Ni Made Ferawati
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KIVSL-1 Anestesi Kombinasi pada Badak Sumatra: Prosedur Awal Koleksi Sperma menggunakan Elektroejakulator Avinta Nilam Wahyu Yudhichia; Ni Made Ferawati; Zulfi Arsan; Sumadi Hasmaran; Scott Citino; Benn Bryant
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.292 KB)

Abstract

Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatraensis) merupakan salah satu satwa liar yang populasinya didunia semakin menurun dengan status konservasinya Critically endangered atau sangat terancam punah. Populasi badak Sumatra saat ini adalah kurang dari 100 ekor (Miller PS et al. 2015). Penurunan populasi badak sumatra diakibatkan oleh beberapa hal yaitu perburuan liar, perdagangan ilegal, perusakan atau degradasi habitat, perambahan hutan dan sifat intrinsik Badak Sumatra (Alikodra 2002). Kondisi tersebut mendorong pakar satwa liar baik dalam negeri ataupun luar negeri untuk membuat suatu penangkaran (suaka/sanctuary) semi insitu di Taman Nasional Way Kambas (TNWK). TNWK adalah salah satu habitat terbaik dari Badak Sumatra  untuk tetap hidup dan berkembang biak. Suaka Rhino Sumatra (SRS) penangkaran semi insitu yang terletak di zona khusus Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur. SRS beroperasi pada tahun 1998, bertujuan untuk mendapatkan dan meningkatkan populasi Badak Sumatra melalui program breeding secara intensif baik alami maupun menggunakan teknologi reproduksi. Saat ini SRS memiliki 7 ekor badak, 4 ekor betina dan 3 ekor jantan. Salah satu kegiatan rutin dalam hal teknologi reproduksi yang dilakukan adalah koleksi sperma pada badak jantan produktif di SRS. Sperma yang dikoleksi akan disimpan dalam nitrogen cair dan akan digunakan untuk inseminasi buatan pada badak betina yang sulit dilakukan breeding secara alami.Salah satu prosedur penting dalam kegiatan koleksi sperma adalah prosedur anestesi yang tepat. Anestesi merupakan suatu keadaan hilangnya rasa dari suatu rangsangan, dengan demikian hewan menjadi lebih tenang, hilangnya reflex, relasasi otot dan  kehilangan respon nyeri sehingga akan mempermudah tindakan diagnostik, terapeutik dan pembedahan.  Anestesi yang ideal merupakan anestesi yang menghasilkan keadaan analgesia, sedasi, relaksasi, aman untuk kondisi fisiologis tubuh serta mudah dalam pengaplikasiannya (Fossum 1997 dalam Sudisma et al. 2012). Anestesi yang digunakan dalam prosedur koleksi sperma adalah anestesi kombinasi dari beberapa jenis sediaan anestesi yaitu butorphanol, medetomidine, dan ketamin.
KIVSL-2 Pengaruh Keberadaan Jaringan Fibroid pada Saluran Reproduksi Badak Sumatera Betina terhadap Potensi Kebuntingannya Ni Made Ferawati; Zulfi Arsan; Agvinta Nilam Wahyu Yudhichia; Sumadi Hasmaran; Terri Roth
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.628 KB)

Abstract

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan salah satu dari 5 spesies badak di dunia yang hampir mengalami kepunahan. Saat ini, badak Sumatera hanya bisa ditemukan dikedalaman hutan hujan tropis pulau Sumatera dan Kalimantan.  Pada Tahun 2015, berdasarkan hasil pertemuan PVA (Poppulation Viability Analysis) Badak Sumatera, diketahui bahwa jumlah individu badak Sumatera di dunia adalah kurang dari 100 individu. Beberapa penyebab penurunan populasi badak Sumatera di alam antara lain adalah perburuan, kehilangan habitat, bencana alam, tidak mampu berkembang biak (intrinsik), perubahan iklim, serta  adanya spesies invasif (Hermes et al. 2014).Suaka Rhino Sumatera (SRS) merupakan salah tempat penangkaran badak Sumatera di dunia yang dibangun sejak tahun 1996. Misi utama SRS adalah sebagai salah satu breeding centre badak sumatera dengan upaya pengembangbiakan yang intensif. Penangkaran ini terletak di dalam kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas dengan luas sekitar 100 Ha. SRS memiliki habitat semi in situ dengan topografi, vegetasi, dan juga pakan alami yang dibuat sesuai dengan habitat badak Sumatera. Saat ini SRS memiliki 7 ekor badak dengan perbandingan 4 ekor jantan dan 3 ekor  betina. Kesehatan organ reproduksi badak jantan dan badak betina menjadi faktor penting dalam upaya pengembangbiakannya. Selain itu, waktu penggabungan badak yang tepat sesuai siklusnya akan menjadi faktor penting lainnya untuk mencapai keberhasilan program breeding ini. Rosa dan Andalas adalah salah satu pasangan badak Sumatera yang sudah mulai dikenalkan satu sama lain sejak tahun 2010. Rosa adalah badak Sumatera betina yang ditangkap dan dibawa ke SRS pada tahun 2005 dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sedangkan Andalas adalah badak Sumatera jantan yang lahir di kebun binatang Cinncinati, Amerika Serikat dan mulai tinggal di SRS sejak 2007. Andalas adalah salah satu badak jantan di SRS yang sudah terbukti memiliki keturunan sedangkan Rosa adalah badak betina yang belum pernah memiliki keturunan. Saat ini Andalas berumur 16 tahun sedangkan Rosa diperkirakan telah berumur 17 tahun (estimasi). Program breeding memiliki kesulitan selain karena penebalan selaput hymen dari Rosa, juga kerena adanya fibroid pada saluran reproduksinya. Fibroid atau mioma uteri, merupakan neoplasia jinak pada bagian dinding uteri yang terbentuk dari jaringan otot polos uterus dan jaringan fibrosa (Miller et al, 2014). Fibroid ini muncul diduga karena tingginya paparan hormon estrogen selama usia reproduktif (Umamageswari et al. 2015). Fibroid telah dideteksi sejak tahun 2014 dan ukurannya semakin bertambah setiap tahun. Keberadaan jaringan ini diduga menjadi salah satu faktor sulitnya badak Rosa untuk bereproduksi. Tulisan ini dibuat bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh jaringan fibroid ini terhadap potensi kebuntingan badak Rosa selama masa reproduksi.
Kombinasi Penggunaan Butorphanol, Medetomidine dan Midazolam pada Anastesia Badak Sumatera di Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Ni Made Ferawati; Aprilia Eva Widyawati; Ganis Mustikawati; Vidi Saputra; Zulfi Arsan; Diah Esti Anggraeni
Acta VETERINARIA Indonesiana 2022: Special Issues
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi...1-8

Abstract

Badak Sumatera merupakan salah satu satwa liar yang semakin menurun populasinya dan saat ini terdapat 8 ekor badak Sumatera yang tinggal di habitat semi insitu SRS Tn Way Kambas. Pemeriksaan gigi dan dental floating merupakan salah satu tindakan medis yang rutin dilakukan dalam kondisi teranastesi pada badak Sumatera di SRS. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek pemberian dari kombinasi obat bius Butorphanol, Medetomidine dan Midazolam selama prosedur kegiatan dental floating berlangsung. Pengambilan data dilakukan pada tiga ekor badak jantan dewasa di SRS berumur 10 tahun (jantan 1), 15 tahun (jantan 2), dan 21 tahun (jantan 3) dalam keadaan sehat. Ketiga badak tidak dipuasakan sebelum kegiatan anastesi dilakukan. Metode anastesi dibagi menjadi tiga tahap yaitu pemberian induksi, supplementary drug dan antidota (recovery). Sediaan obat bius sebagai prosedur induksi adalah 40-50 mg Butorphanol, 3-4 mg Medetomidine dan 15 mg Midazolam yang diberikan secara intramuskular (IM). Pengambilan data dilakukan selama prosedur dental floating berlangsung dengan memperhatikan perubahan nilai respirasi, suhu tubuh, dan denyut jantung pada setiap tahapannya. Induksi menggunakan kombinasi obat Butorphanol, Medetomidine dan Midazolam memperlihatkan efek anastesi rata-rata pada 6±2,6 menit dan efek sternal recumbency muncul rata-rata pada 24±16,5 menit. Badak terlihat diam berdiri, hilang kesadaran, penis relaksasi, hipersalivasi, tidak merespon lingkungan, hingga muncul respon sternal recumbency. Pengambilan data parameter fisiologis (suhu tubuh, respirasi, denyut jantung) dan saturasi oksigen dilakukan setelah badak dalam poisisi sternal recumbency pada rentang waktu 3-5 menit. Nilai rata-rata saturasi oksigen adalah 98,5% (jantan 1), 94% (jantan 2), dan 91% (jantan 3), nilai rata-rata pemeriksaan suhu tubuh adalah 36,90c (jantan 1), 36,90c (jantan 2), dan 37,30c (jantan 3), nilai rata-rata frekuensi nafas adalah 13,5x/menit (jantan 1), 12,8x/menit (jantan 2), dan 15,7x/menit (jantan 3), dan nilai rata-rata denyut jantung adalah 46 x/menit (jantan 1), 39x/menit (jantan 2), dan 43,9 x/menit (jantan 3). Obat supplementary yang digunakan selama prosedur berlangsung adalah Ketamine yang memberikan efek sedasi lebih lama. Penggunaan Naltrexone dan Atipamezole sebagai reversal atau antidota memperlihatkan efek yang cukup cepat yaitu 1 menit setelah pemberian secara intravena (IV). Kombinasi Butorphanol, Medetomidine dan Midazolam dapat memberikan efek anastesi yang baik ditandai dengan kondisi relaksasi otot yang baik, respon denyut jantung serta respirasi yang normal.