Solusi bijak untuk mengatasi kekurangan beras adalah dengan memaksimalkanproduksi beras dalam negeri, diantaranya dengan menekan susut pasca panen dan meningkatkan rendemen giling. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji teknik penanganan pascapanen terutama perontokan dan penggilingan padi varietas Ciherang, Hibrida, dan Cibogo. Perontokan padi dilakukan dengan tiga metode perontokan: (i) digebot; (ii) pedal thresher; dan (iii) power thresher. Penggilingan padi dilakukan menggunakan tiga konfigurasi penggilingan mesin yang berbeda: (i) dua kali pecah kulit dan dua kali sosoh (2H-2P); (ii) satu kali pengupasan kulit, satu kali pengayakan (separator), dan satu kali penyosohan (H-S-P); dan (iii) satu kali pengupasan kulit, dua kali pengayakan dan dua kali penyosohan (H-2S-2P). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah butir gabah per malai pada varietas hibrida adalah 303 butir, paling tinggi diikuti ciherang (158 butir) dan cibogo (130 butir). Namun demikian, varietas hibrida memiliki berat seribu butir paling rendah (28,6 g) dibandingkan ciherang (29,7 g) dan cibogo (30,4 g). Penggunaan power thresher mampu menekan susut perontokan dari 3,31–4,35 persen (dengan alat gebot) menjadi 0,49–1,21 persen dan menghasilkan gabah dengan persentase keretakan butiran gabah yang paling rendah. Rendemen giling padi varietas cibogo (67,81 persen) lebih tinggi dibandingkan varietas ciherang (62,61 persen) dan hibrida (60,78 persen). Konfigurasi penggilingan H-2S-2P menghasilkan susut penggilingan terendah yaitu 2,52 persen dan mampu meningkatkan derajat sosoh dan tidak mempengaruhi rendemen giling. The best solutions to overcome the shortage of national rice production is by applying good postharvest handling practices to reduce losses and increase the milling yield. This study aims to assess postharvest handling of several varieties of paddy, especially threshing and milling. Threshing of paddy is done by three methods: (i) manually or “gebot”; (ii) using pedal threshers; and (iii) using power threshers. Milling of rice is done using three milling configurations: (i) twice paddy husking and twice rice polishing (2H-2P); (ii) once paddy husking, once paddy separation and once rice polishing (HSP); and (iii) once paddy husking, twice paddy separation and twice rice polishing (H-2S-2P). The results show that the highest number of grains per paddy panicle is 303 grains for Hybrid varieties followed by Ciherang (158 grains) and Cibogo (130 grains). However, Hybrid variety has the lowest weight of thousand grains (28.6 g) compared to Ciherang (7.29 g) and Cibogo (4.30 g). The use of power thresher is able to reduce paddy losses from 3.31 to 4.35 percent (for manual threshing or gebot) to be 0.49 to 1.21. The use of power thresher also reduces the percentage of grain cracking. The milling yield of Cibogo variety is the highest (67.81 percent) compared to Ciherang variety (62.61 percent) and Hybrid variety (60.78 percent). Milling configuration of H-2S-2P is the best performance of rice milling processing; resulting the lowest milling losses (2,52 percent) and increasing the polish degree (100 percent) and does not affect the milling yield of rice (66,22 percent).