This Author published in this journals
All Journal EDUKASI
Umul Hidayati
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENDIDIKAN HOLISTIK INTEGRATIF DI RAUDLATUL ATHFAL (RA) Umul Hidayati
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan EDUKASI | Volume 15, Nomor 2, Agustus 2017
Publisher : Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32729/edukasi.v15i2.451

Abstract

AbstractThe number of ECD in Indonesia has grown rapidly, but very few are able to provide holistic and integrative services. Meanwhile, in order to keep an eye on the growth of children, it is necessary to provide holistic (comprehensive) ECDs covering all essential needs of children in an integrated way by providing more than one form of services (TPA / DC, KB / PG, TK / KG) while involving many parties in providing the services. This paper aims at fnding out the implementation of PAUD HI Program at RA YPIRA Bandung, to observe its implementation, its output, its supporting factor and its obstacles. This research was conducted by using qualitative method with phenomenology and socio-historical approach. The result shows that the implementation of PAUD HI at RA YPIRA is conducted through learning program, education service, health service and balanced nutrition, care and protection which run well and quite successfully, shown by the indicators of increasing development of children according to the age classification, including children with special needs (ABK); implementation of education groups RA, KB, TPA and ABK; implementation of health checks and fulfillment of balanced nutrition, implementation of child care programs through the implementation of TPA; and implementation of parenting activities on child protection and growth.AbstrakJumlah PAUD di Indonesia sangat banyak, namun masih sangat sedikit yang mampu memberikan layanan yang holisik dan terintegratif. Padahal untuk menjaga tumbuh kembang anak, diperlukan penyelenggaraan PAUD yang holistic (menyeluruh) mencakup seluruh kebutuhan esensial anak dan terintegratif (terpadu) dengan memberikan layanan pendidikan lebih dari satu bentuk layanan (TPA/DC, KB/PG, TK/KG), serta melibatkan banyak pihak terkait dalam memberikan layanan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui penyelenggaraan Program PAUD HI di RA YPIRA Kota Bandung, dilihatmpelaksanaannya, outputnya, faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi dan sosio historis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan PAUD HI di RA YPIRA yang dilakukan melalui program pembelajaran, layanan pendidikan, layanan kesehatan dan gizi seimbang, pengasuhan dan perlindungan, berjalan dengan baik dan cukup berhasil, dengan indikator meningkatnya perkembangan anak sesuai dengan tahapan usianya, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK); terselenggarakannya pendidikan kelompok RA, KB, TPA dan ABK; terlaksananya pemeriksaan kesehatan dan pemenuhan gizi seimbang, terlaksananya program pengasuhan anak melalui penyelenggaraan TPA; dan terlaksananya kegiatan parenting tentang perlindungan dan tumbuh kembang anak.
RESPON MADRASAH TERHADAP PELAKSANAAN SEKOLAH LIMA HARI DAN PENGEMBANGAN KARAKTER Umul Hidayati
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan Vol. 16 No. 3 (2018): EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
Publisher : Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32729/edukasi.v16i3.478

Abstract

AbstractThis research was conducted in responding to Minister of Education and Culture, Muhajir Effendi’s policy, regarding Five-Day School as a solution to the teachers’ complication in fulfilling the teaching compulsory for 24 hours a week, as a requirement to obtain professional allowance. The policy, that is supposed to provide solutions for the teacher’s complication, has led to current issues and polemic amongst the education experts and practitioners. Some of them have responded by giving supports, whilst some others are refusing by giving various reasons. This research was carried out, based on those various responses, to further study the response from madrasah (boarding school) to that policy. This research used qualitative method by applying phenomenology and socio-historical approach. Data collection was obtained through in-depth interview, Focus Group Discussion, and documentation studies. The results in this research showed that all stakeholders of MAN 1 Bogor have agreed to disagree with the policy of the five-day school implementation, due to the following aspects: 1) insufficient facilities and infrastructure, 2) very tight schedules/curriculum, 3) from the economic and geographic’s point of view, the society is not supporting the policy, 4) the religious culture in madrasah that has been steady, will be difficult to maintain.  In regard to that concern, madrasah is establishing a policy to strengthen the character building management. Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebijakan Kemendikbud Muhajir Effendi tentang Sekolah lima hari sebagai solusi terhadap kesulitan guru dalam memenuhi kewajiban mengajar 24 jam perminggu, sebagai syarat mendapatkan tunjangan profesi. Kebijakan yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi kesulitan guru tersebut, ternyata justru menimbulkan persoalan dan menjadi polemik hangat di kalangan pakar dan praktisi pendidikan, sebagian merespon kebijakan tersebut dengan mendukungnya dan sebagian justru menolak dengan alasan yang beragam. Munculnya respon yang beragam inilah, kemudian dilakukan penelitian dengan tujuan untuk melihat lebih jauh bagaimana respon madrasah terhadap kebijakan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi dan sosio historis. Pengumpulan data dilakukan melalui in-depth interview, Focus Group Discussion, dan documentation studies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh stakeholder MAN I Kota Bogor sepakat tidak menyetujui adanya kebijakan penyelenggaraan sekolah lima hari dengan alasan aspek sarana prasarana belum memadai, aspek kurikulum yang sangat padat, kondisi masyarakat pengguna dari segi ekonomi dan geografis yang tidak mendukung, dan kondisi budaya religius di madrasah yang sudah mapan akan sulit dipertahankan. Menyikapi hal ini, kebijakan yang akan dilakukan madrasah ke depan adalah memperkuat penyelenggaraan pendidikan karakter.