Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP BILANGAN PEROKSIDA DAN BILANGAN PENYABUNAN PADA MINYAK GORENG CURAH DAN MINYAK GORENG KEMASAN herlina herlina
Jurnal Ilmiah Pharmacy Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Kesehatan Al-Fatah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52161/jiphar.v7i2.157

Abstract

ABSTRAKKurang lebih dari 290 juta ton minyak dikonsumsi setiap tahun. Hal tersebut menunjukkan besarnya jumlah makanan gorengan yang dikonsumsi oleh lapisan masyarakat dari segala kalangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap bilangan peroksida dan bilangan penyabunan pada minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak goreng kemasan (minyak A dan B) dan minyak goreng curah (minyak C). Penentuan bilangan penyabunan menggunakan titrasi asam basa dan penentuan bilangan peroksida menggunakan metode titrasi iodometri. Hasil penelitian menujukkan adanya penurunan kualitas minyak baik curah maupun kemasan selama penyimpanan yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai bilangan peroksida dan bilangan penyabunan setiap minggunya, namun minyak kemasan mempunyai ketahanan mutu yang lebih baik selama penyimpanan dibandingkan dengan minyak curah. Nilai bilangan peroksida dan bilangan penyabunan tertinggi terdapat pada sampel minyak curah pada penyimpanan minggu ke-3 yaitu bilangan peroksida sebesar 30,677 mek O2/kg dan bilangan penyabunan sebesar yaitu 218,111 KOH/gr. Kata Kunci : Minyak goreng, Bilangan Peroksida, Bilangan Penyabunan
PENGARUH JENIS PELARUT TERHADAP KANDUNGAN TOTAL FLAVONOID EKSTRAK DAUN ALPUKAT (Persea Americana Mill) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV - VIS herlina herlina
Jurnal Ilmiah Pharmacy Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Kesehatan Al-Fatah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52161/jiphar.v7i1.118

Abstract

ABSTRAKTanaman alpukat merupakan tanaman yang berasal dari daratan tinggi amerika tengah dan memiliki banyak varietas. Ekstrak daun alpukat diketahui memiliki kandungan senyawa aktif seperti alkaloid, saponin, dan flavonoid. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap kandungan total flavonoid pada ekstrak daun alpukat dengan menggunakan 2 pelarut yaitu etanol dan metanol. Ekstraksi metanol dan etanol daun alpukat diperoleh dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96 % dan metanol. Analisa Kualitatif ekstrak metanol dan etanol daun alpukat menggunakan pereaksi serbuk Mg dan HCl pekat. Penentuan kandungan total flavonoid menggunakan spektrofotometri UV-VIS dengan metode AlCl3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan etanol daun alpukat positif mengandung flavonoid dan diperoleh kandungan total flavonoid dalam ekstrak metanol dan etanol daun alpukat masing masing adalah 0.47 μg / ml and 0.237 μg / ml.Kata Kunci    : Total flavonoid, Daun alpukat, Pelarut, Spektrofotometri UV-VIS 
PENETAPAN KADAR GLUKOSA PADA MADU BERMERK DAN MADU TIDAK BERMERK DENGAN METODE LUFF SCHOOLR herlina herlina
Jurnal Ilmiah Pharmacy Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Kesehatan Al-Fatah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52161/jiphar.v6i2.55

Abstract

ABSTRAKGlukosa merupakan bentuk dasar bahan bakar karbohidrat yang digunakan  dalam tubuh untuk energi. Glukosa banyak terdapat di dalam madu, glukosa yang terkandung di dalam madu berguna untuk memperlancar kerja jantung dan meringankan penyakit hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah glukosa di dalam madu yang beredar di Kota Bengkulu. Analisa jumlah glukosa di dalam madu dilakukan dengan menggunakan metode Luff Schoolr pada sampel madu bermerk yaitu sampel A, B, C dan D serta sampel madu tidak bermerk yaitu sampel P, Q, R dan S. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil kadar glukosa pada madu bermerk (A, B, C, D) dan madu tidak bermerk (P, Q, R, S) memenuhi standar mutu SNI 01-3545-2004 yaitu minimal 60%, jadi dapat disimpulkan bahwa kedua jenis madu tersebut baik untuk dikonsumsi.Kata Kunci    : Luff Schoolr, Madu, Glukosa
IDENTIFIKASI PEWARNA BERBAHAYA (RHODAMIN B, METHANYL YELLOW, MERAH K.3, JINGGA K.1) PADA PEMERAH PIPI (BLUSH ON) herlina herlina
Jurnal Ilmiah Pharmacy Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Kesehatan Al-Fatah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52161/jiphar.v5i1.213

Abstract

ABSTRAK Pemerah pipi (Blush On) adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan etestika dalam tata rias. Pada kosmetik pemerah pipi (Blush On) terkadang ditemukan pewarna berbahaya seperti Rhodamin B, Methanyl Yellow, Merah K3, dan Jingga K1 yang dapat menyebabkan iritasi jika terkena kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemerah pipi (Blush On) yang beredar di Pasar Percontohan Panorama Kota Bengkulu mengandung pewarna berbahaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kromoatografi Lapis Tipis (KLT). Sampel pada penelitian ini adalah tiga Pemerah pipi (Blush On), setiap sampel ditimbang sebanyak 0,3 g. Hasil penelitian dilihat secara visual dan dibawah lampu UV dengan dihitung nilai Rf yang didapat menunjukkan ketiga sampel memiliki nilai Rf yang berbeda dari nilai Rf bahan baku, sehingga dapat dinyatakan tidak mengandung atau negatif Rhodamin B, Methanyl Yellow, Merah K3 dan Jingga K1. Kata Kunci : Pemerah Pipi, Pewarna dilarang, KLT
Penetapan Kadar Natrium Siklamat Pada Minuman Ringan Kemasan Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV Nurfijrin Ramadhani; Herlina Herlina; Adi Jaza Fajar Utama
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 4 No. 1 (2018): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi STIKES Mandala Waluya Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v4i1.17

Abstract

Natrium Siklamat merupakan salah satu jenis pemanis yang diizinkan, meskipun diizinkan penggunaan natrium siklamat yang berlebihan dapat memicu terbentuknya kanker. Konsumsi natrium siklamat dalam jangka panjang dapat menyebabkan metabolisme natrium siklamat menjadi senyawa cyclohexilamine. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa kadar natrium siklamat yang digunakan, apakah melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan atau tidak. Sampel yang digunakan yaitu sampel yang telah tertulis di kemasan mengandung natrium siklamat, selanjutnya diperiksa di Laboratorium Kimia Farmasi Akademi Farmasi Al-Fathah Bengkulu. Metode analisa yang digunakan yaitu analisa kualitatif dengan menggunakan metode pengendapan dan analisa kuantitatif menggunakan metode Spektrofotometri Uv untuk mengetahui kadar natrium siklamat. Hasil penelitian menunjukkan 3 sampel yang digunakan positif mengandung natrium siklamat dengan analisa kualitatif terdapat endapan putih, setelah dihitung kadar natrium siklamat yang terdapat di minuman ringan yaitu : Sampel A (0,4585 g/kg); Sampel B (0,8065 g/kg); dan Sampel C (0,3136 g/kg). Dari 3 sampel yang diperiksa kadar natrium siklamat yang diperiksa masih dibawah batas maksimum penggunaan yang telah ditetapkan yaitu 3 g/kg menurut Permenkes No 722 tahun 1988
ANALISA VITAMIN B1 PADA MAKANAN OLAHAN KACANG KEDELAI MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI herlina herlina
Jurnal Ilmiah Pharmacy Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Kesehatan Al-Fatah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52161/jiphar.v9i2.431

Abstract

Thiamin (Vitamin B1) merupakan salah satu jenis vitamin yang tidak stabil. Stabilitasnya dipengaruhi oleh pH, suhu dan cara pengolahannya. Pencucian merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehilangan tiamin dalam bahan pangan. Kedelai merupakan salah satu tumbuhan yang banyak mengandung vitamin B1. Kacang kedelai biasa dikonsumsi dalam produk olahan seperti tempe, tahu, susu kedelai, kecap dan lain-lain. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk identifikasi dan penetapan kadar vitamin B1 pada kacang kedelai dan olahan kacang kedelai. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengujian kualitatif dengan reaksi tiokrom dan timbal asetat, lalu dilakukan pengujian kuantitatif dengan metode spektrofotometri visible yaitu dengan pembuatan larutan induk, penentuan panjang gelombang maksimum, pembuatan kurva kalibrasi, dan penetapan kadar vitamin B1 pada kacang kedelai dan olahan kacang kedelai (Tempe, Tahu, Susu Kedelai, dan Kecap) dengan menggunakan spektofotometri visible dengan panjang gelombang 616 nm. Hasil penelitian menunjukkan kacang kedelai dan olahan kacang kedelai (Tempe, Tahu, Susu Kedelai, dan Kecap) positif mengandung vitamin B1. Hasil kadar vitamin B1 tertinggi berturut-turut yaitu  kacang kedelai 0,465% , Kecap 0,362% , Tempe 0,340% , Tahu 0,306% , Susu kedelai 0,206%. Hal ini menunjukan proses pengolaan mempengaruhi kadar vitamin B1. Kata Kunci : Kacang Kedelai, Vitamin B1, Spektrofotometri UV-Vis
Uji efek tonikum ekstrak daun sawo manila (Manilkara zapota) pada mencit putih jantan (Mus musculus) dengan metode ketahanan renang Fathnur Sani K; Yuliawati Yuliawati; Herlina Herlina; Reza Yolandini
Riset Informasi Kesehatan Vol 9 No 1 (2020): Riset Informasi Kesehatan
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.919 KB) | DOI: 10.30644/rik.v9i1.267

Abstract

ABSTRAK Penggunaan obat penambah stamina tubuh sangat dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari, pola aktifitas kerja masyarakat yang semakin meningkat membutuhkan tenaga yang lebih banyak sehingga dalam mengcukupinya perlu adanya suplemen penambah. Daun Sawo Manila merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan untuk masyarakat sebagai penambah stamina. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui efek tonikum dari ekstrak daun sawo manila (Manilkara zapota). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode uji renang. Dimana dosis perlakuannya adalah kontrol positif (Kafein 0,52mg/20gram BB), control negative (Na CMC), Dosis I (6mg/20gramBB), Dosis II (12 mg/20 gramBB), dan Dosis III (18mg/20gramBB). Berdasarakan hasil Anova 1 arah menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada tiap kelompok (p<0,05). Dimana berdasarkan uji lanjutan Duncan menunjukkan dosis terbaik adalah dosis III (18mg/20gramBB). Kemudian diikuti dosis II (12mg/20 gramBB) dan dosis I (6mg/20gramBB).
PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK GORENG Densi Selpia Sopianti; Herlina Herlina; Handi Tri Saputra
Jurnal Katalisator Vol 2, No 2 (2017): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.661 KB) | DOI: 10.22216/jk.v2i2.2408

Abstract

The purpose of this research is to know the increase of free fatty acid content on cooking oil which has been used several times for frying and shows that still fulfill SNI quality standard that is <0,3%. Approximately 290 million tons of oil is consumed every year by the Indonesian population, therefore cooking oil is one of the important needs that the people of Indonesia need. The process of repeated frying on cooking oil will lead to the formation of free fatty acids. Cooking oil is taken randomly from different types of brands from vegetable materials. Conducted for frying and then disampling frying to 0, 5, 7, and 9 for the determination of ALB levels using alkalimetri method. The results showed that free fatty acid content of cooking oil A, B, C, D on frying 0-5 still fulfill SNI requirement <0.3%. As for cooking oil brand B, C, D on frying 7 and 9 the result exceeds the requirement of SNI> 0.3%. In oil E fryer 0 still fulfill SNI requirement while 5-7 result exceeds the requirement of SNI that is> 0,3%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng yang telah digunakan beberapa kali untuk penggorengan dan untuk menunjukkan pemakaian yang masih memenuhi standar mutu SNI yaitu < 0,3%. Kurang lebih dari 290 juta ton minyak dikonsumsi tiap tahun oleh penduduk indonesia, oleh sebab itu minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan penting yang diperlukan masyarakat Indonesia. Proses penggorengan berulang pada minyak goreng akan menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas. Minyak goreng diambil secara acak dari berbagai jenis merk dari bahan-bahan nabati. Dilakukan untuk penggorengan lalu disampling penggorengan ke 0, 5, 7, dan 9 untuk dilakukan penetapan kadar ALB menggunakan metode alkalimetri. Dari hasil penelitian menunjukkan kadar asam lemak bebas untuk minyak goreng A, B, C, D pada penggorengan 0-5 masih memenuhi syarat SNI <0,3%. Sedangkan untuk minyak goreng merek B, C, D pada penggorengan 7 dan 9 hasilnya melebihi syarat SNI >0,3%. Pada minyak  E penggorengan 0 masih memenuhi syarat SNI sedangkan 5-7 hasilnya melebihi syarat SNI yaitu >0,3%.