Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Peningkatan Pemahaman tentang Komitmen Melayani Karyawan Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) Klasis Jakarta Bagian Timur Desi Sianipar; Wahyu A. Rini; Demsy Jura
JURNAL Comunità Servizio : Jurnal Terkait Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, terkhusus bidang Teknologi, Kewirausahaan dan Sosial Kemasyarakatan Vol. 1 No. 1 (2019): APRIL
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/cs.v1i1.970

Abstract

Karyawan yang bekerja di gereja perlu mendapatkan pembinaan secara berkala, khususnya menyangkut komitmen mereka dalam melayani di lingkungan gereja. Dengan adanya pembinaan mengenai hal ini, semangat dan produktivitas mereka dapat ditingkatkan. Untuk itu, kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang komitmen melayani berdasarkan ajaran dalam Alkitab pada karyawan Kristen di lingkungan Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) klasis Jakarta Bagian Timur. Metode yang digunakan adalah seminar dan kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Hasil dari kegiatan ini adalah karyawan merasakan bahwa seminar ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman mereka mengenai makna komitmen melayani menurut iman Kristen, dan mereka termotivasi untuk melakukan pelayanan yang lebih baik lagi. Hal ini terlihat dari antusiasme mereka dalam sesi tanya jawab, diskusi, dan hasil angket yang mereka isi setelah selesai kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Mereka juga mengusulkan supaya kegiatan pembinaan yang bertujuan meningkatkan komitmen mereka dalam melayani diadakan secara berkala oleh GKJ Klasis Jakarta Bagian Timur. Kata Kunci: komitmen melayani Abstract Employees who work in the church need to get regular guidance, especially regarding their commitment to serving in the church environment. With the guidance on this matter, their enthusiasm and productivity can be improved. For this reason, Community Service activities (PkM) aim to provide knowledge about the commitment to serve based on the teachings in the Bible to Christian employees in the Javanese Christian Church (GKJ) East Jakarta area. The method used is a seminar and then followed by question and answer and discussion. The results of this activity are that employees feel that this seminar is very useful to improve their understanding of the meaning of commitment to serve according to the Christian faith, and they are motivated to do better service. This can be seen from their enthusiasm in the question and answer session, discussion, and the results of the questionnaire they filled in after the community service activities were completed. They also proposed that coaching activities aimed at increasing their commitment in service be held regularly by GKJ Klasis Timur Jakarta. Keywords: commitment to serve
MENGENAL PENULIS KITAB YAKOBUS DAN PENGAJARANNYA Demsy Jura
Jurnal Shanan Vol. 1 No. 1 (2017): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.569 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v1i1.1482

Abstract

Salah satu kitab yang terdapat dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru adalah Kitab Yakobus, di mana kitab ini sempat menjadi pokok pembicaraan hangat di kalangan teolog Kristen berkaitan dengan keabsahannya. Informasi mengenai hal ini akan terungkap ketika seseorang melakukan kajian khusus mengenai Kitab Yakobus, dan haruslah diakui bahwa dari beberapa kitab yang ada dalam Alkitab, nyata sekali Kitab Yakobus menjadi salah satu kitab yang menjadi pokok perbincangan yang cukup serius berkaitan dengan keabsahan kitab ini. Apakah kitab ini bisa atau tidak masuk dalam bagian dari Alkitab yang telah diterima dalam kanonisasi1masa gereja mula-mula.
KAJIAN SOTERIOLOGI DALAM TEOLOGI UNIVERSALISME, CALVINISME, DAN ARMINIANISME SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Demsy Jura
Jurnal Shanan Vol. 1 No. 2 (2017): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.047 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v1i2.1484

Abstract

Soteriologi adalah konsep penting dalam kajian teologi Kristen. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu kata sótérios (ζωηήριον) yang artinya Keselamatan. Kata sótérios (ζωηήριον) ini berasal dari dua kata yaitu: sótér (ζωηήρ) yang berarti Penyelamat dan logia (λόγια) adalah Perkataan. Dengan demikian maka dalam segi etimologi, kata Soteriologi berarti ajaran tentang keselamatan manusia.Berdasarkan kajian hermeneutika, ada beberapa teori yang berkaitan dengan soteriologi. ikut memberi warna dalam kajian teologi tentang doktrin keselamatan ini. Walaupun doktrin Soteriologi Kristen terdiri atas beberapa kelompok dengan tekanan keyakinannya masing-masing, namun kesemuanya itu tidak mengabaikan peran Yesus Kristus sebagai juruselamat umat manusia.Kelompok Universalisme Kristen yang percaya bahwa keselamatan itu bersifat universal; artinya pada akhirnya semua orang diselamatkan. Kelompok Calvinisme yang menekankan aspek Kedaulatan Allah, sangat tegas menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah juruselamat dunia; dan melaluiNya, setiap orang yang terpilih sejak masa kekekalan itu akan diselamatkan karena iman dan kepercayaannya akan Tuhan Yesus Kristus, dan kaum Armenianisme dengan tekanan Kehendak Bebas, dimana aspek manusia dipandang menentukan keselamatannya namun jalannya tetap ada didalam Yesus Kristus. Kelompok Armenianisme percaya bahwa manusia berkehendak bebas dan itu asalnya dari Tuhan, dan dalam kehendak bebas itulah maka seseorang terselamatkan karena ia percaya kepada Kristus. Walaupun memiliki teori dan tekanan yang berbeda dalam argumentasi soteriologi-nya, yaitu bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat umat manusia.Soteriologi Kristen yang muncul sebagai bagian dari hasil kajian hermeneutika para ahli teologi itu, sesungguhnya mampu memperkaya nuansa teologi seseorang, termasuk para guru yang terlibat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK). Studi teologi Soteriologi yang beragam tersebut tidaklah perlu dipermasalahkan sebab intissari dari Soteriologi Kristen tidak digugat sama sekali. Keselamatan hanya ada dalam diri Yesus Kristus merupakan keputusan bersama dan final. Itulah sebabnya, pembelajaran Pendidikan Agama Kristen harus tetap berjalan sebagaimana mestinya. Ajaran bahwa keselamatan hanya melalui Yesus Kristus menjadi pokok dalam studi Soteriologi dan hal itu wajib dijabarkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.Kata Kunci: Arminianisme, Calvinisme, Pendidikan Agama Kristen, Soteriologi, Teologi, Universalisme
TEOLOGI RELIGIONUM: DILEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENENTUKAN SIKAP KEIMANAN Demsy Jura
Jurnal Shanan Vol. 2 No. 1 (2018): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.888 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v2i1.1501

Abstract

Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang memiliki kemampuan untuk mengenal hal yang berifat religius; kenyataan ini membuat ia menjadi mahluk yang berkemampuan dalam memahami Tuhan dengan segala aspek-aspek ilahi yang ada didalamnya. Hal ketuhanan pada akhirnya memberikan inspirasi kepada manusia dalam menjalani kehidupan yang lebih bermartabat, melalui keyakinan keagamaan yang dimilikinya. Dengan demikian maka kemampuan dalam memahami agama, telah menempatkan manusia poda posisi yang lebih tinggi dari mahluk lainnya.Keyakinan keagaman menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan umat manusia; itulah sebbanya melalui hal keyakinan inilah maka seseorang perlu membangun hubungan yang harmonis diantara sesama. Upaya membangun hubungan yang harmonis diantara para pemeluk agama terus diupayakan ditengah-tengah gencarnya gerakan fundamentalisme dan fanatisme para pengikut atas agama yang dianutnya. Upaya dialog antar umat beragama merupakan salah satu cara untuk meredam kekisruan terebut.Teologi Religionum merupakan cabang ilmu teologi yang membahas bagaimana respons teologi kekristenan terhadap fakta pluralisme agama diluar agama Kristen. Tujuan dari teologi religionum ini adalah bagaimana kekristenan melihat dan memberikan penilaian teologis terhadap agama-agama lain. Masing-masing agama memiliki keunikannya tersendiri dan perlu dihargai eksistensinya; itulah sebabnya diperlukan suatu cara untuk hal yang dimaksud.Tipologi Tripolar merupakan sebuah istilah yang akrab dengan studi agama-agama, dan juga berkaitan dengan perkembangan teologi religionum. Tipologi Tripolar bermaksud memberikan penjelasan terperinci mengenai teologi religionum yang dimaksudkan tersebut. Tipologi yang dimaksudkan tersebut itu digunakan sebagai standar di dalam studi teologi agama-agama, dan hingga kini masih banyak dipakai dalam diskursus teologi agama-agama. Tipologi Tripolar digunakan untuk memetakan beragam pendekatan para teolog dan non-teolog Kristen mengenai relasi kekristenan dengan agama-agama lain. Pemetaan ini didasarkan pada kesamaan dan perbedaan cara pandang mereka terhadap agama-agama lain di luar Kristen. Alan Race mempopulerkan istilah Tipologi Tripolar yang menunjuk kepada tiga hal pokok dalam membahas teologi agama-agama yang dimaksud, yaitu: eksklusivisme, Inklusivisme dan Pluralisme.Berkaitan dengan Pendidikan Agama Kristen (PAK), maka kehadiran teologi religionum menjadi dilematika dalam pelaksanaan PAK; sebab PAK menuntut pengakuan mutlak bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat umat manusia. Apapun alasan yang dipergunakan dalam membangun jembatan komunikasi dengan sesama pemeluk agama; PAK memberikan sikap yang jelas berkaitan dengan posisi keimanan orang percaya. Jadi hubungan dengan sesama pemeluk agama wajib dijaga dalam konteks fakta kemajemukan dalam masyarakat, namun keyakinan iman kepada Kristus tidak bisa diabaikan begitu saja.Kata Kunci: Dilematika, Keimanan, Pendidikan Agama Kristen, Teologi Religionum,
DESKRIPSI PRAKTIK OKULTISME DI KALANGAN REMAJA SUKU DAYAK MAANYAN DI GEREJA SIDANG-SIDANG JEMAAT ALLAH (GSJA) WILAYAH KABUPATEN BARITO TIMUR KALIMANTAN TENGAH Demsy Jura; Wellem Sairwona
Jurnal Shanan Vol. 2 No. 2 (2018): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/shanan.v2i2.1534

Abstract

Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau besar yang ada di Indonesia, dan wilayah yang didiami oleh masyarakat suku Dayak ini sangat kental dengan tradisi keyakinan tradisonal dengan berbagai upacara keagamaan yang ada. Agama asli orang Dayak adalah Kaharingan, dan dalam kepercayaan agama ini, sosok Tuhan berbeda sebutannya karena bergantung pada wilayah, misalnya untuk kawasan Barito, Tuhan Kaharingan disebut Yustu Ha Latalla, sedangkan di Kotawaringin Barat disebut Sanghyang Dewata. Namun demikian, mayoritas pemeluk Kaharingan menyebut pencipta sebagai Ranying Hatalla Langit yang kalau diartikan adalah Kuasa yang Maha Besar. Dalam kehidupan kesehariannya, masyarakat Dayak percaya kepada roh-roh inilah yang di-yakini dengan kuar; walaupun kekristenan telah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Orang Dayak yang terdiri dari sejumlah sub-suku; memiliki tradisi leluhur yang seringkali terhubung dengan penyembahan pada roh-roh leluhur. Secara khusus masyarakat Dayak Maayan, beberapa istilah yang berhubungan dengan penyembahan terhadap roh leluhur, diantaranya: Wadian atau Balian yaitu orang yang menjadi pemimpin ritual dalam beberapa upacara adat Dayak. Damang atau Damung adalah pemimpin atau tokoh masyarakat adat Dayak Maanyan. Mantir adalah tetua adat atau kepala suku atau kepala adat yang dihormati di tengah masyarakat Dayak Maanyan. Wadian Matei adalah pemimpin ritual dalam upacara kematian suku Dayak Maanyan. Wadian Welum adalah pemimpin ritual dalam upacara pengucapan syukur. Datu Tunyung adalah surga dalam kepercayaan suku Dayak Maanyan. Talamana Tuah Hukat adalah Tuhan dalam kepercayaan suku Dayak Maanyan dan juga sering di-sebut Alatala. Kariau adalah roh-roh atau makhluk halus. Adiau adalah roh orang yang sudah me-ninggal. Kebanyakan orang Dayak Maayan masih setia menjalankan tradisi leluhur itu. Demikian juga dengan sejumlah ritual keagamaan seperti Ipaket. Masyarakat Dayak Maanyan percaya bahwa kematian adalah sebuah awal perpindahan atau perjalanan roh (adiau atau amirue) ke kemuliaan dunia baru (tumpuk adiau) yang subur, damai, tentram, kaya raya di mana di sana ada kesempurnaan. Itulah sebabnya ada upacara khusus bagi mereka yang meninggal dunia. Upacara kematian yang lengkap dalam tradisi Suku Dayak Maanyan disebut Marabia, Ijambe dan Ngadatonuntuk. Upacara iniharus di-laksanakan secara lengkap menurut adat agar sampai ke Datu Tunyung atau sorga; dan jika tidak dilakukan secara lengkap, maka arwah atau adiau bisa gentayangan, dan hal inilah yang ditakuti oleh mereka yang masih hidup Kehadiran gereja di kalangan Dayak Maayan, sedikit memberi perubahan dalam pola pikir mereka. Upacara yang berkaitan dengan penyembahan terhadap leluhur mulai disentuh dengan kebenaran Alkitab. Bahaya akan praktik Okultisme terus disampaikan, namun hal itu juga terus berlangsung. Itulah sebabnya penelitian ini hendak menyampaikan data mengenai deskripsi praktik Okultisme yang dilakukan para remaja gereja di Gereja Sidang Jemaat Allah. Penelitian ini hendak membuktikan hal apa saja yang dipraktikkan dan seberapa besar peran gereja dalam membina kehidupan rohani anggota jemaatnya.Kata Kunci: Deskripsi, Okultisme, Agama Kaharingan, Remaja
DESAIN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN UNTUK IBADAH YANG BERORIENTASI PADA ETOS KERJA KRISTEN BAGI PEGAWAI PEMERINTAH DI BALAI KOTA PROPINSI DKI JAKARTA Solmeriana Sinaga; Demsy Jura
Jurnal Shanan Vol. 3 No. 2 (2019): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.69 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v3i2.1577

Abstract

Kurikulum merupakan sebuah alat yang digunakan untuk melihat sejauh mana proses pembelajaran yang mampu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Kurikulum tidak terlepas dari sebuah proses pembelajaran serta pengalaman dalam belajar itu sendiri. Dalam hal ini kurikulum tidak hanya diperlukan dalam pendidikan formal, namun dalam pendidikan informal sekalipun sangat dibutuhkan, sebab kurikulum juga merupakan pondasi yang kuat dalam sebuah pembelajaran di dunia pendidikan.Penelitian ini bertujuan untuk mendesain kurikulum pendidikan agama Kristen untuk ibadah yang berorientasi pada etos kerja Kristen bagi pegawai pemerintah di Balai Kota Propinsi DKI Jakarta. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sampel ditetapkan menggunakan model sampel bertujuan (purposive sampling). Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang pegawai Kristen yang terdiri pengurus ibadah dan peserta ibadah. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, sedangkan teknik analisis data menggunakan model deskripsi analisis.Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pemahaman para pengurus tentang kurikulum pendidikan agama Kristen sudah memadai dan pemahaman pengurus ibadah dan peserta ibadah tentang etos kerja Kristen dan ibadah juga sudah memadai. Penelitian ini dapat memberi gambaran tentang desain kurikulum pendidikan agama Kristen untuk ibadah yang berorientasi dalam meningkatkan etos kerja Kristen. Hasil temuan penulis ialah kurikulum pendidikan agama Kristen sangat penting untuk diterapkan dalam ibadah yang berlangsung setiap hari Jumat pada pemerintah di Balai Kota Propinsi DKI Jakarta.Kata Kunci: Desain, Kurikulum, Pendidikan Agama Kristen (PAK), Ibadah, Etos Kerja Kristen.
Community Learning Motivation to Join the School Package C Equivalently High School Education (Research at Foundation PKBM Imam Syafe'i, Bandung) Lamhot Naibaho; Demsy Jura; Afdaleni Afdaleni
ijd-demos Volume 4 Issue 1 (2022)
Publisher : HK-Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37950/ijd.v4i1.209

Abstract

AbstractEducation is one of the most important things in people's life. But to be able to carry out an education well, of course everyone and even society must have certain obstacles. Even these obstacles can make someone and society who want to be educated stop in the middle of the road. Dropout cases are getting bigger and bigger in the community, the occurrence of dropping out of school is certainly caused by several factors and backgrounds. The interesting thing is that when these factors and backgrounds have occurred, they can again generate motivation to learn in the community. And the people's motivation to learn also occurs because of two things. Namely because of intellectual or material reasons alone.Keywords: Education, Motivation to Learn and Drop Out of School. AbstrakPendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Namun untuk dapat menyelenggarakan suatu pendidikan dengan baik, tentunya setiap orang bahkan masyarakat pasti memiliki hambatan tertentu. Bahkan rintangan tersebut dapat membuat seseorang dan masyarakat yang ingin dididik berhenti di tengah jalan. Kasus putus sekolah semakin besar di masyarakat, terjadinya putus sekolah tentunya disebabkan oleh beberapa faktor dan latar belakang. Hal yang menarik adalah ketika faktor dan latar belakang tersebut terjadi, maka dapat kembali membangkitkan motivasi belajar di masyarakat. Dan motivasi belajar seseorang juga terjadi karena dua hal. Yaitu karena alasan intelektual atau materi semata.Kata kunci: Pendidikan, Motivasi Belajar dan Putus Sekolah
Analysis of the Urgency of the Application of Social and Cultural Elements in the Early Childhood Education Sector Ni Putu Listiawati; Demsy Jura; Margaret Stevani; Mohammad Abdul Mukhyi
ijd-demos Volume 4 Issue 1 (2022)
Publisher : HK-Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37950/ijd.v4i1.234

Abstract

AbstractEducation is very important, and very helpful in the growth and development of the human brain. That's why education should be given to humans from an early age. Because at that age, humans are still very easy to learn something. The social and cultural system becomes a form of the totality of values in society. Good social order values, behavior, and so on.  The social and cultural system is also an embodiment of the community itself, so it is very important for the community in it to know, study and also instill the social and cultural values of the community where they live. However, because culture has several unwritten forms and is so numerous, it will be very difficult to remember and practice all of them for people who are adults and already have a certain mind-bearing burden. An effective way for this culture to be attached to a person's personality is to introduce and teach it to individuals from an early age. Culture needs to be taught to children at an early age so that they do not get along and have bad habits in social relationships. However, it is unfortunate that education with social and cultural elements is not significant and still has a small portion. There are still many PAUD, Kindergarten, Play Group, and other early childhood education institutions that have not implemented it optimally. They mostly focus on how to raise children and teach them to read, write and count. Meanwhile, after the children enter Elementary School (SD), it becomes less and less difficult for them to learn materials with social and cultural elements.Keywords: Social, Culture, Early Childhood Education AbstrakPendidikan sangat penting, dan sangat membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan otak manusia. Karena itulah pendidikan harus diberikan kepada manusia sejak dini. Karena pada usia tersebut, manusia masih sangat mudah mempelajari sesuatu. Sistem sosial budaya menjadi bentuk totalitas nilai dalam masyarakat. Tatanan sosial yang baik nilai, perilaku, dan sebagainya. Sistem sosial budaya juga merupakan perwujudan dari masyarakat itu sendiri, sehingga sangat penting bagi masyarakat di dalamnya untuk mengetahui, mempelajari dan juga menanamkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat tempat mereka tinggal. Namun, karena budaya memiliki beberapa bentuk yang tidak tertulis dan jumlahnya sangat banyak, maka akan sangat sulit untuk mengingat dan mempraktikkan semuanya bagi orang yang sudah dewasa dan sudah memiliki beban pikiran tertentu. Cara efektif agar budaya ini melekat pada kepribadian seseorang adalah dengan mengenalkan dan mengajarkannya kepada individu sejak dini. Budaya perlu diajarkan kepada anak sejak dini agar tidak bergaul dan memiliki kebiasaan buruk dalam pergaulan. Namun sangat disayangkan pendidikan dengan unsur sosial budaya tidak signifikan dan masih memiliki porsi yang kecil. Masih banyak PAUD, TK, Play Group, dan lembaga pendidikan anak usia dini lainnya yang belum melaksanakannya secara optimal. Mereka kebanyakan fokus pada bagaimana membesarkan anak-anak dan mengajari mereka membaca, menulis, dan berhitung. Sementara itu, setelah anak-anak memasuki Sekolah Dasar (SD), mereka semakin sulit untuk mempelajari materi-materi yang mengandung unsur sosial budaya.Kata kunci: Sosial, Budaya, Pendidikan Anak Usia Dini
The Existence of Crocodile Bread at the Betawi Community Wedding’s Offerings in Christian Education Perspective Liauw Fidelia Lesmana; Demsy Jura
International Journal of Science and Society Vol 4 No 4 (2022): International Journal of Science and Society (IJSOC)
Publisher : GoAcademica Research & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/ijsoc.v4i4.576

Abstract

The use of crocodile bread is very important as part of the offerings at the Betawi traditional wedding ceremony. The 'Seserahan' event is a series that must exist at the wedding where the groom is the giver of material to the bride with a symbolic meaning. In general, the Betawi people believe that the crocodile is an animal with a symbol of loyalty. This article attempts to describe the existence of crocodile bread in a series of 'Seserahan' at Betawi weddings. Crocodile bread is seen as a symbol of the loyalty of the two parties who agreed to build a household and this principle is believed to this day. The study of the existence of crocodile bread in the Betawi people's wedding ceremony, which is viewed from the perspective of Christian education, is expected to provide enlightenment for those who want to observe this local wisdom so that they can add cultural insight. By using a descriptive approach, it is hoped that this study will provide the information needed when discussing the existence of this crocodile bread. Christian education conveys educative information so that people can understand the existence of crocodile bread responsibly based on Christian values.
Ecotheology and Analysis of Christian Education in Overcoming Ecological Problems Posman Pangihutan; Demsy Jura
International Journal of Science and Society Vol 5 No 1 (2023): International Journal of Science and Society (IJSOC)
Publisher : GoAcademica Research & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/ijsoc.v5i1.621

Abstract

Various environmental problems have become a central focus recently and are expected to increase in the coming years. God's command to Adam and Eve to fill and dominate the earth was not intended to exploit natural resources. As stated in Genesis 1:28,31; 2:15, one of God's purposes for creating humans is to inhabit, rule, and maintain the universe as a sustainable place to live. The method used in this study is a qualitative method with a review of literature on ecotheology and analysis of Christian Religious Education in overcoming ecological problems. The basis for understanding environmental theology (ecotheology) is the awareness that the environmental crisis is not only a secular problem, but also a serious religious problem, because it stems from religious misunderstandings about life. Through environmental theology, a review is carried out on religious understandings in society, especially regarding the position of humans and their responsibilities in relation to the nature that has been inhabited. The environment is a very important subject to pay attention to and of course it must get special attention within the learning and application of Christian Religious Education.