Wa Ode Halfian
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

REPRESENTASI BUDAYA WOLIO DALAM NOVEL PEREMPUAN WOLIO KARYA KRISNI DINAMITA Mustika Mustika; Wa Ode Halfian
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 7 No 1 (2018): Volume 7 Nomor 1, Februari 2018
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.068 KB) | DOI: 10.33772/etnoreflika.v7i1.514

Abstract

Krisni Dinamita presents information about Wolio’s culture in her novel entitle Wolio’s Women. However, not all readers of the novel understand about Wolio’s culture, so that the researcher intends to examine how Wolio’s culture represents in the novel. This research analyzes sign of Wolio’s culture in the novel using Charles Sanders Pierce Semiotics which divides sign according to the relation of sign with its references to: icons, indexes, and symbols. The aim of this research is to describe and explain the representation of Wolio’s culture in the novel. The results of this research show that there are eight icons of Wolio’s culture in the novel, namely: the Buton Palace, pekande-kandea, kabanti, kadandio, mia patamia, “yinda-yindamo arataa somanamo karo, yinda-yindamo karo somanamo lipu, yinda-yindamo lipu somanamo sara, yinda-yindamo sara somanamo agama”, bisa, lebe, and “kapakawana pitumalona, kapakawana patapuluna, kapakawana saatuna”. However, there are four indexes of Wolio’s culture, namely: pesoloi, lawati, malona kompa, and oputalinga rusa. Likewise, there are five symbols of Wolio’s culture found in the novel: kawi pobaisa, kaomu, walaka, papara, and haroa.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT “I LAURANG” Wa Ode Halfian
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 8 No 3 (2019): Volume 8 Nomor 3, Oktober 2019
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v8i3.810

Abstract

Cerita rakyat, merupakan warisan budaya nasional dan masih mempunyai nilai-nilai yang patut dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, antara lain dalam hubungan dengan pembinaan apresiasi sastra. Cerita rakyat juga telah lama berperan sebagai wahana pemahaman gagasan dan pewarisan tata nilai yang tumbuh dalam masyarakat. Karena banyaknya nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat, maka pengkajian dan pelestarian cerita rakyat ini dianggap perlu untuk dilakukan. Pengkajian dilakukan agar nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut dapat dipahami dan diketahui oleh masyarakat khususnya masyarakat pemilik cerita tersebut serta masyarakat pada umumnya. Salah satu nilai yang terkandung dalam cerita rakyat adalah nilai pendidikan karakter. Nilai ini dianggap sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Melalui cerita rakyat, kita dapat memperkenalkan berbagai macam nilai-nilai karakter yang nantinya dapat dianut atau dicontoh oleh anak-anak tersebut. Pendidikan karakter dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebijakan yang menjadi nilai dasar karakter bangsa. Kebijakan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Cerita I Laurang merupakan cerita masyarakat Sulawesi Selatan yang bersifat lisan. Dalam cerita ini banyak terkandung nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari, seperti nilai religi, jujur, kerja keras, disiplin, cinta tanah air, demokratis, tanggung jawab dan kreatif.
KEBERTAHANAN KOSAKATA ANATOMI TUBUH MANUSIA DALAM BAHASA MUNA PADA PENUTUR BAHASA MUNA Wa Ode Halfian; Fina Amalia Masri; Zahrani Zahrani; Ali Mustopa
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol. 11 No. 2 (2022): Volume 11, Nomor 2, Juni 2022
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v11i2.1565

Abstract

Regional languages are one of the sources of Indonesian language development, therefore the existence of regional languages is very necessary to be maintained or preserved. Muna language is one of the regional languages in Southeast Sulawesi. The current position of the Muna Regional language has gone down. The condition of the local language-speaking community who is reluctant to use the local language and changes in the environment in which they live are one of the contributing factors. The purpose of this study was to describe the percentage level of survival of the vocabulary of the anatomy of the human body in the Muna language among Muna speakers at BTN Kendari Permai, Kendari City. This study used the theory of language survival, vocabulary, and ecolinguistics theory. The methods used in this research were qualitative and quantitative methods. The results of data analysis showed that the anatomical vocabulary of the human body in Muna language for Muna speakers at BTN Kendari Permai were still survives well. From the 40 respondents who filled out the questionnaire, 81% of the respondents still knew, understood and explained the names of their anatomy well. From the 60 vocabularies proposed in the questionnaire, 87% (52) of vocabulary still survive and 13% (8) of vocabularies have not survived.
MAKNA KONOTATIF DALAM KUMPULAN CERPEN PENJUAL BUNGA BERSYAL MERAH KARYA YETTI A.KA (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) Elvia Cahya Andari; Wa ode Halfian
Cakrawala Listra: Jurnal Kajian Sastra, Bahasa, dan Budaya Indonesia Vol. 2 No. 2 (2019): Volume 2, Nomor 2, Desember 2019
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/cakrawalalistra.v2i2.1376

Abstract

Cerpen-cerpen Yetti A.KA yang tergabung dalam kumpulan cerpen Penjual Bunga Bunga Bersyal Merah, banyak menyajikan tanda yang menarik untuk dikaji. Penelitian yang berjudul “Makna Konotatif dalam Kumpulan Cerpen Penjual Bunga Bersyal Merah Karya Yetti A.KA (Analisis Semiotika Roland Barthes)” penulis mengambil tiga judul cerpen di antaranya “Penjual Bunga Bersyal Merah”, “Laut Bertanya tentang Bulan”, dan “Jeruk-Jeruk yang Mengering di Kulkas”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ketiga judul cerpen dengan pendekatan semiotik Roland Barthes. Analisis dilakukan dengan cara memilah teks-teks yang berkaitan dengan makna konotatif. Kemudian teks-teks tersebut dianalisis mengggunakan lima kode Roland Barthes. Penelitian ini keterkaitan antar kode dan antar leksia ditafsirkan agar ditemukan makna yang kemudian makna-makna tersebut disimpulkan secara menyeluruh. Hasil penelitian tersebut menghasilkan makna dan pesan pada masing-masing cerpen.Dalam cerpen “Penjual Bunga Bersyal Merah” menekankan bahwa kepedulian, kasih sayang, dan perhatian adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh setiap manusia.Pada cerpen “Laut Bertanya tentang Bulan” pada cerpen tersebut menekankan bahwa kepedulian terhadap lingkungan khususnya mengenai hutan di Sumatera membawa kenyamanan kepada masyarakat yang ada di daerah tersebut.Cerpen “Jeruk-Jeruk yang Mengering di Kulkas” menekankan bahwa sikap buruk atau menuduh seseorang tanpa ada bukti yang nyata merupakan suatu hal yang tidak baik. Kata Kunci: Semiotika Roland Barthes, Lima Kode, Cerpen Yetti A.KA
KEBERTAHANAN KOSAKATA BAHASA KULISUSU DI BIDANG PERTANIAN DI DESA WAMOULE KECAMATAN KULISUSU UTARA KABUPATEN BUTON UTARA Wa Ode Fitri Ilviyanti; Wa Ode Halfian
Cakrawala Listra: Jurnal Kajian Sastra, Bahasa, dan Budaya Indonesia Vol. 3 No. 2 (2020): Volume 3, Nomor 2, Desember 2020
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/cakrawalalistra.v3i2.1390

Abstract

Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana tingkat kebertahanan kosakata bahasa Kulisusu di Bidang Pertanian di Desa Wamboule Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat kebertahanan kosakata bahasa Kulisusu di Bidang Pertanian di Desa Wamboule Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara. Adapun manfaat penelitian ini agar menambah khazanah pengetahuan tentang kajian ekolinguistik dan hasil penelitian ini dapat menambah referensi tantang kebertahanan kosakata bahasa Kulisusu khususnya di Bidang Pertanian, penelitian ini juga dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi penentu kebijakan terutama lembaga pembinaan bahasa sebagai bahan masukan dalam upaya pelestarian, penggembangan, dan dokumentasi bahwa bahasa daerah sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional. teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekolinguistik, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebertahanan kosakata bahasa Kulisusu di Bidang Pertanaian di Desa Wambule Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara mencapai 75.8%. Kata Kunci: Kebertahanan, Kosakata, bahasa Kulisusu, Pertanian
PENGGUNAAN KATA “ANU” PADA MASYARAKAT DI DESA KUSAMBI KECAMATAN KUSAMBI KABUPATEN MUNA BARAT (TINJAUAN PRAGMATIK) Ein Sonewulan; Wa Ode Halfian
Cakrawala Listra: Jurnal Kajian Sastra, Bahasa, dan Budaya Indonesia Vol. 4 No. 1 (2021): Volume 4, Nomor 1, Juni 2021
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/cakrawalalistra.v4i1.1400

Abstract

Bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan suatu gagasan agar membentuk suatu interaksi antar peserta tutur, ketika dimulainya tindak tutur baik dalam pembukaan, pertengahan atau akhir, dan terdapat suatu cara untuk mengakrabkan atau memulai dalam suatu tindak tutur. Bentuk komunikasi yang mengakrabkan atau memulai suatu tindak tutur memiliki banyak makna berdasarkan referennya pada konteks tertentu. Kata “anu” biasa kita temukan atau kita dengar di setiap tindak tutur baik di masyarakat umum, orang dewasa, bahkan anak-anak. Kata “anu” memiliki makna yang beragam atau maksud yang beragam di setiap penggunaannya berdasarkan referennya. Penggunaan kata “anu” digunakan dalam lingkup tidak formal biasa kita temukan dalam setiap tindak tutur di lingkungan masyarakat, dan kata “anu” memiliki makna yang beragam atau maksud yang beragam disetiap penggunaannya secara langsung berdasarkan konteksnya. Kata “anu” termasuk kategori fatis, karena kata “anu” dalam tindak tutur digunakan ketika memulai, mempertahankan suatu ujaran dalam situasi apapun dalam penggunaanya. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan kata “anu” pada masyarakat di Desa Kusambi Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan penggunaan kata “anu”pada masyarakat Muna Barat, Kecamatan Kusambi Desa Kusambi. Penelitian ini menggunakan tinjauan pragmatik. Hasil dari penelitian ini yaitu dalam penggunaan kata “anu” pada masyarakat di Desa Kusambi, Kecamatan Kusambi, Kabupaten Muna Barat, adapun wujud penggunaan kata “anu” terdapat bentuk fenomena deiksis persona, deiksis tempat dan tata bahasa yang meliputi kata “anu” sebagai kata ganti nomina, kata “anu” sebagaikata ganti verba, dan kata “anu” sebagai kata ganti adjektiva. Kata Kunci: Deiksis persona, Deiksis Tempat, Tata Bahasa (Nomina, , Verba, Adjektiva) , Kata Anu
MAKNA LIRIK LAGU “KAJIAMA” KARYA PENGANCA MADINA (TINJAUAN SEMANTIK) Mardin Ode Majiji; Wa Ode Halfian
Cakrawala Listra: Jurnal Kajian Sastra, Bahasa, dan Budaya Indonesia Vol. 5 No. 2 (2022): Volume 5, Nomor 2, Desember 2022
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/cakrawalalistra.v5i2.2045

Abstract

Penelitian ini membahas tentang makna lirik lagu “Kajiama” karya Penganca Madina (tinjauan semantik). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah jenis-jenis makna semantik dalam lirik lagu Kajiama karya Penganca Madina. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna-makna semantik dalam lirik lagu Kajiama karya Penganca Madina. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak catat terhadap penggunaan bahasa pada objek yang diteliti dan teknik wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dilakukan secara sistematik, mulai dari proses pengumpulan data, mereduksi, mengklasifikasi, mendeskripsi, pengkajian data, dan membuat kesimpulan akhir semua informasi yang sudah secara selektif dan terkumpul. Temuan jenis-jenis makna semantik dalam lirik lagu penelitian adalah 7 jenis makna yang terkandung dari lagu tersebut yaitu 2 lirik yang mengandung makna Leksikal, 2 lirik yang mengandung makna gragmatikal, 2 lirik yang mengandung makna referensial, 3 lirik yang mengandung makna non referensial, 4 lirik yang mengandung makna konseptual, 1 lirik yang mengandung makna asosiatif, dan 1 lirik yang mengandung makna kias. Kata kunci: Lirik Lagu Kajiama, Tinjauan Semantik
TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA DI KELURAHAN LABUNIA KECAMATAN WAKORUMBA SELATAN KABUPATEN MUNA (TINJAUANPRAGMATIK) Wa Ode Yulia Restiani; Wa Ode Halfian
Cakrawala Listra: Jurnal Kajian Sastra, Bahasa, dan Budaya Indonesia Vol. 6 No. 1 (2023): Volume 6, Nomor 1, Juni 2023
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/cakrawalalistra.v6i1.2181

Abstract

Penelitian ini berjudul “Tindak Tutur DirektifGuru Taman Kanak-kanak Dharma Wanita di Kelurahan Labunia Kecamatan Wakorumba Selatan, Kabupaten Muna”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis memilih Taman Kanak-kanak Dharma Wanita sebagai tempat penelitian karena berdasarkan pengamatan penulis setelah mengadakan observasi di Taman Kanak-kanak tersebut., Guru sering menggunakan berbagai jenis tindak tutur dalam proses belajar mengajar. Sehingga penulis ingin melihat bagaimana cara guru dalam bertutur agar siswanya yang tergolong masih kecil dan dalam usia yang masih asik bermain dapat mengerti dan bisa mengikuti apa yang diajarkan oleh gurunya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Tindak Tutur direktif Guru dan mendeskripsikan penerapan prinsip kesantunan dalam tindak tutur direktif yang digunakan Guru Taman Kanak-kanak Dharma Wanita di Kelurahan Labuna, Kecamatan Wakorumba Selatan, Kabupaten Muna terhadap siswa. Penelitian ini mengunakan jenis penelitian lapangan. Sumber data pada penelitian ini adalah ujaran guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknik observasi, teknik rekam, dan teknik cacat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada delapanbentuk tindak tutur direktif, yaitumengajak, melarang, menasihati, menyuruh, meminta, memperingatkan, memohon dan memuji di taman kanak-kanak Kelurahan Labunia, Kecamatan Wakorumba Selatan, Kabupaten Muna. Kata kunci: Tindak Tutur Direktif, Guru, TamanKanak-kanak