Dody Candra Harwanto
Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kesenian Kentrung di Kabupaten Jepara: Kajian Interaksionisme Simbolik Dody Candra Harwanto
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 4 No 1 (2021): Volume 4 Nomor 1 Tahun 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesenian kentrung merupakan sastra tutur yang di dalamnya menggunakan cerita, pantun, dan instrumen rebana. Aspek musikalnya dapat dilihat dari penyajian cerita dan pantun yang dinyanyikan, serta dari permainan instrumen rebana yang berfungsi sebagai visualisasi cerita dan membentuk pola irama. Perilaku manusia yang mengkomunikasikan berbagai simbol-simbol bermakna dalam proses interaksi sosialnya, juga dapat dilihat pada saat pertunjukan kesenian kentrung. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis pertunjukan kesenian Kentrung di Kabupaten Jepara yang dikaji menggunakan teori interaksionisme simbolik dari Blumer. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan desain penelitian studi kasus interpretatif, sedangkan pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumen yang relevan untuk menjawab rumusan masalah. Hasil penelitian ini antara lain 1) interaksi simbolik antara pemain dengan leluhur melalui syair yang dinyanyikan oleh seniman pada awal dan akhir pertunjukan sebagai simbol penghormatan, permohonan izin, dan mendapatkan keselamatan selama pertunjukan berlangsung dalam interaksinya dengan Tuhan maupun leluhur yang berada pada tempat pertunjukan; 2) interaksi simbolik antara pemain dengan penonton melalui pertukaran simbol yang diberi makna dalam membentuk perilaku antar individu; dan 3) interaksi simbolik antara pemain dengan pemain melalui teks cerita, pantun, dan pola permainan instrumen rebana sebagai simbol dalam proses komunikasi untuk menyajikan pertunjukan yang harmonis, estetis, dan membentuk cerita yang utuh.
Aransemen Lagu “Lelo Ledung” Menggunakan Idiom-Idiom Pentatonik Gamelan Jawa Pada Piano Solo Dody Ervina Yoga Abimanyu; Dody Candra Harwanto
Musikolastika: Jurnal Pertunjukan dan Pendidikan Musik Vol 1 No 2 (2019)
Publisher : Program Studi Pendidikan Musik FBS UNP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/musikolastika.v1i2.29

Abstract

Perubahan sosial budaya suatu masyarakat yang disebabkan oleh teknologi dapat menghasilkan pola aktivitas kebudayaan baru seperti misalnya pada musik. Masyarakat mampu menikmati berbagai jenis musik melalui sebuah teknologi (televisi, radio, handphone) yang pada akhirnya memengaruhi selera musiknya yang cenderung meninggalkan musik-musik tradisional di daerahnya. Kondisi itu perlu diperhatikan dan dilakukan berbagai upaya-upaya, supaya kekhasan suatu daerah dapat tetap dilestarikan dengan nilai-nilai budaya yang ada didalamnya. Hal itu juga yang mendasari penulis dalam melakukan pengkajian musik dengan cara berinovasi melalui pembuatan aransemen musik. Tulisan ini bertujuan untuk membahas mengenai proses aransemen musik dengan menggunakan idiom-idiom pentatonik gamelan Jawa pada lagu Lelo Ledung yang dimainkan di piano. Hasil aransemen ini dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran musik untuk mengenalkan idiom-idiom musik tradisional gamelan dan lagu dolanan (Lelo Ledung) kepada generasi muda ataupun anak didik yang dimainkan pada alat musik modern yaitu piano.
Total Quality Management Pada Pendidikan Musik Di Perguruan Tinggi Michael Hari Sasongko; Dody Candra Harwanto
Musikolastika: Jurnal Pertunjukan dan Pendidikan Musik Vol 2 No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Musik FBS UNP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/musikolastika.v2i1.33

Abstract

Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami perubahan yang sangat signifikan. Pergeseran ini akhirnya mengubah paradigma pendidikan, termasuk pendidikan musik. Dunia pendidikan musik juga harus siap menghadapi perubahan paradigmatik tersebut yaitu 'pisau analisis', parameter keberhasilan, filosofi, pendekatan ilmiah, strategi organisasi, bahkan sebagai 'ideologi' yang paling cocok untuk aplikasi dalam dunia pendidikan musik saat ini adalah TQME (Total Quality Management in Education). Melalui TQME pengajar musik di universitas didorong untuk terus mengembangkan pengetahuan melalui informasi di internet. Melalui sistem bottom-up, dimungkinkan bagi pengajar untuk melihat dan menganalisis kebutuhan 'produk', yaitu peserta didik sebagai output yang rasional, dan bijak untuk modal di masyarakat. Namun, untuk menerapkan mekanisme ini dibutuhkan pemimpin yang profesional. Tanpa pemimpin profesional, semua mekanisme tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Pemimpin profesional adalah pemimpin transformatif yang memiliki kepemimpinan, yang mampu melihat perubahan di masyarakat untuk terus mengembangkan kualitas pendidikan secara berkelanjutan; mampu melihat peluang, menjadi kreatif, dan mampu membentuk tim yang solid untuk kepuasan pelanggan. Pemimpin harus mampu mengomunikasikan visi, misi, dan nilai-nilai lembaga pendidikan untuk mengembangkan budaya yang berkualitas dan memberdayakan pendidik dan staf. TQME adalah sistem yang penting dan mendesak untuk diterapkan di dunia yang terus berubah ini.