experiment), randomized pre-post control group design. Populasi adalah mahasiswa Politeknik Kesehatan Mataram usia 18-21 tahun, melibatkan 30 subjek yang dibagi menjadi tiga kelompok secara acak, yaitu kelompok 1 diberi diet REST, kelompok 2 diberi senam kreasi dan kelompok 3 diberi diet REST dan Senam Kreasi. Diet REST diberikan selama 2 minggu, dengan pemberian 1kali saat makan siang. Senam diberikan selama 2 minggu dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu. Variabel yang diteliti yaitu berat badan. Data dianalisis secara univariat untuk distribusi variable penelitian dan uji bivariat dengan uji beda Paired t-test, dan Anova One-Way. Hasil penelitian terjadi penurunan berat badan secara signifikan pada ketiga kelompok perlakuan (kelompok 1 : χ±SD: 0.62 kg ±0.86513 dengan signifikan p: 0.050), (kelompok 2 : 0,67±0,62548, p: 0,008), dan (kelompok 3 : 0,92 ±0,78571, p:0.005). Tidak ada efek ketiga perlakuan terhadap penurunan berat badan (p>0.005). Simpulan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan berat badan sebelum dan sesudah pada ketiga kelompok perlakuan, namun secara statistik tidak ada efek ketiga perlakuan terhadap penurunan berat badan.
Pemberdayaan Teman Sebaya Dalam Meningkatkan Pengetahuan Gizi Remaja Kelebihan Berat Badan Retno Wahyuningsih
Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal) Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jgp.v5i2.204

Abstract

Background : Being overweight in adolescents needs to be addressed early so as not to become a health problem in the future. Adolescents who are obese can be treated with peer education. Methods : Quasi-experimental, randomized pre-post control group on 39 high school students aged 14-18 years were divided into two groups: 1) a treatment group with peer nutrition counseling, 2 control groups with classical counseling. Results : Research that differentiates the knowledge before and after peer counseling (treatment group) with a significance of 0.000 (p <0.05), and the control group (classical counseling) with a significance of 0.001 (p <0.05). Conclusion : Peer counseling can increase knowledge.
Pemberian Probiotik Lactobacillus Helveticus Rosell-52 Dan Lactobacillus Rhamnosus Rosell-11 Untuk Mengatasi Konstipasi Pada Usia Lanjut Retno Wahyuningsih
Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal) Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.494 KB) | DOI: 10.32807/jgp.v3i2.119

Abstract

Background. In old age there will be many changes along with the aging process. One of these changes is changes in the gastrointestinal system. One problem that many suffer from old age in the gastrointestinal system is constipation or constipation. Some Lactobacillus species used in probiotic supplements, namely L. helveticus and L. rhamnosus, have a role in maintaining healthy digestive function. Research Methods. This study used a randomized pre-post test control group design. The subjects in this study were 46 people living in the PSTW Puspakarma Mataram, divided into two groups, namely the treatment group was given probiotics, and the control group was given a placebo. The status of constipation or not is obtained by using the questionnaire (questionnaire) of Agarwal Sharma's constipation with 8 question items. Research Result. The results of statistical tests show that there is an effect of probiotic consumption with the incidence of constipation (p <0.05). From the results of the study it was found that there was an effect of the consumption of probiotics with the occurrence of constipation. There was a difference in the incidence of constipation between the treatment groups given probiotics Lactobacillus helveticus Rosell-52 and Lactobacillus rhamnosus Rosell-11 with groups given only placebo. In the treatment group there was a reduction in the incidence of constipation and in the control there were still many cases of constipation in the elderly. Conclusion. There is an influence on the consumption of probiotics with the occurrence of constipation.
PENGGUNAAN CAKRAM GIZI SARAPAN PAGI SEBAGAI MEDIA EDUKASI UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SISWA Retno Wahyuningsih; Joyeti Darni
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo Vol 1, No 2 (2020): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (679.033 KB) | DOI: 10.32807/jpms.v1i2.477

Abstract

Anak usia sekolah menjadi perhatian khusus, karena di usia ini anak sedang mengalami pertumbuhan yang pesat,sehingga kebutuhan akan zat-zat gizi juga mengalami peningkatan. Sarapan pagi diperlukan untuk anak usiasekolah, agar dapat meningkatkan fungsi kognitif dan prestasi belajar anak. Tujuan kegiatan adalah untukmeningkatkan pengetahuan anak sekolah melalui penyuluhan tentang sarapan pagi. Metode yang digunakanadalah penyuluhan (pemaparan melalui ceramah secara langsung) dengan media cakram gizi sarapan pagi danpengisian kuesioner pre-post test untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan yang dilakukan. Didapatkan hasilrata-rata pengetahuan sebelum penyuluhan dengan skor benar >80% adalah sebanyak 87,5%, dan setelahpenyuluhan skor benar >80% adalah sebanyak 97,5%. Rata-rata skor pengetahuan sebelum penyuluhan termasukdalam kategori baik (nilai >80) sebanyak 87,5%, dan pengetahuan sedang sebanyak 12,5%. Setelah penyuluhandidapatkan skor pengetahuan baik sebanyak 97,5% dan sedang sebanyak 2,5%. Kesimpulannya terdapatpeningkatan pengetahuan sesudah diberikan penyuluhan tentang Sarapan pagi.
EDUKASI PADA IBU BALITA TENTANG PEMANFAATAN DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KUDAPAN UNTUK PENCEGAHAN STUNTING Retno Wahyuningsih; Joyeti Darni
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo Vol 2, No 2 (2021): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (793.889 KB) | DOI: 10.32807/jpms.v2i2.687

Abstract

Stunting sering dijumpai pada anak usia 12-36 bulan, anak yang mengalami stunting pada masa ini cenderung akan sulit mencapai tinggi badan yang optimal pada periode selanjutnya. Untuk mencegah terjadinya stunting pada anak, ibu perlu mengonsumsi asupan gizi yang layak, dan memiliki pengetahuan gizi yang baik.  Upaya perbaikan stunting dapat dilakukan dengan peningkatan pengetahuan sehingga dapat memperbaiki perilaku pemberian makan pada anak. Tujuan kegiatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita mengenai pemanfaatan daun kelor (Moringa Oleifera) sebagai kudapan untuk mencegah masalah stunting. Metode melalui penyuluhan (pemaparan melalui ceramah secara langsung) dan pengisian kuesioner pre-post test untuk mengetahui dan menilai tingkat keberhasilan penyuluhan yang dilakukan. Didapatkan hasil rata-rata skor pengetahuan sebelum penyuluhan termasuk dalam kategori baik (nilai ≥80) sebanyak 13,5%, dan pengetahuan kurang sebanyak 86,5%. Setelah penyuluhan didapatkan skor pengetahuan baik sebanyak 54,1% dan kurang sebanyak 45,9%. Kesimpulannya terdapat peningkatan pengetahuan sesudah diberikan penyuluhan tentang stunting dan kudapan dari daun kelor.
Gambaran Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Retno Wahyuningsih; Nisa Ardianti; Ni Ketut Sri Sulendri; Joyeti Darni
Indonesian Health Issue Vol. 2 No. 1 (2023): FEBRUARI
Publisher : PublisihingId

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/inhis.v2i1.36

Abstract

Latar Belakang: Indonesia merupakan negara dengan penderita Diabetes Mellitus (DM) terbanyak ke 6 di dunia dimana jumlah penderita DM mencapai 10,3 juta jiwa. Penatalaksanaan DM meliputi edukasi, farmakologi, terapi gizi medis (TGM). Penerapan TGM dilakukan melalui langkah-langkah terstandar yaitu Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Tujuan : untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan proses asuhan gizi terstandar pada pasien DM tipe 2. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan observasional deskriptif dengan desain case study yang menggambarkan pelaksanaan proses asuhan gizi terstandar oleh rumah sakit terhadap pasien DM tipe 2. Hasil Penelitian: Dilihat dari proses pengkajian gizi, diperoleh hasil bahwa pasien sering mengkomsumsi kopi dengan tambahan gula yaitu sebanyak 2 kali dalam sehari, ditunjang dengan hasil laboratorium menunjukkan kadar gula darah puasa dan glukosa sewaktu tinggi, berdasarkan fisik/klinis menunjukkan tekanan darah dan suhu pasien tinggi. Hasil diagnosis gizi menunjukkan asupan oral tidak adekuat dan terdapat perubahan hasil nilai laboratorium terkait nilai gizi berkaitan dengan penyakit hiperglikemia DM tipe 2. Intervensi yang diberikan yaitu pemberian Diet DM dengan prinsip 3 J (tepat jadual, jenis dan jumlah), serta pemberian konseling gizi. Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan selama 3 hari menunjukkan asupan meningkat dan hasil pengukuran tekanan darah dan suhu normal. Kesimpulan: Pasien DM Tipe 2 telah dilakukan proses asuhan gizi terstandar sesuai dengan empat langkah yakni pengkajian, diagnosis gizi, intervensi dan monitoring evaluasi gizi.
KELEPE (KELOR LELE TEMPE) SEBAGAI MAKANAN TINGGI PROTEIN UNTUK UPAYA PENCEGAHAN STUNTING ANAK BALITA Retno Wahyuningsih; Joyeti Darni; Jaya Pandu Ruslan Ningrat
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo Vol 4, No 2 (2023): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jpms.v4i2.1120

Abstract

Angka kejadian stunting saat ini menjadi perhatian besar di Indonesia. Upaya saat ini yang dilakukan adalah dengan memberikan edukasi mengenai makanan berprotein tinggi. Edukasi yang diberikan bertujuan agar ibu balita dapat berperan menyediakan menu sehat berprotein tinggi sehingga bisa mencegah angka terjadinya Stunting. Edukasi pada ibu balita dapat diberikan melalui penyuluhan gizi. Penyuluhan bisa diberikan kepada kader Posyandu dan Ibu Balita guna meningkatkan pengetahuan sehingga akan berdampak pada perubahan perilaku sehari-hari dalam pencegahan masalah stunting pada Balita. Tujuan kegiatan adalah untuk memberdayakan kader dan ibu balita dalam pembuatan makanan tinggi protein berbasis pangan lokal (daun kelor, ikan lele, dan tempe/produk nugget kelepe) sebagai upaya pencegahan stunting. Metode dilakukan dengan memberikan penyuluhan, pelatihan antropometri (pengukuran ukuran dimensi tubuh, baik berupa berat badan, tinggi badan,panjang badan, LILA), demonstrasi pembuatan produk Kelepe (Kelor, Ikan Lele dan tempe), pengisian kuesioner pre-post test untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan yang dilakukan baik kepada sasaran kader maupun ibu-ibu Balita. Hasil kegiatan menunjukkan rata-rata pengetahuan kader dan ibu balita mengalami peningkatan. Proses pelatihan antropometri dan demonstrasi pembuatan produk selingan berbasis Kelepe pada kader dan ibu balita berlangsung baik serta mereka mengapresiasi dengan berpartisipasi aktif. Kesimpulan kegiatan pengabdian masyarakat yakni kader dan ibu balita memiliki pengetahuan yang baik setelah mendapatkan penyuluhan tentang stunting dan kelepe sebagai makanan tinggi protein untuk upaya pencegahan stunting. 
Pengaruh Pemberian Jus Campuran Jambu Biji Merah (Psidium guajava Linn) dan Buah Tomat (Solanum lycopersicum) Terhadap Kadar Asam Urat: Effect of Red Guava (Psidium guajava Linn) and Tomato (Solanum lycopersicum) Mixed Juice on Uric Acid Levels Joyeti Darni Darni; Retno Wahyuningsih; Ni Ketut Sri Sulendri; Sri Julia Wahyuni
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol. 15 No. 2 (2023): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v15i2.440

Abstract

Gout is a disease caused by the accumulation of monosodium urate crystals in the body and disturbances in purine metabolism. Gout is caused by two main factors, namely inadequate excretion of uric acid from the kidneys and increased production of uric acid in the body due to purine metabolism disorders. Management of gout can be carried out non-pharmacologically, namely by increasing the consumption of foods that are high in vitamin C and fiber and antioxidants such as red guava and tomatoes.  To determine the effect of giving red guava (Psidium guajava Linn) and tomato (Solanum lycopersicum) mixed juice on uric acid levels in hyperuricemia patients in outpatient care in the working area of ​​the Langgudu Health Center. This research is a Quasy eksperimental research. The sampel came from the Langgudu District, Bima Regency. Juice intervention was given for seven consecutive days, once per day, in the morning as much as 350 ml of 200 grams of red guava, 50 grams tomato dan 100 ml of mineral water. The results were analyzed using the paired t-test. in the treatment group there was a decrease in uric acid levels of 1,3 mg/dl. Mean while, the difference in decreased uric acid levels in the group was 0,7 mg/dl. There was an effect of decreasing uric acid levels after being given a mixed guava juice intervention red seeds and tomatoes in hyperuricemia patients in the working area of the Langgudu Publik Health Center.   Asam urat merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh dan adanya gangguan metabolisme pada purin. Penatalaksanaan asam urat dapat dilakukan secara non farmakologi yaitu dengan cara meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi vitamin C dan serat serta antioksidan seperti buah jambu biji merah dan buah tomat maka dari itu peneliti ingin membuat jus campuran jambu biji merah dan buah tomat yang tinggi vitamin C. Mengetahui pengaruh pemberian juice campuran jambu biji merah (Psidium guajava Linn) dan buah Tomat (Solanum lycopersicum) terhadap kadar asam urat pasien hiperurisemia pada pasien rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas Langgudu, Kabupaten Bima, NTB. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasy eksperimental. Sampel berasal dari Puskesmas Langgudu berjumlah 20 sampel. Sampel dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Intervensi jus diberikan selama tujuh hari berturut – turut, satu kali pemberian perhari, diberikan pada pagi hari sebanyak 350 ml dari 200 gram jambu biji merah, 50 gram tomat dan 100 ml air mineral. Analisis data menggunakan uji t-berpasangan. Hasil penelitian bahwa pada kelompok perlakuan terjadi penurunan kadar asam urat sebesar 1,3 mg/dl. Sedangkan selisih penurunan kadar asam urat pada kelompok kontrol sebesar 0,7 mg/dl.  Terdapat pengaruh penurunan kadar asam urat setelah diberikan intervensi jus campuran jambu biji merah dan buah tomat pada pasien hiperurisemia di wilayah kerja Puskesmas Langgudu.
Asupan Makan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Setelah Mendapatkan Konseling Gizi Retno Wahyuningsih; Baiq Ayu Ristiani; Suhaema; Ni Ketut Sri Sulendri
Indonesian Health Issue Vol. 2 No. 2 (2023): AGUSTUS
Publisher : PublisihingId

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/inhis.v2i2.55

Abstract

Latar Belakang : Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit kronis ketika kadar glukosa dalam tubuh melebihi batas normal. Salah satu penyebab gula darah yang tinggi adalah pola makan yang salah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pasien terhadap makanan dalam hal ini pasien perlu mendapatkan sesi konseling gizi yang memiliki tujuan untuk membantu pasien dalam mengambil keputusan, termasuk dalam mengatur pola makan yang mematuhi prinsip 3J (jumlah, jadwal, dan jenis). Penting juga untuk mempertimbangkan prinsip keragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup sehat, serta menjaga berat badan yang seimbang dalam memenuhi kebutuhan gizi. sehingga asupan makan pasien menjadi lebih baik. Tujuan Penelitian : Mengetahui gambaran asupan makan pasien Diabetes Melitus Tipe 2 usai menjalani sesi konseling gizi selama masa perawatan di ruang rawat inap. Metode Penelitian: Penelitian menggunakan metode deskriptif observasional untuk mengkaji tentang gambaran asupan makan pasien yang menderita diabetes melitus tipe 2 setelah menjalani sesi konseling gizi selama masa perawatan di ruang rawat inap. Hasil : Tingkat konsumsi Ny. B memiliki rata-rata energi yaitu 759,7 kkal, protein 45,4 gram, lemak 25,2 gram, dan karbohidrat 94,5 gram. Ny.S rata-rata energi yaitu 912,4 kkal, protein52,6 gram, lemak 26,1 gram, dan karbohidrat 150,7 gram dan Ny. K rata-rata tingkat konsumsi energi yaitu 822 kkal, protein 46,7 gram, lemak 25,9 gram, dan karbohidrat 106,8 gram. Kesimpulan : Setelah mendapatkan konseling gizi, pengetahuan pasien menjadi lebih baik dalam hal memilih makanan yang ditunjukkan dengan hasil identifikasi asupan makan pasien Ny. B dan N. S memiliki rata-rata asupan makan baik.   Background: Diabetes Mellitus is a chronic disease when glucose levels in the body exceed normal limits. One of the causes of high blood sugar is an incorrect eating pattern caused by the patient's lack of knowledge about food, in this case, the patient needs to receive a nutritional counseling session which aims to help the patient make decisions, including managing a diet that adheres to the 3J principles (quantity, schedule, and type). It is also essential to consider the principles of food diversity, physical activity, healthy living behavior, and maintaining a balanced body weight to meet nutritional needs. So that the patient's food intake becomes better. Research Objective: To determine the description of food intake of Type 2 Diabetes Mellitus patients after undergoing nutritional counseling sessions during the treatment period in the inpatient room. Research Method: The study used a descriptive observational method to examine the description of the food intake of patients suffering from type 2 diabetes mellitus after undergoing nutritional counseling sessions during the treatment period in the inpatient room. Results: Mrs. B has an average energy of 759.7 kcal, 45.4 grams of protein, 25.2 grams of fat, and 94.5 grams of carbohydrates. Mrs. S's average energy is 912.4 kcal, protein 52.6 grams, fat 26.1 grams, carbohydrates 150.7 grams, and Mrs. The intermediate level of energy consumption is 822 kcal, 46.7 grams of protein, 25.9 grams of fat, and 106.8 grams of carbohydrates. Conclusion: After receiving nutritional counseling, the patient's knowledge became better in choosing food, as indicated by identifying the patient's food intake. Mrs. B and N. S have an excellent average food intake
Pemberian Serbuk “Banasoy” Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum Linnaeus) Dan Kacang Kedelai (Glyciline Max) Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Gerung Joyeti Darni; Baiq Rizki Hidayatunnisa; Retno Wahyuningsih; Ni Ketut Sri Sulendri
JURNAL RISET GIZI Vol 11, No 2 (2023): November (2023)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jrg.v11i2.9896

Abstract

Jumlah penderita hipertensi yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg. Salah satu cara mengatasi hipertensi adalah mengkonsumsi pangan fungsional yaitu serbuk banasoy yang kaya akan kalium dan magnesium sebagai pengontrol tekanan darah. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian Serbuk “Banasoy” Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum linnaeus) dan Kacang Kedelai (Glyciline max) terhadap Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Gerung. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment Non Equivalent Control Group Designs, dengan rancangan penelitian Pretest-Posttest with control group design. Jumlah sampel penelitian 20 orang yang diperoleh dari rumus Lameshow dan dipilih secara Purposive sampling. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan dosis 30 g bubuk banasoy selama 7 hari.Hasil Penelitian : Terdapat Penurunan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi yaitu rata-rata 161±11,97 mmHg menjadi 147,00±11,60 mmHg dengan selisih 14,00 mmHg dan penurunan tekanan darah diastolik dengan rata-rata  sebelum 103,00±10,59 mmHg menjadi 92,00±10,33 mmHg dengan selisih 11,00 mmHg. Kesimpulan : Tidak ada pengaruh pemberian serbuk banasoy terhadap tekanan darah pasien hipertensi.