Kusnanto Kusnanto
Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Persepsi Risiko Keselamatan dan Kesehatan Menyelam pada Penyelam Tradisional dengan Kelumpuhan di Provinsi Maluku: Studi Kualitatif La Rakhmat Wabula; Kusnanto Kusnanto; Bambang Purwanto
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 10, No 3 (2019): Juli 2019
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf10305

Abstract

Background: One of the diverse communities was found in Maluku Province. Traditional diver diving expertise is obtained from generation to generation. Traditional divers have not received formal education and training related to diving. The safety and health aspects of the driving method and the tools used are not according to the standard. The risk of injury and illness due to non-standard diving has increased even higher, although to date the health aspects of traditional divers in Maluku Province have never been explored. Objective: This study aims to explore the perceptions of the risk of diving safety and health behavior in traditional divers who experience paralysis in Maluku Province. Method: The study used qualitative with a case study approach. The subjects of this study were traditional diver fishermen in Ambon City, West Seram District, and Buru Province District with ten participants. The research phase in the form of an interview will begin on January 15 - February 15, 2019. Data analysis uses thematic theory driven. Results: Identification found two main themes: 1) Vulnerability; and 2) Severity. Conclusion: Traditional diver's perceptions of safety and health while diving can form self-efficacy so as to reduce morbidity and mortality from diving. Keyword: perception; safety and health behavior; and traditional divers ABSTRAK Latar belakang: Salah satu komunitas penyelam ditemukan di Provinsi Maluku. Keahlian menyelam penyelam tradisional diperoleh secara turun temurun. Penyelam tradisional belum memperoleh pendidikan dan pelatihan formal terkait penyelaman. Aspek keselamatan dan kesehatan dari metode menyelam dan alat yang digunakan belum sesuai standar. Risiko cidera dan penyakit akibat penyelaman yang tidak standar meningkat lebih tinggi, meskipun sampai saat ini aspek kesehatan penyelam tradisional di Provinsi Maluku belum pernah di ekplorasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tentang persepsi risiko perilaku keselamatan dan kesehatan menyelam pada penyelam tradisional yang mengalami kelumpuhan di Provinsi Maluku. Metode: Penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek dari penelitian ini adalah nelayan penyelam tradisional yang berada di Kota Ambon, Kabupaten Seram Bagian Barat, dan Kabupaten Buru Provinsi sejumlah sepuluh partisipan. Tahap penelitian berupa wawancara akan dimulai pada 15 Januari – 15 Februari 2019. Analisis data mengunakan tematik theory driven. Hasil: Identifikasi menemukan dua tema utama: 1) Kerentanan; dan 2) Keparahan. Kesimpulan: Persepsi penyelam tradisional tentang keselamatan dan kesehatan saat menyelam dapat membentuk efikasi diri sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat menyelam. Kata kunci: persepsi; perilaku keselamatan dan kesehatan; dan penyelam tradisional
PELATIHAN CARING DENGAN MODEL PARTISIPATIF UNTUK PENINGKATAN KINERJA PERAWAT DAN MUTU LAYANAN KEPERAWATAN Ayu Dewi Nastiti; Kusnanto Kusnanto; Ahsan Ahsan
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 8, No 4 (2017): Oktober 2017
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.634 KB) | DOI: 10.33846/sf8407

Abstract

Keperawatan merupakan profesi yang mengedepankan pemahaman mengenai perilaku dan respon manusia terhadap masalah kesehatan, bagaimana berespon terhadap orang lain, serta memahami kelebihan dan kekurangan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan perilaku caring model partisipasif terhadap kinerja perawat dan mutu layanan keperawatan menggunakan quasy experimental design dengan kelompok kontrol. Besar sampel adalah 24 perawat dan 30 pasien untuk setiap kelompok. Kelompok intervensi diberikan pelatihan Caring model partisipasif. Sebelum dan sesudah pemberian pelatihan kelompok intervensi akan dinilai perilaku caring, kinerja dan mutu layanan keperawatannyakemudian akan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan yang signifikan pada penerapan perilaku caring perawat, kinerja perawat berdasarkan caring, kinerja perawat berdasarkan dokumentasi askep dan mutu layanan keperawatan, sesudah perawat mendapatkan pelatihan perilaku caring. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh pelatihan perilaku caring terhadap perilaku caring perawat, kinerja perawat berdasarkan caring, kinerja perawat berdasarkan dokumentasi askep dan mutu layanan keperawatan. Berdasarkan penelitian ini disarankan agar meningkatkan terus kemampuan profesional caring perawat dengan pelatihan perilaku caring secara rutin dan menjadikan dimensi caring Swanson sebagai standar perilaku caring perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.
Gambaran Arus Puncak Ekspirasi (APE) dan Kontrol Asma pada Pasien Asma Akbar Nur; Muhammad Amin; Muhammad Sajidin; Kusnanto Kusnanto
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 10, No 3 (2019): Juli 2019
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf10307

Abstract

Asthma is a chronic inflammatory airway disease characterized by episodic wheezing, coughing, and chest tightness due to airway obstruction. The aim of this study was to identify the peak expiratory flow (APE) and control of asthma in asthmatic patients at the Poly Paru Airlangga University Hospital and Home Haji General Hospital) Surabaya. This research method was descriptive study with a sample of 78 respondents. APE was measured using a Peak Flow Meter and asthma control using the Asthma Control Test (ACT) questionnaire. This study showed that APE and asthma control in all study subjects were 27-88% of the standard value. It can be concluded that there was a decrease in Peak Forced Expiration Flow and control of asthma in asthmatic patients. This study is expected to be a source of information for health professionals especially nurses regarding the value of Forced Expiration Peak Flow (APE) and asthma control in asthmatic patients. Keywords: forced peak expiratory flow (APE); asthma control ABSTRAK Asma adalah penyakit jalan napas inflamasi kronis yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak dada akibat obstruksi jalan napas.tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Arus Puncak Ekspirasi (APE) dan kontrol asma pada pasien asma di poli Paru Rumah Sakit Universitas Airlangga dan Rumah Sakit Umum Haji) Surabaya. Metode penelitian ini studi deskriptif dengan ukran sampel 78 responden. APE diukur menggunakan Peak Flow Meter dan kontrol asma menggunakan kuisioner Asthma Control Test (ACT). Penelitian ini menunjukkan bahwa APE dan kontrol asma pada seluruh subyek penelitian 27-88 % dari nilai standar.dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan Arus Puncak Ekspirasi Paksa dan kontrol asma pada pasien asma. Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi tenaga kesehatan khsusnya perawat mengenai nilai Arus Puncak Ekspirasi Paksa (APE) dan kontrol asma pada pasien asma. Kata kunci: arus puncak ekspirasi paksa (APE); kontrol asma
TRAINING KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN MODEL OF STRUCTURAL REFLECTION (MSR) TERHADAP PERSEPSI KELUARGA KLIEN TENTANG EMPATI DI INTENSIVE CARDIAC CARE UNIT (ICCU) Leni Agustin; Kusnanto Kusnanto; Sulistiawati Sulistiawati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 8, No 4 (2017): Oktober 2017
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.193 KB) | DOI: 10.33846/sf8401

Abstract

Melalui kemampuan berempati, perawat dapat menurunkan stereotip dan memberikan evaluasi positif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh training komunikasi interpersonal dengan Model of Structural Reflection (MSR) terhadap persepsi keluarga klien di ruang ICCU tentang empati perawat, menggunakan desain pre and post test with control group. Sampel penelitian terdiri atas keluarga klien kelompok perlakuan di ruang ICCU dengan jumlah responden masingmasing kelompok kontrol dan perlakuan sebanyak 48 keluarga klien. Alat ukur menggunakan kuisioner. Data dianalisis menggunakan uji Man-Whitney dan uji regresi multinomial berganda. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwa training komunikasi interpersonal MSR berpengaruh terhadap persepsi keluarga klien dengan peningkatan persepsi keluarga klien pada kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol sebesar 0,01. Training komunikasi interpersonal efektif dilaksanakan dengan menggunakan metode MSR, karena dengan komunikasi interpersonal yang efektif dapat memberikan dampak meningkatkan kualitas hubungan yang saling memuaskan, adanya pengertian dan empati.
Pengaruh Pelatihan Komunikasi Terapeutik terhadap Kepuasan Pasien : A Systematic Review Agostinha Soares; Kusnanto Kusnanto; Ninuk Dian Kurniawati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 11, No 2 (2020): April 2020
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf11203

Abstract

Background: Communication is an important element of quality care that can help build a nurse-patient relationship. Good nurse-patient communication has the potential to increase patient understanding of treatment plans and reduce behaviors that lead to poor outcomes. Not appreciating the importance of people-centered communication and improper communication training can result in unsatisfactory communication performance. Objective: Knowing the effect of therapeutic communication training on patient satisfaction Methods: The database used in this systematic review were taken from Scopus, Science direct, Proquest and Pubmed, journals were limited to the 2013-2019 publication year in the area of nursing medicine journals, as well as English journals. This systematic review used 9 articles that fitted the inclusion criteria. Critical appraisal and data extraction were performed independently by two different authors, there was a difference in results, the consensus was opted to solve the differences. Results: From 9 selected articles found that training varies between 50%-80% there was an influence on patient satisfaction. Therapeutic communication training had a positive impact on hospital services. Conclusion: Therapeutic communication training improves skills, encourages, supports, strengthens therapeutic communication, communication training reduces poor nurse interaction behavior and can increase patient satisfaction. Keywords: training; therapeutic communication; patient's satisfaction ABSTRAK Latar belakang: Komunikasi adalah elemen penting dari perawatan yang berkualitas dapat membantu membangun hubungan perawat-pasien. Komunikasi perawat-pasien yang baik memiliki potensi untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang rencana perawatan dan mengurangi perilaku yang mengarah pada hasil yang buruk. Kurang menghargai pentingnya komunikasi yang berpusat pada orang dan pelatihan komunikasi yang tidak tepat dapat mengakibatkan kinerja komunikasi yang tidak memuaskan. Tujuan: Mengetahui pengaruh pelatihan komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien Metode: Database yang digunakan dalam systematic review ini adalah scopus, science direct, proques dan pubmed, journal dibatasi dengan tahun publikasi 2013-2019 dengan area jurnal nursing medicine, serta jurnal berbahasa Inggris. Systematic review ini menggunakan 9 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Telaah artikel dan ekstraksi data dilakukan secara terpisah oleh dua peneliti, jika terdapat perbedaan, maka hasil diambil secara consensus. Hasil Dari 9 artikel terpilih ditemukan bahwa pelatihan bervariasi antara50%-80% ada pengaruh terhadap kepuasan pasien. Pelatihan komunikasi terapeutik memberikan dampak yang positif terhadap pelayanan rumah sakit. Simpulan: pelatihan komunikasi terapeutik meningkatkan keterampilan, mendorong, mendukung, memperkuat komunikasi terapeutik, pelatihan komunikasi mengurangi perilaku interaksi perawat yang buruk dan bisa meningkatkan kepuasan pasien Kata kunci: pelatihan; komunikasi terapeutik; kepuasan pasien
REVITALISASI METODE BUDIDAYA LELE MENJADI BIOGREEN DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI LELE DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI DUSUN SOSO KECAMATAN PACET KABUPATEN MOJOKERTO Kusnanto Kusnanto; Nursalam Nursalam; Erna Dwi Wahyuni; Hakim Zulkarnain
Jurnal Pengabdian Masyarakat Dalam Kesehatan Vol. 2 No. 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpmk.v2i2.21767

Abstract

Pendahuluan: Desa Soso Dusun Cepokolimo Kecamatan Pacet merupakan daerah binaan dari salah satu Tim Fakultas Keperawatan UNAIR yang telah berlangsung selama 1 tahun. Masyarakat dusun Soso sangat religius sebab di dukung oleh adanya pondok pesantren Nurul Hikmah. Seluruh lapisan masyarakat menjalankan aktivitas keagamaannya di pondok tersebut. Warga dusun Soso awalnya bermata pencaharian sebagai petani baik sawah dan kebun. Sejak tahun 2005 dimana terjadi pembelian tanah besar-besaran milik warga dusun soso dan beralih fungsi menjadi vila. Hal ini mengakibatkan sebagian warga dusun Soso kehilangan mata pencahariaannya.Tim Fakultas Keperawatan memberikan binaan kepada masyarakat mitra untuk revitalisasi budidaya lele dengan metode biogreen sebagai upaya meningkatakan produksi lele dan kesehatan lingkungan serta sebagai alternatif pekerjaan masyarakat. Dimana lingkungan dusun Soso sangat mendukung. Selama satu tahun berjalan ada kendala yang di alami warga yaitu yang pertama kesulitan warga memenuhi pesanan lele pada kelurahan sekitar dusun Soso dan kurangnya kemampuan untuk melebarkan pasar penjualan, serta kurang maksimalnya perkembangan lele akibat suhu relative rendah.Metode: Metode yang digunakan dalam kegiatan pengmas adalah ceramah, diskusi, simulasi/ demonstrasi oleh fasilitator serta redemonstrasi oleh peserta/audience. Masyaakat mitra diberikan materi melalui ceramah dan diskusi dilanjutkan dengan simulasi/ demonstrasi terkait cara pembuatan media biogreen secara sederhana. Selanjutnya kelompok mitra diberikan perlengkapan untuk pembuatan media biogreen secara mandiri.Hasil: Pembelajaran dengan ceramah dan diskusi dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mitra dalam melakukan revitalisasi budidaya lele dengan metode biogreen. Sedangkan simulasi dan demontrasi dapat memudahkan mitra memahami metode pembuatan biogreen sebagai media budidaya lele yang dapt meningkatkan produksi lele dan meminimalkan pencemaran lingkungan terutama bau dari kolam lele. Hasil kegiatan masyarakat dapat membuat 6 bak penampungan lele metode biogreen dan masing-masing bak berisi 500-600 bibit lele. Setelah 2.5 bulan lele sudah dapat dipanen dan dijual pada konsumen yang ada dipasar dan penjual makanan penyetan yang ada diwilayah Pacet Mojokerto.Kesimpulan: Kegiatan pengabdian masyarakat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan target luaran yang telah ditetapkan yaitu meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat mitra dalam revitalisasi budidaya lele melalui metode biogreen, meningkatkan produksi lele, meningkatkan pendapatan warga mitra dari hasil penjualan lele dan tetap dapat mempertahankan lingungan wilayah Soso yang nyaman bebas dari polusi bau kolam lele.
Peningkatan Pencegahan Catheter Associated Urinary Tractus Infection Melalui Penerapan Hasil Pengembangan Bundle CAUTI Berbasis Proses Keperawatan Waluyo Waluyo; Kusnanto Kusnanto; Yanis Kartini
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13 (2022): Nomor Khusus November 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf13nk334

Abstract

CAUTI can be prevented by implementing proven evidence-based practices such as the CAUTI bundle. The research objective was to develop a nursing process-based CAUTI bundle for CAUTI prevention. The research design is a mixed method. The first stage was the observation of 50 nurses carrying out the CAUTI bundle on 53 patients for 1 month. Data were analyzed descriptively, continued with literature studies, conducted FGDs with 31 participants, consulted with 7 experts, compiled the nursing process-based CAUTI module bundle, and compiled the CAUTI SPO bundle. The second stage was a module trial with a one-group pre-post test design, which involved 51 nurses and 116 patients who had urinary catheters attached. Data were analyzed using the Wilcoxon signed rank test. The results of phase 1 research showed that the implementation of the CAUTI bundle before development was included in the sufficient category at 63.24%. The results of the second phase of the study, namely the implementation of the CAUTI bundle as a result of the development before socialization, were included in the sufficient category (60.12%), and after socialization, it was included in the good category (78.71%). The results of the development module trial showed a significant difference between before and after treatment with a p = 0.000. Each component of the CAUTI bundle is explained briefly about the concept, proper assessment, problems encountered, action plans, efforts to improve compliance, how to ensure the right actions are taken and how to take the right actions. The implementation of the CAUTI bundle as a result of this development involves nurses, PPI committee and management.Keywords: CAUTI bundles; nursing process; CAUTI prevention ABSTRAK CAUTI dapat dicegah dengan menerapkan praktik berbasis bukti yang sudah teruji seperti bundle CAUTI. Tujuan penelitian adalah mengembangkan bundle CAUTI berbasis proses keperawatan terhadap pencegahan CAUTI. Desain penelitian ini adalah mixed method. Tahap pertama adalah observasi 50 perawat dalam melaksanakan bundle CAUTI  pada 53 pasien selama 1 bulan.  Data dianalisis secara deskriptif, dilanjutkan studi literatur, melaksanakan FGD dengan 31 partisipan, konsultasi dengan 7 pakar, menyusun modul bundle CAUTI berbasis proses keperawatan, dan menyusun SPO bundle CAUTI. Tahap kedua adalah uji coba modul dengan rancangan one-group pre-post test design, yang melibatkan 51 perawat dan 116 pasien yang terpasang kateter urin. Data dianalisis menggunakan Wilcoxon signed rank test. Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan bahwa pelaksanaan bundle CAUTI sebelum pengembangan termasuk dalam kategori cukup 63,24%. Hasil penelitian tahap kedua yaitu pelaksanaan bundle CAUTI hasil pengembangan sebelum sosialisasi termasuk dalam kategori cukup (60,12%), dan sesudah sosialisasi termasuk dalam kategori baik (78,71%). Hasil uji coba modul hasil pengembangan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sebelum dengan setelah perlakuan dengan nilai p = 0,000. Setiap komponen bundle CAUTI dijelaskan tentang konsep secara singkat, pengkajian yang tepat, masalah yang dihadapi, rencana tindakan, upaya meningkatkan kepatuhan, cara memastikan tindakan yang tepat tetap dilakukan dan bagaimana cara melakukan tindakan yang tepat. Pelaksanaan bundle CAUTI hasil pengembangan ini melibatkan perawat, komite PPI dan pihak manajemen.Kata kunci: bundle CAUTI; proses keperawatan; pencegahan CAUTI