This Author published in this journals
All Journal Kandai MABASAN
M. Oktavia Vidiyanti
Balai Bahasa Jawa Timur

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

LIRIK LAGU KERONCONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI HANKUK UNIVERSITY OF FOREIGN STUDIES KOREA M. Oktavia Vidiyanti; Tengsoe Tjahjono
MABASAN Vol. 14 No. 2 (2020): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mab.v14i2.355

Abstract

Lirik lagu sangat menarik dipakai sebagai media pembelajaran menyimak dan berbicara.  Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana lirik lagu keroncong, sebagai salah satu wujud kebudayaan Indonesia, sebagai media pembelajaran menyimak dan berbicara mahasiswa yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Penelitian studi kasus ini memilih subjek penelitian mahasiswa yang memprogram mata kuliah Audio-Visual Bahasa Malay-Indonesian pada tahun pertama semester kedua di Hankuk University of Foreign Language.Untuk mengaji bagaimana langkah-langkah pembelajaran materi tersebut, data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil jawaban 15 mahasiswa atas pertanyaan dan pembahasan disimpulkan bahwa mahasiswa dapat memahami informasi dengan baik melalui apa yang diamati dan disimak dan mampu mengungkapkan pengalamannya itu secara lisan. Di samping itu mahasiswa memperoleh pengetahuan tentang budaya Indonesia yang memperkaya wawasannya tentang Indonesia.
PERGOLAKAN IDEOLOGI DALAM NOVEL TERJEMAHAN YANG MAHA KECIL KARYA ARUNDHATI ROY: KAJIAN HEGEMONI GRAMSCI (Ideological Upheavel in Arundhati Roy’s Translated Novel Yang Maha Kecil: The Study of Gramsci’s Hegemony) M. Oktavia Vidiyanti
Kandai Vol 14, No 2 (2018): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.732 KB) | DOI: 10.26499/jk.v14i2.721

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan formasi ideologi dalam novel terjemahan Yang Maha Kecil karya Arundhati Roy,serta melihat hubungannya dengan ideologi pengarang dengan menggunakan kajian teori hegemoni yang digagas Antonio Gramsci. Tinjauan teori hegemoni Gramsci dalam penelitian ini melihat praktik hegemoni ideologi dalam Yang Maha Kecil melalui negosiasi ideologi yang dilakukan pengarang sebagai aparatur hegemoni. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif melalui pendekatan deskriptif dan pemahaman arti secara mendalam. Penelitian ini menghasilkan temuan berupa teridentifikasinya sejumlah ideologi, yaitu ideologi (1) ultraortodoks (2) komunis, (3) anglofilia, (4) rasialisme, dan (5) patriarki. Adapun ideologi yang dinegosiasi ditunjukkan oleh ideologi komunisme dan ultraortodoks. Simpulan dari penelitian ini adalah adanya pertentangan dalam cara pandang pengarang tentang ideologi komunis dan ultraortodoks yang dinegosiasikan. Dalam hal ini, pengarang melihat bahwa ideologi komunis maupun ideologi ultraortodoks (agama) yang mengajarkan kesetaraan manusia secara sosial maupun di mata Tuhan, ternyata sama sekali tidak mengubah sistem pembedaan manusia.(This research aims to disclose and describe the formation of ideology in translated novel Yang Maha Kecil written by Arundhati Roy, as well as to recognize its relationship with the author’s ideology using Antonio Gramsci’s theory of hegemony. Gramsci’s hegemony theory is used in this research to observe the practice of ideological hegemony in Yang Maha Kecil through ideological negotiations practiced by the author as a hegemony apparatus. The method used is the qualitative one using the descriptive approach and extensive comprehension of meaning. This research produced findings in the form of identifying a number of ideologies, namely ideology (1) ultra-orthodox, (2) communism, (3) anglophilia, (4) racism, and (5) patriarchy. The negotiated ideology is demonstrated by communism and ultra-orthodox ideology. The conclusion of this research is that there is conflict in the author's perspective on communism and ultra-orthodox ideologies that are negotiated. In this case, the author sees that both communism and the ultra-orthodox (religion), which promote human equality both socially and religiously, apparently fail to change the system of human discrimination.)