Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pelatihan Penggunaan Metode Mengajar Remaja di Masa Pandemi Covid-19 di HKBP Resort Jatisampurna Bekasi Desi Sianipar; Stanley Rambitan; Wellem Sairwona; Yunardi Kristian Zega
JURNAL Comunità Servizio : Jurnal Terkait Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, terkhusus bidang Teknologi, Kewirausahaan dan Sosial Kemasyarakatan Vol. 2 No. 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/cs.v2i2.1963

Abstract

Metode mengajar merupakan cara atau alat yang digunakan oleh para pendidik untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan pembelajaran, agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Dengan demikian, gereja perlu menyediakan para pendidik, khususnya pendidik remaja yang berkualitas, salah satu kualitas yang harus dimiliki oleh para pendidik remaja adalah mampu menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan remaja, khususnya di masa pandemi covid-19 sekarang ini. Oleh karena itu, kegiatan ini dirancang untuk membantu para pembina remaja dalam penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan remaja dan untuk meningkatkan keterampilan bagi para pendidik dalam mengajar remaja di masa pandemi Covid-19. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah menghasilkan para pembina remaja yang dapat memahami metode mengajar khususnya dalam Alkitab, metode mengajar secara luring, prinsip-prinsip dalam pemilihan metode mengajar dan cara mengajar remaja yang kreatif di masa pandemi Covid-19 dengan penggunaan metode pembelajaran daring. Kata kunci: Pelatihan, Metode Mengajar, Pandemi Covid-19, dan Remaja.
“PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK) YANG MENEMBUS BATAS”: (SUATU KAJIAN MASA DEPAN PAK DI INDONESIA MEMASUKI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN) Wellem Sairwona
Jurnal Shanan Vol. 1 No. 1 (2017): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.886 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v1i1.1469

Abstract

Dampak dari kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tidak hanya terjadi pada aliran bebas barang di antara negara-negara ASEAN, tetapi juga terjadi arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus bebas tenaga kerja terampil, dan arus bebas modal. Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang menghasilkan seorang yang profesional di bidang PAK, seperti tenaga pendidik di sekolah (guru), di perguruan tinggi (dosen) dan di gereja (Pendeta) mau tidak mau harus mulai disiapkan untuk menghadapi arus bebas tenaga kerja terampil. Meskipun baru delapan profesi yang sudah disepakati dalam perjanjian MEA, yakni: insinyur, arsitek, dokter, dokter gigi, perawat, surveyor, akuntan dan pekerja wisata, namun profesi-profesi lain, termasuk Profesi Pendidik PAK, harus mulai mempersiapkan dirinya. Makalah ini mencoba untuk menginventarisir tiga masalah besar yang dapat membatasi pergerakan bebas PAK di dalam MEA, yaitu: keterbatasan orientasi lulusan PAK, keterbatasan kurikulum PAK dan keterbatasan bidang kajian di dalam PAK. Oleh karena itu, makalah ini akan mengajak kita untuk melihat kembali hakikat PAK secara teologis dan filosofis, serta berusaha untuk mendefinisikan ulang PAK di dalam konteks MEA, agar tenaga profesional yang dihasilkan oleh Prodi PAK dapat terlibat di dalam pergerakan MEA, bahkan bersaing dengan tenaga profesional yang lain. Selanjutnya, makalah ini menawarkan beberapa alternatif jalan keluar yang dapat dilakukan oleh PAK di dalam menerobos batasan-batasan yang ada. Makalah ini merupakan hasil studi literatur terhadap pemikiran PAK dari beberapa tokoh PAK dan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Republik Indonesia di dalam mengatur Prodi PAK, serta analisis teologis-filosofis terhadap dampak dari kedua hal tersebut di dalam perkembangan PAK di Indonesia, khususnya dalam memasuki MEA. Kata Kunci: Hakikat Pendidikan Agama Kristen (PAK), Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Kurikulum PAK, Profesi Pendidik PAK.
KAJIAN TEOLOGIS PENYAMPAIAN FIRMAN TUHAN DAN PENGARUHNYA BAGI PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT Wellem Sairwona
Jurnal Shanan Vol. 1 No. 2 (2017): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.646 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v1i2.1497

Abstract

Pemberitaan Firman Tuhan dalam sebuah komunitas kristiani di tingkat lokal ataupun regional sangat dimungkinkan untuk ditelaah dan diamati pengaruhnya terhadap pertumbuhan iman jemaat. Pemberitaan Firman Tuhan adalah pemberitaan tentang kasih dan kuasa Allah di dalam Alkitab kepada sesama manusia di dalam konteks kehidupan berjemaat, pada masa kini. Pertumbuhan iman jemaat adalah kualitas persekutuan jemaat secara pribadi dengan Kristus sebagai Kepala Gereja dan kualitas persekutuan jemaat dengan sesamanya. Jadi pertumbuhan iman memiliki dimensi vertikal sebagai sumber pertumbuhan iman secara pribadi dan dimensi horizontal sebagai sumber kesaksian kepada sesama.Penelitian ini membuktikan bahwa pemberitaan Firman sangat penting bahkan merupakan suatu yang ultima bagi pembentukan akhlak jemaat di dalam usaha menuju keserupaan dengan Kristus. Disamping itu, pembenahan cara hidup yang terus menerus diperbaharui di dalam Roh Kudus hanya mungkin lewat asupan Firman Tuhan yang didengar. Oleh karena pertumbuhan iman seseorang dan pertumbuhan iman komunitas adalah anugerah Allah, maka tugas dari umat beriman adalah menjaga anugerah itu di dalam hidup yang disiplin dan taat kepada Firman Tuhan.Penelitan menyimpulkan bahwa hubungan antara pemberitaan Firman Tuhan dan persekutuan jemaat dengan pertumbuhan iman jemaat adalah bersifat logis, spiritual dan adikodrati. Penelitan juga menyimpulkan bahwa dampak dari pemberitaan Firman Tuhan dan persekutuan jemaat terhadap pertumbuhan iman warga jemaat adalah bersifat positif, rasional dan Alkitabiah.Kata Kunci: Pemberitaan Firman, Pertumbuhan Iman, Persekutuan Jemaat, Kesaksian.
DESKRIPSI PRAKTIK OKULTISME DI KALANGAN REMAJA SUKU DAYAK MAANYAN DI GEREJA SIDANG-SIDANG JEMAAT ALLAH (GSJA) WILAYAH KABUPATEN BARITO TIMUR KALIMANTAN TENGAH Demsy Jura; Wellem Sairwona
Jurnal Shanan Vol. 2 No. 2 (2018): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/shanan.v2i2.1534

Abstract

Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau besar yang ada di Indonesia, dan wilayah yang didiami oleh masyarakat suku Dayak ini sangat kental dengan tradisi keyakinan tradisonal dengan berbagai upacara keagamaan yang ada. Agama asli orang Dayak adalah Kaharingan, dan dalam kepercayaan agama ini, sosok Tuhan berbeda sebutannya karena bergantung pada wilayah, misalnya untuk kawasan Barito, Tuhan Kaharingan disebut Yustu Ha Latalla, sedangkan di Kotawaringin Barat disebut Sanghyang Dewata. Namun demikian, mayoritas pemeluk Kaharingan menyebut pencipta sebagai Ranying Hatalla Langit yang kalau diartikan adalah Kuasa yang Maha Besar. Dalam kehidupan kesehariannya, masyarakat Dayak percaya kepada roh-roh inilah yang di-yakini dengan kuar; walaupun kekristenan telah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Orang Dayak yang terdiri dari sejumlah sub-suku; memiliki tradisi leluhur yang seringkali terhubung dengan penyembahan pada roh-roh leluhur. Secara khusus masyarakat Dayak Maayan, beberapa istilah yang berhubungan dengan penyembahan terhadap roh leluhur, diantaranya: Wadian atau Balian yaitu orang yang menjadi pemimpin ritual dalam beberapa upacara adat Dayak. Damang atau Damung adalah pemimpin atau tokoh masyarakat adat Dayak Maanyan. Mantir adalah tetua adat atau kepala suku atau kepala adat yang dihormati di tengah masyarakat Dayak Maanyan. Wadian Matei adalah pemimpin ritual dalam upacara kematian suku Dayak Maanyan. Wadian Welum adalah pemimpin ritual dalam upacara pengucapan syukur. Datu Tunyung adalah surga dalam kepercayaan suku Dayak Maanyan. Talamana Tuah Hukat adalah Tuhan dalam kepercayaan suku Dayak Maanyan dan juga sering di-sebut Alatala. Kariau adalah roh-roh atau makhluk halus. Adiau adalah roh orang yang sudah me-ninggal. Kebanyakan orang Dayak Maayan masih setia menjalankan tradisi leluhur itu. Demikian juga dengan sejumlah ritual keagamaan seperti Ipaket. Masyarakat Dayak Maanyan percaya bahwa kematian adalah sebuah awal perpindahan atau perjalanan roh (adiau atau amirue) ke kemuliaan dunia baru (tumpuk adiau) yang subur, damai, tentram, kaya raya di mana di sana ada kesempurnaan. Itulah sebabnya ada upacara khusus bagi mereka yang meninggal dunia. Upacara kematian yang lengkap dalam tradisi Suku Dayak Maanyan disebut Marabia, Ijambe dan Ngadatonuntuk. Upacara iniharus di-laksanakan secara lengkap menurut adat agar sampai ke Datu Tunyung atau sorga; dan jika tidak dilakukan secara lengkap, maka arwah atau adiau bisa gentayangan, dan hal inilah yang ditakuti oleh mereka yang masih hidup Kehadiran gereja di kalangan Dayak Maayan, sedikit memberi perubahan dalam pola pikir mereka. Upacara yang berkaitan dengan penyembahan terhadap leluhur mulai disentuh dengan kebenaran Alkitab. Bahaya akan praktik Okultisme terus disampaikan, namun hal itu juga terus berlangsung. Itulah sebabnya penelitian ini hendak menyampaikan data mengenai deskripsi praktik Okultisme yang dilakukan para remaja gereja di Gereja Sidang Jemaat Allah. Penelitian ini hendak membuktikan hal apa saja yang dipraktikkan dan seberapa besar peran gereja dalam membina kehidupan rohani anggota jemaatnya.Kata Kunci: Deskripsi, Okultisme, Agama Kaharingan, Remaja
Reciprocal Relationship between Lecturer Performance and Implementation UKI’s Values at Universitas Kristen Indonesia Dirk Roy Kolibu; Wellem Sairwona
International Journal of Science and Society Vol 3 No 3 (2021): International Journal of Science and Society (IJSOC)
Publisher : GoAcademica Research & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (837.897 KB) | DOI: 10.54783/ijsoc.v3i3.365

Abstract

The implementation of the values of Universitas Kristen Indonesia (UKI) is important to be applied and implemented in the education process to develop the quality of the lecturer's character so that its implementation can be seen through the behaviour that is reflected in a person which is a combination of all good values, including behaviour that must look like: humility, sharing and caring, discipline, professional, responsibility, and integrity. The benchmark is the courage to change its performance to become a positive and constructive work culture. This study uses a quantitative research design with a casual and interactive approach. This study found that: there is a positive and significant relationship between lecturer performance and the implementation of UKI values. The correlation coefficient is 0.612, determination is 37.4%, t-count (5,068) > (2,000), and the regression equation = 19.975 + 0.528X₁. The reciprocal relationship between lecturer performance and the implementation of UKI values is significant or positive. The higher the level of implementation of the UKI values, the higher the lecturer's performance. On the other hand, the higher the performance of the lecturers, the more they support the implementation of the UKI values. The conclusion is that implementing UKI values in academic activities or academic support will develop character qualities or personal qualities, which tend to determine the quality of one's relationships with other people and their relationship with the environment in which they are located.
Evaluasi Program Sekolah Minggu Dengan Menggunakan Model Evaluasi CSE-UCLA Desi Sianipar; Wellem Sairwona; Esti Regina Boiliu
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v8i2.1073

Abstract

Abstract. As a form of non-formal education, Sunday School should also undergo evaluation procedures like educational programs in general. The results of this evaluation are very useful as information and a basis for developing the program in the future. Currently, there are many program evaluation models that can be utilized by program managers. One of them is the CSE-UCLA model. Therefore, the aim of this research is to see the effectiveness of using the CSE-UCLA model evaluation approach to evaluate the Sunday School program. The research method used in this research is a qualitative method. The result of the research showed that the CSE-UCLA evaluation model can be effectively used to evaluate educational programs, including education that has a religious spiritual atmosphere.Abstrak. Sebagai satu bentuk pendidikan nonformal, Sekolah Minggu semestinya juga menjalani prosedur evaluasi sebagaimana program pendidikan pada umumnya. Hasil evaluasi tersebut sangat berguna sebagai informasi dan pijakan dalam pengembangan program tersebut di masa yang akan datang. Pada masa kini ada banyak model evaluasi program yang dapat dimanfaatkan oleh pengelola program. Salah satu di antaranya adalah model CSE-UCLA. Karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas penggunakan pendekatan evaluasi model CSE-UCLA untuk mengevaluasi program Sekolah Minggu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model evaluasi CSE-UCLA dapat secara efektif digunakan untuk mengevaluasi program pendidikan, termasuk pendidikan yang bernafaskan spiritual keagamaan.