Zulfi Arsan
Yayasan Badak Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Kombinasi Penggunaan Butorphanol, Medetomidine dan Midazolam pada Anastesia Badak Sumatera di Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Ni Made Ferawati; Aprilia Eva Widyawati; Ganis Mustikawati; Vidi Saputra; Zulfi Arsan; Diah Esti Anggraeni
Acta VETERINARIA Indonesiana 2022: Special Issues
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi...1-8

Abstract

Badak Sumatera merupakan salah satu satwa liar yang semakin menurun populasinya dan saat ini terdapat 8 ekor badak Sumatera yang tinggal di habitat semi insitu SRS Tn Way Kambas. Pemeriksaan gigi dan dental floating merupakan salah satu tindakan medis yang rutin dilakukan dalam kondisi teranastesi pada badak Sumatera di SRS. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek pemberian dari kombinasi obat bius Butorphanol, Medetomidine dan Midazolam selama prosedur kegiatan dental floating berlangsung. Pengambilan data dilakukan pada tiga ekor badak jantan dewasa di SRS berumur 10 tahun (jantan 1), 15 tahun (jantan 2), dan 21 tahun (jantan 3) dalam keadaan sehat. Ketiga badak tidak dipuasakan sebelum kegiatan anastesi dilakukan. Metode anastesi dibagi menjadi tiga tahap yaitu pemberian induksi, supplementary drug dan antidota (recovery). Sediaan obat bius sebagai prosedur induksi adalah 40-50 mg Butorphanol, 3-4 mg Medetomidine dan 15 mg Midazolam yang diberikan secara intramuskular (IM). Pengambilan data dilakukan selama prosedur dental floating berlangsung dengan memperhatikan perubahan nilai respirasi, suhu tubuh, dan denyut jantung pada setiap tahapannya. Induksi menggunakan kombinasi obat Butorphanol, Medetomidine dan Midazolam memperlihatkan efek anastesi rata-rata pada 6±2,6 menit dan efek sternal recumbency muncul rata-rata pada 24±16,5 menit. Badak terlihat diam berdiri, hilang kesadaran, penis relaksasi, hipersalivasi, tidak merespon lingkungan, hingga muncul respon sternal recumbency. Pengambilan data parameter fisiologis (suhu tubuh, respirasi, denyut jantung) dan saturasi oksigen dilakukan setelah badak dalam poisisi sternal recumbency pada rentang waktu 3-5 menit. Nilai rata-rata saturasi oksigen adalah 98,5% (jantan 1), 94% (jantan 2), dan 91% (jantan 3), nilai rata-rata pemeriksaan suhu tubuh adalah 36,90c (jantan 1), 36,90c (jantan 2), dan 37,30c (jantan 3), nilai rata-rata frekuensi nafas adalah 13,5x/menit (jantan 1), 12,8x/menit (jantan 2), dan 15,7x/menit (jantan 3), dan nilai rata-rata denyut jantung adalah 46 x/menit (jantan 1), 39x/menit (jantan 2), dan 43,9 x/menit (jantan 3). Obat supplementary yang digunakan selama prosedur berlangsung adalah Ketamine yang memberikan efek sedasi lebih lama. Penggunaan Naltrexone dan Atipamezole sebagai reversal atau antidota memperlihatkan efek yang cukup cepat yaitu 1 menit setelah pemberian secara intravena (IV). Kombinasi Butorphanol, Medetomidine dan Midazolam dapat memberikan efek anastesi yang baik ditandai dengan kondisi relaksasi otot yang baik, respon denyut jantung serta respirasi yang normal.