Hadi P. Sahardjo
Sekolah Tinggi Teologi SAPPI

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Mencermati Teologi Reformed dan Gerakan Reformed Injili Hadi P. Sahardjo
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 9 No 2 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v9i2.21

Abstract

Perkembangan doktrin dan Teologi Reformed yang sudah berlangsung lebih dari lima abad, telah menjadi sebuah tonggak sejarah dalam sejarah gereja dan kekristenan. Harus diakui bahwa Gerakan Reformasi telah menjadi bukti bahwa Tuhan masih memakai orang-orang yang dipilih-Nya untuk meluruskan pengajaran dan doktrin-doktrin yang sudah diselewengkan oleh gereja pada saat itu. Nama-nama seperti: Martin Luther, Phillip Melanchthon, Ulrich Zwingli, Johannes Calvin, dan lain-lain tercatat sebagai reformator dalam tradisi Calvinis. Tuhan berkarya, tetapi manusia terpilih telah dijadikan sebagai penegak kebenaran firman yang harus dikumandangkan.
Pengembangan Kualifikasi dan Peran-Peran Pelayan Hamba Tuhan Hadi P. Sahardjo
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 7 No 2 (2018): Januari-Juni 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v7i2.49

Abstract

Tugas sebagai seorang hamba Tuhan adalah pelayanan yang sangat spesifik dan unik, oleh karena melibatkan seluruh aspek kehidupannya, baik aspek spiritual, emosional, fisikal, psikologikal, intelektual maupun sosial. Itulah sebabnya maka seorang hamba Tuhan harus senantiasa mampu mengembangkan kualifikasi dan peran-perannya selaku pelayan Tuhan dan umat-Nya. Tanpa itu semua maka pelayanan yang dilakukannya hanya akan nampak berhasil secara luar, tetapi sebenarnya tidak berkualitas sebagaimana yang diharapkan oleh Tuhan Yesus. Oleh karena itu tekad untuk terus mengembangkan diri menjadi sebuah keniscayaan. Tugas dan pelayanan hamba Tuhan adalah pekerjaan Tuhan sendiri melalui tangan manusia yang dipanggil untuk melayani-Nya. Karena itu seorang hamba Tuhan dalam menjalankan tugas pelayanannya harus mau meningkatkan keterampilannya dalam segala bidang. Lebih daripada itu seorang hamba Tuhan harus memiliki kesiapan untuk melayani secara full-time, full-lifedan full hearted.
Hidup Kudus Hadi P. Sahardjo
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 6 No 2 (2017): Januari-Juni 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v6i2.56

Abstract

Salah satu tuntutan dan sekaligus ciri kekristenan adalah hidup kudus dan kekudusan. Kekristenan tidak akan pernah bisa dilepaskan dengan soal hidup kudus. Ini bukan hanya bagian dari para tokoh Alkitab atau orang-orang pilihan zaman dulu, tapi juga di sini dan kini. Hal ini ditegaskan dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru; dari Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu. Mengapa ini penting? Karena Allah yang kudus memang menuntut supaya umat kepunyaan-Nya juga menjadi kudus. Pengudusan dalam hal status sudah dilakukan oleh Allah melalui pekerjaan Roh Kudus dan merupakan akibat dari iman kepada Kristus Yesus. Proses pengudusan—dalam pengalaman hidup—itu akan terus berlangsung seumur hidup, sampai kita sudah meninggalkan dunia ini di mana Allah sendiri yang akan menyempurnakan kekudusan kita. Namun demikian pengudusan dalam status/ kedudukan kita di hadapan Allah—itu berlaku sekali seumur hidup, yaitu pada saat kita percaya.
Refleksi Terhadap Undangan Allah ke dalam Perjamuan Besar dan Tipikal Respons Manusia (Lukas 14:15-24) Hadi P. Sahardjo
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 4 No 2 (2015): Januari-Juni 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v4i2.60

Abstract

Through this parable, we can learn about God’s plan about men. His invitation couldn’t be rejected. God’s grace is still abundantly poured on us. But if someone reject it, he/she must give the responsibility to God. The parable symbolizes and represents: the salvation offered to the Jews and their rejection of the Saviour (the first call); indicate the Gentile sinners and harlots who warmly welcomed the Son of God and pressed eagerly into His Kingdom (the second call); and the third call represents the wanderers of outlying Gentile world, the world’s “broken earthenware,” upon whom moral compulsion has to be used. God’s grace always widely opened to everyone, it depend on how we respond on it. We are sure that this parable point to the Kingdom of God and His saving plan upon men and how must we respond it.
Perkawinan, Perceraian dan Perkawinan Ulang Hadi P. Sahardjo
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 1 No 1 (2011): Juli-Desember 2011
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v1i1.72

Abstract

Sebenarnya sudah sangat banyak tulisan yang membahas maslah perkawinan, perceraian dan perkawinan kembali. Namun penulis terdorong untuk kembali mengangkat topik ini sebagai bahan perenungan bagi setiap orang Kristen, khususnya para hamba Tuhan. Anda boleh setuju ataupun tidak dengan apa yang penulis paparkan di sini. Tetapi ini suatu fakta yang kita hadapi saat ini. Dari tahun ke tahun, perceraian bukannya berkurang, tetapi justru semakin menunjukkan peningkatan. Hal ini juga sering melanda kehidupan jemaat Tuhan. Akhirnya gereja diperhadapkan dengan masalah yang sulit antara yang “harus” merupakan perintah Allah dengan “keharusan” untuk menghadapi anggota jemaatnya yang tertimpa kasus semacam itu. Meskipun yang menjadi pokok pembahasan dalam tulisan ini adalah tentang perceraian dan perkawinan ulang, namun untuk menjembatani keterkaitan dan guna mendapatkan suatu konsep yang runtut, maka selain masalah perceraian juga akan dibahas dua hal yang terkait erat dengan masalah perceraian, yaitu tentang perkawinan dan perkawinan kembali (remarriage).
Orang Kristen dan Kehidupan Politik Hadi P. Sahardjo
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 3 No 2 (2014): Januari-Juni 2014
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v3i2.96

Abstract

Saat ini banyak orang Kristen dibingungkan dengan berbagai isu dan peran politik yang harus dilakoninya di sekitar Pemilu—baik Pileg maupun Pilpres. Apakah orang Kristen harus hanya menyerahkan “nasib” kepada orang lain, atau harus berperan aktif dalam peran-peran dimaksud? Banyak contoh baik dari Alkitab, pribadi Yesus sendiri maupun para tokoh Kristen dan teolog yang bersinggungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan soal-soal politik dan kepemerintahan. Lalu orang Kristen harus berda di mana?
Pengembangan Kepemimpinan Seorang Pelayan dan Pelayanan Seorang Pemimpin Hadi P. Sahardjo
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 7 No 1 (2017): Juli-Desember 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v7i1.101

Abstract

Sebuah lembagan atau organisasi apa pun dan mana pun, pasti ada yang dinamakan pemimpin. Pemimpin dibutuhkan untuk membawa organisasi yang dipimpinnya bergerak maju dalam arahan dan tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin harus bisa mengatur tapi bukanlah pengatur segalanya. Dia tidak bisa menjadi pemimpin tanpa ada yang dipimpin. Dia sebagai penggerak yang tidak bisa bergerak sendiri; sementara yang menggerakkan adalah Tuhan, dan dia menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya dengan kasih dan bijaksana. Karena memimpin bukan sekedar talenta dan skill, tetapi adalah juga seni. Tidak hanya membutuhkan kemampuan, tetapi juga bagaimana menghargai dan membangun relasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Karena sesungguhnya pemimpin bukanlah “tuan” melainkan “hamba”.
Belajar Mengajar dari Pengajaran Yesus Hadi P. Sahardjo
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 5 No 2 (2016): Januari-Juni 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v5i2.107

Abstract

Mengajar bukan sekedar melaksanakan tugas.Mengajar perlu bekal yang memadai.Mengajar bukan asal menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didiknya.Bukan sekedar menyampaikan bahan pengajaran dan menransfer ilmu.Mengajar juga bukan sekedar kemampuan serta penguasaan materi pembelajaran, namun perlu keterampilan dan penguasaan metode pengajaran yang baik dan tepat guna.Bukan sekadar menonjolkan kemampuan otak, tetapi berkaitan dengan sentuhan hati dan nurani. Pembelajaran seperti ini akan menjadikan setiap individu pebelajar bisa mengalami transformasi kehidupan secara utuh. Itulah sebabnya seorang pendidik perlu belajar dari Tuhan Yesus sebagai model pembelajar dan pengajar yang sesungguhnya.
Sikap Orang Kristen Terhadap Kekayaan Hadi P. Sahardjo
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 2 No 1 (2012): Juli-Desember 2012
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v2i1.120

Abstract

Mungkin kita adalah sebagian kecil dari banyak orang yang menjadi jengah terhadap perilaku segelintir orang yang dengan seenaknya tanpa rasa takut (baca: berdosa) korupsi, merampok uang negara, yang notabene adalah uang rakyat. Tidak hanya dari kalangan birokrat, tapi juga para politisi Senayan. Repotnya, bak penyakit menular, budaya koruspsi itu telah menjalar ke semua lini. Karni Ilyas mengatakan: “Kalau eksekutif, yudikatif legislatifnya saja korupsi, lalu mau dibawa ke mana bangsa ini?” Pertanyaan yang tidak perlu dijawab dan takkan pernah terjawab. Tetapi apakah sebenarnya yang mendorong individu untuk melakukan tindakan seperti itu?Kebutuhan?Keinginan?Atau ketamakan yang telah menghilangkan rasa kemanusiaan, sehingga manusia telah menjadi serigala bagi manusia lainnya (homo sacrares homini).
Metode Pengajaran Yesus Hadi P. Sahardjo
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 8 No 2 (2019): Januari-Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v8i2.126

Abstract

Ada beberapa komponen penting dalam proses pembelajaran yang memiliki peran dalam keberhasilan suatu proses pendidikan. Di situ ada pendidik, peserta didik, materi pembelajaran, metode dan berbagai sarana penunjang lainnya. Salah satu komponen penting dalam dalam proses pendidikan adalah metode pembelajaran. Sebaik apa pun materi yang disampaikan oleh nara didik, tetapi tanpa penggunaan metode yang tepat, maka hasilnya pun pasti tidak akan optimal. Metode pengajaran Tuhan Yesus adalah sebuah metode pembelajaran klasik, yang tak pernah usang.