Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

“KUE” DARI SITUS GUNUNG SUSURU SEBAGAI JEJAK TEKNOLOGI MASA BERCOCOK TANAM Endang Widyastuti; Nanang Saptono; Rusyanti
Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat 2020: PROSIDING SEMINAR ARKEOLOGI 2019
Publisher : Balai Arkeologi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24164/prosiding.v3i1.16

Abstract

Kebudayaan Austronesia merupakan budaya yang didukung oleh sekelompok orang awalnya menetap di suatu wilayah tertentu yang kemudian melakukan perjalanan ke berbagai wilayah lainnya dalam rentang area yang sangat luas. Di Kepulauan Indonesia kontak dengan budaya austronesia telah terjadi pada masa bercocok tanam. Bentuk budaya tersebut dalam aspek teknologi diantaranya menyangkut teknologi gerabah dan pengolahan kulit kayu. Dalam penelitian yang pernah dilakukan di Gunung Susuru kawasan Kertabumi, ditemukan artefak berbahan terakota dengan bentuk yang unik dan terdapat beragam goresan di permukaannya. Terakota tersebut ditemukan dalam jumlah dan variasi bentuk serta hiasan yang cukup banyak. Masyarakat setempat menyebut artefak tersebut sebagai “kue”. Berdasarkan perbandingan bentuk melalui studi pustaka, tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kaitan “kue” tersebut dengan teknologi gerabah dan pengolahan kulit kayu.
PEMERINTAHAN, KEKUASAAN, DAN TATAKOTA (PEMIKIRAN KAJIAN PADA KABUPATEN GARUT) Nanang Saptono
Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat 2019: PROSIDING SEMINAR ARKEOLOGI 2018
Publisher : Balai Arkeologi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24164/prosiding18/09

Abstract

Berdasarkan sumber prasasti, kota dalam arti fisik di Jawa sudah ada sejak zaman Mataram Kuno. Namun, tinggalan arkeologis berupa runtuhan kota baru zaman Majapahit yaitu kawasan situs Trowulan di Mojokerto. Kota berkembang pesat sejak zaman Islam. Kota-kota tersebut berkembang ada yang secara sepontan ada juga yang direncanakan. Pada masa Kesultanan Mataram, sistem pewilayahan dan tatakota dibangun mengikuti konsep dan simbol-simbol yang mengacu pada konsep pemerintahan dan kekuasaan. Tatakota pada masa Islam terpusat di alun-alun yang dikelilingi bangunan fasiltas pemerintahan, religi, dan ekonomi. Wilayah Garut merupakan bekas wilayah kekuasaan Mataram yang kemudian beralih ke tangan VOC, kolonial Belanda, kolonial Inggris, dan kolonial Belanda lagi. Makalah ini membahas bagaimana pola tatakota Garut dan kota-kota di sekitarnya dalam kaitannya dengan pemerintahan dan kekuasaan. Kota Garut dan kota-kota di sekitarnya secara fisik mengikuti pola tatakota Islam. Pada beberapa kota terdapat anomali. Kondisi kota-kota di kawasan Garut tetap mengikuti pola tatakota Islam namun dipengaruhi konsep-konsep Eropa dan faktor geomorfologis.
DAMPAK LETUSAN GUNUNG KRAKATAU 1883 TERHADAP PERMUKIMAN DI PANTAI BARAT TELUK LAMPUNG: The Impact of the 1883 Krakatau Eruption on the Settlement on West Beach of Lampung Gulf Nanang Saptono
Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat 2021: PROSIDING SEMINAR ARKEOLOGI 2020
Publisher : Balai Arkeologi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24164/prosiding.v4i1.10

Abstract

Letusan gunung berapi seringkali memberikan dampak negatif terhadap permukiman di sekitarnya. Kondisi objek seperti pada situs Liyangan di Kabupaten Temanggung merupakan salah satu bukti dampak negatif letusan gunung. Beberapa kajian arkeologi terhadap situs-situs di sekitar Gunung Merapi, Yogyakarta menyimpulkan bahwa erupsi Gunung Merapi menjadi salah satu alasan pindahnya peradaban Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda pada tahun 1883 juga menimbulkan bencana terhadap masyarakat di sekitarnya. Cerita masyarakat Lampung menjelaskan bahwa erupsi Gunung Krakatau telah melenyapkan perkampungan sehingga masyarakat memindahkan perkampungannya. Di pantai barat Teluk Lampung terdapat beberapa situs permukiman yaitu Kampung Tuha Maja Saka, Benteng Belajung, dan Kahai. Kajian ini membahas dampak letusan Gunung Krakatau 1883 terhadap perkampungan-perkampungan tersebut. Metode penelitian melalui deskripsi dan didukung analisis laboratoris terhadap jejak material erupsi. Jejak erupsi ditemukan pada beberapa lokasi objek. Perpindahan Kampung Tuha Maja Saka ke lokasi baru bukan merupakan akibat dari letusan Krakatau 1883.
Situs Pugung Raharjo dalam Konteks Pengembangan Pariwisata Nanang Saptono
PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 1 No. 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : BALAI ARKEOLOGI JAWA BARAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3502.98 KB) | DOI: 10.24164/pw.v1i2.60

Abstract

Abstrak,Situs Pugung Raharjo di Kabupalen Lampung Timiir mcrupakan situs yang sudah lama dijadikan objek wisata. Pada saat ini, pengclolaan untuk tujuan wisaia belum maksimal. Untuk pengembangan perlu dicari potensi dan persepsi masyarakat. Dalam kalian ini mencrapkan metode dcskriptif khususnya mctode rapid rural appraisal (RRA). participatory rural appraisal (PRA) atau partisipasi penilaian masyarakat dan metode participatory learning action (PLA) atau partisipasi tindakan pcmbelajaran. Berdasarkan potensi, persepsi, scrta berbagai peluang, pengembangan pariwisata di Pugung Raharjo agar bersifat berkelanjutan sebaiknya dilakukan secara tcrpadu dengan mclibatkan pcran masyarakat.Kata Kunci: pariwisaiu. potensi. persepsi masyarakat. pengembangan. herkelanjuian. Abstract,Pugung Raharjo site in East Lampung regency is a site that has long been a tourist attraction. At this time, the management of tourist destinations have not been to up. Necessary to find the potential for development and public perception. In this study applied a descriptive method particularly rapid rural appraisal methods (RRA). participatory rural appraisal (PRji) participatory learning action (PLA) methods. Based on the potential, perception, and the various opportunities, sustainable development of tourism in Pugung Raharjo that should be done in an integrated manner by involving the community'.Keywords: tourism, potential, collective perceptions, development, sustainable
MAKAM-MAKAM KUNO DI TASIKMALA Latar Belakang Konsep dan Tokoh Endang Widyastuti; Nanang Saptono
JURNAL PANALUNGTIK Vol. 2 No. 1 (2019): Vol. 2(1) 2019
Publisher : Kemendikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24164/pnk.v2i1.25

Abstract

In the Tasikmalaya area many sites are found in the form of tombs and ancient grave complexes from the Islamic era. In archaeological studies, the tomb can be interpreted as a place where the body is buried and also the former location of the event by an important figure. The tomb can be interpreted as a grave and also petilasan. Through the tomb data can be revealed various aspects such as background concepts and figures buried. This study of ancient tombs in Tasikmalaya aims to reveal the background of the concept of site selection and the background of the buried figure. The research method is qualitative research through descriptive type. Disclosure of research problems is obtained through literature study and trace data reinforcement in the form of manuscripts. Ancient tombs in Tasikmalaya are on the plain and on top of a hill. The tomb at the top of the hill shows the continuity of previous cultural concepts, namely that high ground in the form of a hill or mountain is a sacred place. Some figures who are buried have a big role in the welfare of the community in the past, namely the opening of the Cibeureum situ.
Perkembangan Pemukiman Di Daerah Indramayu Nanang Saptono
Berkala Arkeologi Vol 15 No 3 (1995): Edisi Khusus
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.729 KB) | DOI: 10.30883/jba.v15i3.671

Abstract

The beginning of the growth of the cities along the north coast of West Java was closely related to the fall of Malacca to the Portuguese in 1511. Since then, trade relations between the Portuguese and the Sundanese kingdom have intensified. This is because Sundanese provide a lot of commodity goods, especially pepper. In his description, Barros illustrates that the mountainous interior of Sunda is unlike the interior of Java. The main ports number six, namely Chiamo, Xaca-tra, or Caravam, Tangaram, Cheguide, Pondang, and Bantam.
Religi pada Masa Kerajaan Sunda Kawali (Telaah Atas Prasasti Pendek di Situs Astana Gede, Kawali) Nanang Saptono
Berkala Arkeologi Vol 14 No 2 (1994): Edisi Khusus
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (901.171 KB) | DOI: 10.30883/jba.v14i2.703

Abstract

This article contains a study of the Astana Gede located in Dusun Indrayasa, Desa Kawali, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. This site is known as the Kingdom of Sunda former capital. On this site there are some archaeological data, including inscriptions in Old Sundanese language. The archaeological data that attracts the interest of many experts are several inscriptions and several stuctures characterized by megalithic culture. The existence of inscription in the form of standing stones is associated with indigenous religion related to megalithic culture. The megalithic tradition thrives alongside with the Hinduism and Buddhism in the Kingdom of Sunda.