Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KONSTRUKSI GENDER MELALUI PENGGAMBARAN ALAM DALAM PUISI POST SCRIPTUM KARYA TOETY HERATY DAN THE SNAKE CHARMER KARYA SAROJINI NAIDU Syaiful Qadar Basri
SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5 No 1 (2019)
Publisher : LP2M Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.141 KB) | DOI: 10.30738/sosio.v5i1.2861

Abstract

Abstrak            Perempuan dianggap memiliki hubungan spesial dengan alam. Hubungan spesial tersebut dapat dilihat dalam kata Ibu Pertiwi. Kata Pertiwi memiliki arti Bumi dan disandingkan dengan kata Ibu sebagai sebuah ungkapan yang menunjukkan perempuan sering dikaitkan dengan alam. Kedekatan tersebut dapat dianggap sebagai sebuah anugerah sekaligus bentuk stereotip. Tulisan ini menganalisis dua puisi Post Scriptum karya Toety Heraty dan The Snake Charmer karya Sarojini Naidu. Melalui dua karya tersebut, penulis akan melihat bagaimana perempuan dikaitkan dengan alam melalui representasi alam, sehingga dapat menjawab apakah kedekatan perempuan dan alam merupakan konstruksi sosial ataukah bentuk yang seharusnya disyukuri. Dari hasil analisis, peneliti menemukan bahwa hubungan perempuan dan alam dalam puisi Post Scriptum merupakan hal yang tidak patut untuk dirayakan. Pengaitan alam dan perempuan menunjukkan adanya operasi kuasa niliai-nilai sosial (Cultural Ecofeminism). Sedangkan pada puisi The Snake Charmer, peneliti menemukan bahwa hubungan alam dan perempuan merupakan hal istimewa yang menunjukkan keagungan dan kesucian perempuan (Essentialism Ecofeminism). Dalam konteks ini, analisis kedua puisi dikaitkan dengan konteks budaya yang melatarbelakangi penulisan karya.Kata Kunci: Ecofeminisme, Gender
STUDI ECOCRITICISM DALAM FILM DORAEMON & NOBITA AND THE GREEN GIANT LEGEND KARYA AYUMU WATANABE Syaiful Qadar Basri
SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5 No 1 (2019)
Publisher : LP2M Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.24 KB) | DOI: 10.30738/sosio.v5i1.2862

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk ecocriticism yang direpresentasikan dalam penggambaran alam di film Doraemon & Nobita and the Green Giant Legend. Berikutnya penelitin berusaha mengetahui perspektif yang dimiliki oleh tokoh yang ada dalam film Doraemon & Nobita and the Green Giant Legend. Tokoh mana yang termasuk ke dalam ecocentric dan tokoh mana yang termasuk anthropocentric.metod yang digunkan metode kulaitatif.Pada metode pengumpulan data, penulis memutuskan untuk memilih film Doraemon & Nobita and the Green Giant Legend karya Ayumu Watanabe, karena film tersebut adalah salah satu film yang mengandung wacana ecocriticism. Untuk itulah pemilihan film Doraemon & Nobita and the Green Giant Legend ini menjadi data primer untuk kemudian akan dikaji secara lebih mendalam. Selanjutnya, film tersebut dikaji dengan menggunakan ecocriticism dengan mengupas sebuah kritik terhadap film tersebut untuk menemukan hasil dan pembahasan baru yang terkandung di dalamnya. Ayumu Watanabe mengangkat isu ini ke dalam film sebagai bentuk kritik atas apa yang telah dia lihat dan saksikan pada apa yang terjadi pada bumi, yaitu pembalakan liar, pembakaran hutan, pembuangan sampah, dan lain sebagainya. diharapkan dengan adanya pengkajian mengenai film yang mengangkat isu ini, masyarakat lebih menyadari dan memahami bahwa alam adalah satu-satunya sumber kehidupan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. 
FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA YANG MEREPRESENTASIKAN FILM AS SOCIAL PRACTICE BAGI WANITA MUSLIMAH Syaiful Qadar Basri
SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4 No 2 (2018)
Publisher : LP2M Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.477 KB) | DOI: 10.30738/sosio.v4i2.2863

Abstract

Tujuan dari penelitian ini yakni Pertama, untuk mengkaji secara mendalam mengenai fungsi film sebagai media edukasi dan social practice bagi masyarakat Indonesia. Kedua, untuk mengetahui apakah tokoh Hanum, Fatma, dan Marion dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa  menjadi representasi seorang wanita muslimah yang memegang teguh ajaran agamanya, sekalipun berada di negara yang menganggap Islam masih menjadi agama minoritas.  Pada pengkajian analisis ini, peneliti memfokuskan pada film 99 Cahaya di Langit Eropa karya Guntur Soeharjanto yang rilis pada 29 November 2013. Film yang bergenre drama religi tersebut mengekspose nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita yang mengisahkan kehidupan seorang wanita muslimah bernama Hanum dan Fatma, dan bersetting di Indonesia, Austria, dan Perancis. Film 99 Cahaya di Langit Eropa, produser ingin memunculkan nilai edukasi dan social practice masyarakat ketika dihadapkan pada tayangan film yang bernilai religi dan sarat akan pesan-pesan sosial di dalamnya. Selain itu, di dalam film tersebut, setelah dikaji dengan menggunakan teori semiotika Barthes, ditemukan bahwa di film tersebut mengandung makna denotasi, konotasi, serta mitos yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Setiap film yang dimunculkan ke masyarakat tentu memiliki pesan tersirat yang ingin disampaikan. Bagaimana tokoh tersebut menempakan atau memposisikan dirinya sebagai muslimah yang taat pada agamanya di tengah negara yang memarjinalkan dirinya juga menjadi salah satu nilai yang ingin disampaikan kepada masyarakat agar mereka memahami lebih dalam lagi bahwa setiap film yang diciptakan tentu memiliki fungsinya tersendiri. Apakah film tersebut berfungsi sebagai seni atau hiburan, ataukah berfungsi sebagai media edukasi dan social practice bagi masyarakat.
STUDI ECOCRITICISM DALAM FILM “DORAEMON-NOBITA AND THE GREEN GIANT LEGEND” Syaiful Qadar Basri
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 24, No 1 (2019)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2035.78 KB) | DOI: 10.21831/hum.v24i1.20669

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk ecocriticism yang direpresentasikan dalam penggambaran alam di film Doraemon-Nobita and the Green Giant Legend dan mengetahui perspektif yang dimiliki oleh tokoh yang ada dalam film tersebut. Metode yang digunakan adalah metode kulitatif. Pemilihan film Doraemon Nobita and the Green Giant Legend sebagai data primer yang kemudian akan dikaji secara lebih mendalam. Film tersebut dikaji dengan menggunakan ecocriticism dengan mengupas sebuah kritik terhadap film tersebut untuk menemukan hasil dan pembahasan baru yang terkait dengan isu-isu lingkungan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam film tersebut terdapat dua perspektif yang muncul mengenai alam dan lingkungan, yaitu anthropocentric dan ecocentric.Ayumu Watanabe mengangkat isu ini ke dalam film sebagai bentuk kritik atas apa yang telah dia lihat dan saksikan terkait perusakan alam yang terjadi di bumi. Diharapkan dengan adanya pengkajian mengenai film yang mengangkat isu ini, masyarakat lebih menyadari dan memahami bahwa alam adalah satu-satunya sumber kehidupan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi.ECOCRITICISM STUDY IN “DORAEMON-NOBITA AND THE GREEN GIANT LEGEND” MOVIEThis study seeks to identify the form of ecocriticism as represented in the depiction of nature in “Doraemon-Nobita and the Green Giant Legend” movie and to describethe perspectives of the characters existed in the movie. The method used was qualitative method. The movie was selected as a primary data source since it contained ecocriticism discoursewhich then be examined indepth using ecocriticism analysis,a type of tools used tocriticize movies in order to find new results and discussion with regards to environmental concerns. The results revealed that there were two emerged perspectives vis-a-vis nature and the environment: anthropocentric and ecocentric. Ayumu Watanabe raised these issueswithinthe movie as a form of criticism of what he had seen and witnessed concerning the destruction of nature that occurred on the earth. Such analysis on movies was hoped to raise people’s awareness on these issues and to make them realizethat nature is the only source of life for all living beings on earth.