Eriyanto Yusnawan
Indonesian Legumes and Tuber Crops Research Institute Jl. Raya Kendalpayak Km 8, Kotak Pos 66 Malang, East Java 65101

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Ketahanan Beberapa Genotipe Kacang Tanah terhadap Penyakit Karat (Puccinia arachidis) dan Bercak Daun (Cercosporidium personatum) Emerensiana Uge; Joko Purnomo; Eriyanto Yusnawan
Buletin Palawija Vol 18, No 2 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 2, 2020
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v18n2.2020.p74-82

Abstract

Pertumbuhan tanaman kacang tanah seringkali menghadapi kendala  biotik antara lain infeksi karat dan bercak daun akhir yang disebabkan oleh jamur Puccinia arachidis dan Cercosporidium personatum. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi ketahanan 24 genotipe kacang tanah terhadap penyakit karat dan bercak daun dengan cara inokulasi kedua patogen tersebut. Penelitian disusun berdasar rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, perkembangan penyakit, jumlah pustul, jumlah dan diameter uredospora. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala penyakit karat ditemukan pada minggu pertama setelah inokulasi, sedangkan gejala bercak daun pada minggu ke enam setelah inokulasi. Satu genotipe bereaksi agak tahan dan genotipe lainnya agak rentan hingga rentan terhadap karat daun, sedangkan terhadap bercak daun, semua genotipe bereaksi agak tahan dan tahan pada 10 minggu setelah inokulasi (MSI). Jumlah pustul dan bercak tertinggi terdapat pada kelompok genotipe agak rentan hingga rentan dan jumlah daun berkurang sejalan dengan peningkatan intensitas penyakit. Genotipe LG5/BK10)-89-68 memiliki respons agak tahan terhadap infeksi karat dan bercak daun, sedangkan varietas Takar 1 dan Hypoma 3 memiliki respons agak rentan, dan agak tahan terhadap karat daun pada 10 MSI. Oleh karena itu, genotipe LG5/BK10)-89-68, varietas Takar 1 dan Hypoma 3 dapat digunakan menjadi tetua untuk perakitan varietas tahan karat dan bercak daun.
Pengendalian Ramah Lingkungan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada Tanaman Kedelai Emerensiana Uge; Eriyanto Yusnawan; Yuliantoro Baliadi
Buletin Palawija Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v19n1.2021.p64-80

Abstract

Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) atau dikenal dengan ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman kedelai dan beberapa jenis tanaman penting di Indonesia. Serangan S. litura dapat mengakibatkan kerusakan, bahkan kehilangan hasil pada tanaman kedelai. Gejala serangan berupa daun berlubang karena larva memakan jaringan daun hingga menyisakan epidermis dan tulang daun. Hama ini dilaporkan menyerang  tanaman kedelai di sentra-sentra produksi di Indonesia yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan dan Sulawesi Tengah. Upaya pengendalian hama ulat grayak yang dilakukan petani  adalah menggunakan pestisida sintetik, namun karena dampak negatif penggunaannya terhadap kesehatan manusia dan  keseimbangan ekosistem alam, maka perlu adanya alternatif pengendalian yang dampak negatifnya rendah terhadap lingkungan. Beberapa teknologi pengendalian yang telah diteliti dan diketahui efektifitasnya antara lain; penggunaan Spodoptera litura nuclear polyhedrosis virus (SlNPV) (50-100%), cendawan entomopatogen Beauvaria bassiana (51-93%), Metarhizium anisopliae (93-100%), Nomuraea rileyi  dan Lecanicillium lecanii (80-85%), Parasitoid (13-56%), predator Forficula auricularia (96%), nematoda entomopatogen Steinernematidae (30-51%), pestisida nabati (>30%), tanaman perangkap dan varietas tahan Aplikasi yang tepat akan mendukung perkembangbiakan spesies tersebut di alam sehingga akan terjadi siklus rantai makanan yang seimbang dan berkelanjutan. Komponen pengendalian ini dapat dimasukkan dalam pengendalian terpadu, sehingga serangan S. litura dapat ditekan, tanaman berproduksi optimal, keseimbangan ekosistem dapat dipertahankan,  residu pestisida dapat diturunkan dan sistem pertanian berkelanjutan tercapai.
Pengendalian Ramah Lingkungan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada Tanaman Kedelai Emerensiana Uge; Eriyanto Yusnawan; Yuliantoro Baliadi
Buletin Palawija Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v19n1.2021.p64-80

Abstract

Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) atau dikenal dengan ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman kedelai dan beberapa jenis tanaman penting di Indonesia. Serangan S. litura dapat mengakibatkan kerusakan, bahkan kehilangan hasil pada tanaman kedelai. Gejala serangan berupa daun berlubang karena larva memakan jaringan daun hingga menyisakan epidermis dan tulang daun. Hama ini dilaporkan menyerang  tanaman kedelai di sentra-sentra produksi di Indonesia yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan dan Sulawesi Tengah. Upaya pengendalian hama ulat grayak yang dilakukan petani  adalah menggunakan pestisida sintetik, namun karena dampak negatif penggunaannya terhadap kesehatan manusia dan  keseimbangan ekosistem alam, maka perlu adanya alternatif pengendalian yang dampak negatifnya rendah terhadap lingkungan. Beberapa teknologi pengendalian yang telah diteliti dan diketahui efektifitasnya antara lain; penggunaan Spodoptera litura nuclear polyhedrosis virus (SlNPV) (50-100%), cendawan entomopatogen Beauvaria bassiana (51-93%), Metarhizium anisopliae (93-100%), Nomuraea rileyi  dan Lecanicillium lecanii (80-85%), Parasitoid (13-56%), predator Forficula auricularia (96%), nematoda entomopatogen Steinernematidae (30-51%), pestisida nabati (>30%), tanaman perangkap dan varietas tahan Aplikasi yang tepat akan mendukung perkembangbiakan spesies tersebut di alam sehingga akan terjadi siklus rantai makanan yang seimbang dan berkelanjutan. Komponen pengendalian ini dapat dimasukkan dalam pengendalian terpadu, sehingga serangan S. litura dapat ditekan, tanaman berproduksi optimal, keseimbangan ekosistem dapat dipertahankan,  residu pestisida dapat diturunkan dan sistem pertanian berkelanjutan tercapai.
Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Bahan Nabati terhadap Perkembangan Aspergillus flavus pada Medium PDA dan Biji Kacang Tanah Sumartini Sumartini; Eriyanto Yusnawan
Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal Vol 22, No 1 (2005)
Publisher : Fakultas Biologi | Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.mib.2005.22.1.85

Abstract

An experiment aimed to obtain botanical fungicide and its concentration to inhibit the growth of Aspergillus flavus was done in the mycology laboratory, Indonesia Legume and Tuber Crops Research Institute, Malang on June–August 2003. Kancil and Mahesa varieties of groundnut,  A. flavus  fungus, garlic, onion and ginger were used in this experiment.  The effectiveness of botanical fungicide extracts to inhibit A. flavus on PDA was done by culturing A. flavus (5 mm diameter) in the petridish ( θ = 9 cm). This experiment was arranged in a factorial completely randomized design with 5 replications. Factor A was botanical fungicide extracts (garlic, onion, ginger, and sterile water) and factor B was botanical fungicide concentrations (10%, 15%, 20%, dan 25%). The level concentration of botanical fungicide extracts  were poured into Petridish containing PDA medium before culturing A. flavus. The growth diameter of A. flavus was measured as a parameter. A similar experiment for testing  the effectiveness of botanical fungicide extracts to inhibit A. flavus was also done on groundnut kernel.  It was arranged in completely randomized design factorial, 3 replications. Fifty groundnut kernels were dipped on botanical fungicide extract for 3 minutes, placed on plastic tray (30 x 24 x 5 cm3) and layered with wet tissue sterile before used. After botanical fungicide extracts on kernels were air dried, the kernels were inoculated with spore suspension (approximately 104 spore/ml). Disease intensity of A. flavus was measured as a parameter. The result showed that the garlic extract treatment was more effective than those of onion extract, ginger extract and without botanical fungicide. The growth rate of  colony diameter of  A. flavus on PDA medium were 0.15 cm, 3.88 cm, 2.59 cm, and 4.30 cm respectively. The used of garlic extract at a concentration 10% on PDA could inhibit colony diameter growth of A. flavus by 97% as compared to without botanical fungicide extract. The garlic extract treatment, onion extract, ginger extract and without botanical fungicide extract showed that disease intensity A. flavus on groundnut kernels were 13.21%, 22.00%, 20.74%, and 25.18% respectively. An effective concentration to inhibit A. flavus infection on groundnut kernels was achieved by using garlic extract 20%. The use of its extract could reduce 73% of disease intensity. This result was different from the treatment on PDA. This was due to the ability of A. flavus to degrade cell walls. This process takes time meanwhile much of botanical fungicides extract have evapoured.