Mohamad Abdul Azis
STAI ATTANWIR Bojonegoro

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PERAN SUAMI DALAM MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH (STUDI KASUS DUA KELUARGA DI PADUKUHAN PAPRINGAN, CATURTUNGGAL, SLEMAN, YOGYAKARTA) Mohamad Abdul Azis
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam Vol 15, No 2 (2018): Desember
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.385 KB) | DOI: 10.14421/hisbah.2018.152-05

Abstract

Peran suami dalam membentuk keluarga sakinah sangatlah kompleks, tidak hanya berperan dalam ranah lahiriyah saja, akan tetapi juga batiniah. Tetapi akhir-akhir ini banyak kasus-kasus dimana suami tidak berfungsi sebagaimana perannya dalam keluarga. Suami sebagai kepala keluarga yang semestinya mampu melindungi dan mengayomi istri dan anak, akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Kurangnya kasih sayang suami pada keluarga sehingga kebutuhan lahir batin seorang istri dan anak tidak tercapai. Hal ini yang akan menjadi menarik bagaimana peran suami dalam membentuk keluarga agar menjadi keluarga sakinah.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya upaya bimbingan dan konseling yang dilakukan suami dalam menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin, teladan serta suami yang bertanggungjawab dalam keluarga, meskipun dalam implementasinya peran yang mereka lakukan ada yang sifatnya kuratif ada yang bersifat preventif dalam membentuk keluarga sakinah. Kata kunci: Peran Suami, Keluarga Sakinah
Regulasi Diri Pecandu Narkotika Melalui Pendekatan Bimbingan dan Konseling Islam Berbasis Pesantren Mohamad Abdul Azis Mohamad Abdul Azis
Attanwir : Jurnal Keislaman dan Pendidikan Vol. 11 No. 2 (2020): September
Publisher : STAI Attanwir Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53915/jurnalkeislamandanpendidikan.v11i2.38

Abstract

Latar belakang Penelitian ini adalah Pemerintah Indonesia telah melakukan bebagai cara dalam upaya pemberantasan narkoba yakni dengan diterbitkannya UU No. 35 Th. 2009 tentang narkotika, dibentuknya Badan Khusus Pemberantasan Narkoba (BNN) dan juga instruksi Presiden No. 12 Tahun 2011 tentang pelaksanaan JAKSTRANAS bidang P4GN (Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) tahun 2011-2015 yang mendorong segenap elemen bangsa, pemerintah pusat dan di daerah, dan masyarakat untuk lebih aktif dan agresif lagi dalam memerangi kejahatan narkoba. Masalah ketergantungan terhadap narkoba muncul akhibat tidak bisanya diri individu bersikap disiplin dan kontrol atas dirinya sendiri, untuk melakukan rehabilitasi (penyembuhan) perlu adanya bimbingan dan konseling yang merupakan salah satu solusi bagi pecandu narkotika. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode Wawancara, Observasi, Dokumentasi. Dalam menganalisis data peneliti memakai langkah-langkah Memeriksa data, Mengumpulkan dan mengklasifikasikan data kedalam tema-tema tertentu, selanjutnya Mempelajari dan memaknai data sehingga membentuk pola pada data, kemudian untuk pengabsahan data peneliti melakukan pengecekan terhadap data dan penafsirannya dengan cara membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Hasil penelitian ini menunjukkan : Proses regulasi diri pada subjek diawali dengan adanya rasa jenuh akan kecanduan sehingga memunculkan keinginan untuk pulih. Setelah menjalani proses bimbingan dan konseling dengan pendekatan-pendekatanya, masing-masing subjek mengalami PAWS yang terus mereka alami dalam proses regulasi. Selanjutnya, proses regulasi diri juga diawali dengan adanya faktor yang memberikan pengaruh terhadap proses regulasi diri. Faktor tersebut antara lain subjek merasakan adanya dampak negatif akibat kecanduannya dan memiliki kebutuhan yang harus mereka penuhi. Adanya faktor tersebut mengawali proses regulasi diri bagi subjek terutama dalam menetapkan tujuan. Saat subjek memiliki tujuan, maka unsur regulasi diri mulai diterapkan. subjek menjaga recovery dengan meregulasi dirinya dan mencegah terjadinya mekanisme kegagalan regulasi diri. Di sisi lain, faktor ekologi (terutama mikrosistem) dan efikasi diri turut memberikan dukungan maupun pengaruh bagi subjek untuk mempertahankan kondisi abstinen atau menjaga recovery. Pendekatan Bimbingan Konseling Islam Pada Pecandu Narkotika yang dipakai di Pesanren Al-Qodir sangat berbeda dengan Bimbingan dan Konseling di Pesantren-pesantren lain, yaitu mereka harus mampu melewati tiga tahapan selama di pesantren agar bisa dikatakan sembuh yaitu merasa nyaman, mampu bersosial, dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi
Pola Intensitas Komunikasi Orang Tua dan Anak terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia Prasekolah Mohamad Abdul Azis, Ulumiatul Fawaida
Al-Ihath: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 1 No. 1 (2021): Juli
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (721.223 KB) | DOI: 10.53915/jbki.v1i1.116

Abstract

Keluarga dan pendidikan tidak bisa dipisahkan, pendidikan di lingkungan keluarga terjadi sejak anak lahir, bahkan setelah anak dewasa pun orangtua masih berhak memberikan pendidikan kepada anaknya. Tetapi saat ini banyak orangtua yang lupa dan menyerahkan tanggung jawab mendidik anaknya hanya kepada sekolah atau guru. padahal sekolah atau guru hanya sebatas membantu orangtua dalam mendidik anak dalam lingkungan sekolah. Orangtua banyak disibukan dengan pekerjaannya, sehingga pola intensitas komunikasi orangtua dengan anak pun berkurang, semestinya anak bisa berbagi informasi dan masalah mereka pada orangtua tetapi intensitas komunikasi jadi berkurang atau bahkan tidak ada. Padahal disisi lain Pola intensitas komunikasi merupakan tingkat kedalaman penyampaian pesan dari individu sebagai anggota keluarga kepada yang lainnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar Pola Intensitas Komunikasi Antara Orangtua dan Anak Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia Prasekolah, dengan menggunakan metode penelitian Kuantitatif, dengan memakai teknik korelasi sebab akhibat. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Terhadap Perkembangan Soasial Anak Usia Prasekolah. Sebab seorang anak yang tumbuh dalam sebuah keluaraga yang tinggi tingkat pola intensitas komunikasinya  maka akan memiliki perkembangan sosial yang baik pula.
Pengaruh Perkawinan di Bawah Umur terhadap Tingkat Perceraian M. Afrizal Virmansyah; Mohamad Abdul Azis
Al-Ihath: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 2 No. 1 (2022): Januari
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2029.558 KB) | DOI: 10.53915/jbki.v2i1.166

Abstract

Perkawinan merupakan sesuatu hal yang sakral dan tidak bisa dianggap biasa saja, membina keluarga dengan baik merupakah tujuan yang ingin dicapai oleh sepasang suami-istri namun dalam kenyataannya sering kali masalah mucul dan tidak bisa mencari jalan keluar yang tepat sehingga terjadi perceraian. Perkawinan di bawah umur mempunyai banyak masalah dari ekonomi atau finansial sampai permusuhan dari keduanya. Data dari BKKBN menyebutkan bahwa umur yang tepat untuk melakukan perkawinan sekitar umur 20-25 karena sudah siap dari sisi mental dan psikologis untuk menghadai masalah-masalah yang ada.
Layanan Bimbingan Pranikah dalam Meningkatkan Kematangan Emosional Berkeluarga Muhammad Faizin; Mohamad Abdul Azis; Muhammad Rizal Aguswanto
Al-Ihath: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 2 No. 2 (2022): Juli
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.158 KB) | DOI: 10.53915/jbki.v2i2.232

Abstract

Pernikahan yang dilakukan ketika usia remaja, pasangan semestinya siap mengelola rumah tangga yang berarti menunjukkan kematangan emosi. Ketidakmampuan remaja untuk mengontrol emosi, membuat keputusan- keputusan, dan memahami dirinya akan membuat kehidupan pernikahan yang dijalani kurang harmonis. Jika terjadi pernikahan, maka perlunya Bimbingan pranikah agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui layanan bimbingan pranikah dalam meningkatkan kematangan emosi yang dilakukan kepada calon pasangan yang menikah usia dibawah usia 16 tahun dan mengetahui hasil layanan bimbingan pranikah yang dilakukan kepada calon pasangan yang menikah dibawah usia 16 tahun di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kapas. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model Milles dan Huberman.Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa proses bimbingan pra nikah dalam meningkatkan kematangan emosional berkeluarga pasangan yang menikah usia dibawah 16 tahun.
Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Usia Prasekolah terhadap Perkembangan Perilaku Prososial Mohamad Abdul Azis; Asnawi Asnawi
Al-Ihath: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 3 No. 1 (2023): Januari
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (968.699 KB) | DOI: 10.53915/jbki.v3i1.320

Abstract

Keluarga dan pendidikan tidak bisa dipisahkan, pendidikan di lingkungan keluarga terjadi sejak anak lahir, bahkan setelah anak dewasa pun orang tua masih berhak memberikan pendidikan kepada anaknya. Tetapi saat ini banyak orang tua yang lupa dan menyerahkan tanggung jawab mendidik anaknya hanya kepada sekolah atau guru. padahal sekolah atau guru hanya sebatas membantu orang tua dalam mendidik anak dalam lingkungan sekolah. Orang tua banyak disibukkan dengan pekerjaannya, sehingga komunikasi orang tua dengan anak pun berkurang, semestinya anak bisa berbagi informasi dan masalah mereka pada orang tua, tetapi komunikasi jadi berkurang atau bahkan tidak ada. Padahal disisi lain komunikasi interpersonal merupakan tingkat kedalaman penyampaian pesan dari individu sebagai anggota keluarga kepada yang lainnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar komunikasi antara orang tua dan anak usia prasekolah terhadap perkembangan perilaku prososial anak dengan menggunakan metode penelitian Kuantitatif dan memakai teknik korelasi sebab akhibat. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi orang tua dan anak usia prasekolah terhadap perkembangan perilaku prososial anak. Sebab seorang anak yang tumbuh dalam sebuah keluaraga yang tinggi tingkat komunikasi interpersonalnya maka akan memiliki perkembangan perilaku prososial yang baik pula.