Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Non-Pharmaceutical Intervention Policies in Overcoming COVID-19 in Aceh: A Cross-Sectional Online Survey Saddam Rassanjani; Aryos Nivada; Ratnalia Indriasari; Iqbal Ahmady
Journal of Government and Civil Society Vol 6, No 1 (2022): Journal of Government and Civil Society (April)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31000/jgcs.v6i1.5618

Abstract

ABSTRACTCOVID-19, which transmitted rapidly from China, has crossed all the lands in the world, infecting people in every corner. This phenomenon has shocked the public on a large scale, ranging from the mass media; government; to individuals. This study seeks to assess the perceptions of the Acehnese regarding government policy in dealing with COVID-19 in the local realm, especially related to the implementation of non-pharmaceutical interventions (NPIs). An online survey was conducted using a semi-structured questionnaire using a non-probability snowball sampling technique to answer the abovementioned problem. Finally, the questionnaire distributed online collected as many as 264 respondents. In general, the results of the study report that respondents have a high level of compliance with the policies taken by the government in fighting the Coronavirus. Most of them claim to be ready to help their neighbors who have problems with loss of livelihood during the implementation of NPIs that require people to work at home. Interestingly, even though the community has shown willingness to follow government guidelines on quarantine and social distance, most people reject the call to worship at home. Therefore, in formulating the best policy, a comprehensive socio-economic study and cooperation from community leaders, especially religious leaders, are needed to equalize the public’s perception. Keywords: Non-pharmaceutical intervention, public policy, Covid-19, Aceh ABSTRAKCOVID-19 yang menular dengan cepat dari Cina telah melintasi seluruh daratan di dunia, menjangkiti manusia di setiap sudut. Fenomena ini telah menghebohkan publik secara besar-besaran, mulai dari media, pemerintah, hingga individu. Kajian ini berupaya mengkaji persepsi masyarakat Aceh mengenai kebijakan pemerintah dalam menangani COVID-19 di ranah lokal, khususnya terkait penerapan intervensi nonfarmasi (NPIs). Untuk menjawabnya, dilakukan survei online dengan menggunakan kuesioner semi terstruktur dengan teknik non-probability snowball sampling, dan akhirnya berhasil mengumpulkan sebanyak 264 tanggapan. Secara umum responden memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap kebijakan yang diambil pemerintah dalam memerangi virus corona. Sebagian besar dari mereka mengaku siap membantu tetangganya yang bermasalah dengan hilangnya mata pencaharian selama penerapan NPIs. Menariknya, meski masyarakat telah menunjukkan kesediaan untuk mengikuti pedoman pemerintah tentang karantina dan menjaga jarak, kebanyakan orang menolak ajakan untuk beribadah di rumah masing-masing. Oleh karena itu, dalam merumuskan kebijakan yang terbaik, diperlukan kajian sosial ekonomi yang komprehensif dan kerjasama dari tokoh masyarakat, khususnya tokoh agama, untuk menyamakan persepsi masyarakat. Kata Kunci: Non-pharmaceutical intervention, kebijakan publik, Covid-19, Aceh
Kebijakan Pemerintah Aceh Tengah Dalam Pengembangan Sektor Pariwisata Iqbal Arisa; iqbal ahmady
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Vol 4, No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.259 KB)

Abstract

Abstrak, Pariwisata mempunyai peranan penting dalam upaya pembangunan dan pengembangan suatu daerah. Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Kepariwisatan Pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintah kabupaten/kota berwenang mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan di wilayahnya, memfasilitasi dan melakukan promosi destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang berada diwilayahnya, memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata baru serta mengalokasikan anggaran kepariwisataan. Regulasi tersebut seharusnya dapat menjadi landasan utama bagi pemerintah Aceh Tengah dalam membuat kebijakan yang mendorong pengembangan pariwisata. Objek Pariwisata di Kabupaten Aceh Tengah masih kurang maksimal pengembangannya oleh pemerintah daerah setempat. Hal ini terjadi karena belum adanya konsep kebijakan pengembangan pariwisata dan pengelolaannya masih kurang koordinasi antara Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dengan pemilik usaha pariwisata. Kurang maksimalnya pengelolaan dan pengawasan kepariwisataan tersebut sangat berdampak pada kepuasan masyarakat khususnya wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata yang ada di Aceh Tengah. Teori utama yang digunakan dalam skripsi ini yaitu teori kebijakan publik dan kebijakan pariwisata. Metode pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Aceh Tengah belum memiliki kebijakan pengembangan pariwisata, dikarenakan acuan dalam penyusunan kebijakan belum disahkan yaitu Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah. Hal tersebut berdampak pada pengembangan pariwisata yang tidak terkoordinir dengan baik. Kebijakan pengembangan pariwisata Aceh Tengah masih belum mengarah kepada pengembangan pariwisata dan pariwisata berkelanjutan. Kemudian sinergitas antara Pemerintah Aceh Tengah dengan pelaku pariwisata belum terkoordinir dengan baik seharusnya antara Pemerintah Daerah dengan pelaku pariwisata menciptakan kerjasama yang baik untuk terwujudnya sinergitas dalam pengembangan pariwisata. Kata Kunci: Kebijakan, Pengembangan, Pariwisata
The Effectiveness of Aceh’s Special Autonomy Fund in Allocation to Poverty Alleviation, Education, and Health Sector Farah Fadhila; Ubaidullah Ubaidullah; Iqbal Ahmady
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 14, No 1 (2023)
Publisher : Program Magister Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/politika.14.1.2023.31-47

Abstract

This research aims to analysis the effectiveness of the allocation of Aceh’s special autonomy fund for development in the sectors of poverty alleviation, education, and health during the period of 2017 to 2022. The method used in this study is qualitative descriptive with the data collection techniques are interviews and documentation. Moreover, this research focus on the existence of Aceh as an asymmetric decentralization. The theory that used to strengthen the argument is public management theory and used the concept of effectiveness. The result showed that during the period of Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah, the allocation of Aceh’s special autonomy fund has not been effective for development in Aceh, especially in the sector of poverty, improving the quality of education and health. It is because of the management of the special autonomy fund’s allocation is not optimal implemented since the planning to the controlling. It has the impact to the allocation of Aceh’s special autonomy fund which is not well-targeted to achieve the goals and to improve the society’s welfare.