Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

‘Beri aku Air Hidup, Tuhan!’: Seru Perempuan Samaria dan Gen-Z (Suatu Tafsir Kontrapuntal Yohanes 4:14 sebagai Laku Spiritualitas Generasi Z Indonesia Era Postmodern) Aldi Abdillah; Anggi Maringan Hasiholan
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol 5 No 2 (2021): Volume 5 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/ja.v5i2.291

Abstract

Spiritualitas generasi muda pada era postmodern cenderung pluralis dan relatif. Alih-alih memandangnya sebagai corak berpikir yang negatif, keadaan tersebut dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam internalisasi nilai spiritualitas Kristen kepada generasi Z khususnya. Artikel ini akan menawarkan suatu pendekatan kontekstual akan Yohanes 4:14 sebagai suatu laku spiritualitas Generasi Z di Indonesia. Generasi Z mempunyai tiga karakteristik utama yakni realistis, pluralistis, dan aktivis. Berbagai karakteristik tersebut akan dipadukan dengan kisah dialog antara perempuan Samaria dengan Yesus di Yohanes 4 dalam ayat 14 penjelasan akan air hidup menjadi suatu laku spiritualitas yang perlu dimiliki seseorang. Pembacaan kontrapuntal menjadi suatu pendekatan yang dipakai dalam menganalisis antara karakteristik Generasi Z dengan teks Yohanes 4:14 beserta keutuhan ceritanya. Perspektif penulis sebagai Gen-Z Indonesia pun juga akan dilibatkan dalam proses penafsiran. Artikel ini pada akhirnya berimplikasi bahwa makna air hidup pada teks Yohanes 4:14 memuat suatu spiritualitas-fisik, yakni bagaimana spiritualitas dapat mendayagunakan kehidupan Gen-Z dalam mendobrak segala batasan demi berkontribusi untuk kemajuan bangsa, Asia, dan dunia yang lebih baik.
Gagasan Teologi Konstruktif Asia bagi Model Pendidikan Agama Kristen dalam Mengentaskan Isu Kemiskinan di Indonesia Ivonne Sandra Sumual; Anggi Maringan Hasiholan; Aldi Abdillah; Naftali Untung; Amos Hosea
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 2: November 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i2.308

Abstract

Indonesia adalah negara yang melekat dengan kemiskinan yang bertumpah ruah. Berbagai macam faktor menjadi penyebab kemiskinan tersebut, mulai dari konsep ekonomi yang menindas sehingga sulit untuk mendapatkan kesempatan mengembangkan diri, faktor politik, dan religius. Fakta ini diperparah dengan adanya masalah pandemi COVID-19 yang tidak kunjung menemukan titik cerah penyelesaiannya. Permasalahan ini menjadi perhatian serius dari seluruh pihak, termasuk gereja. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan suatu teologi konstruktif yang mengarah kepada konsep PAK di Indonesia. Peneliti menyoroti secara khusus semangat dari Agustinus yang menjadi titik awal di dalam membangun suatu bangunan teologi yang konstruktif. Peneliti juga secara khusus mengangkat realitas sosial-teologis di Indonesia yang memiliki corak kemiskinan yang begitu kuat. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan teologi konstruktif. Penelitian ini diharapkan bisa mengusulkan suatu harmonisasi di dalam tataran sosial antara PAK dengan masyarakat.
Menjadi Saleh di Mayantara: Memaknai 1 Korintus 8:9 dan 10:29 di Era Digital Aldi Abdillah; Judistian Pratama
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2022)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/panangkaran.v6i1.2792

Abstract

During the high and rapid digital freedom in Indonesia, there is a problem related to ethical matters that is the poor level of digital decency. This article attempts to offer an ethical perspective based on a hermeneutic study of the biblical text. The text analysed is First Epistle of Paul to the Corinthians (1 Cor. 8:9 & 10:29). In 1 Corinthians 8:9 Paul speaks of the freedom of responsibility that the “strong” needs to show to the “weak.” In 1 Corinthians 10:29 the issue of suneidesis (conscience) is the core idea, namely that one needs to pay attention to the conscience of another in all the freedoms they have. The results of the existing interpretations create a theological-ethical construction in the freedom to interact digitally that can be applied multi-religiously in Indonesia. [Di tengah tinggi dan pesatnya kebebasan digital masyarakat Indonesia terselip masalah yang bersangkut paut dengan hal etis, yakni tingkat kesopanan digitalnya yang paling buruk. Artikel ini berusaha menawarkan suatu perspektif etis yang didasarkan pada studi hermeneutik atas teks Kitab Suci. Teks yang dianalisa ialah Pesan Paulus kepada Jemaat Korintus (1 Kor. 8:9 & 10:29). Di 1 Korintus 8:9 Paulus berbicara tentang kebebasan bertanggung jawab yang perlu diperagakan oleh ‘golongan kuat’ terhadap ‘golongan lemah.’ Sedangkan di 1 Korintus 10:29 hal mengenai suneidesis (hati nurani) adalah gagasan intinya, yakni ketika seseorang perlu memperhatikan hari nurani orang lain di dalam segala kebebasan yang ia miliki. Hasil tafsir menawarkan suatu perspektif teologis-etis dalam kebebasan berinteraksi secara digital yang bisa diterapkan secara multi-religius di Indonesia.]
Peran dan Kerjasama Gereja Bethel Indonesia Torsina dengan Pemerintah dalam Menyejahterakan Masyarakat di daerah Olafuliha’a, Pantai Baru, Rote Ndao: Implementasi Roma 13:1-7 Ivonne Sandra Sumual; Lois Hasudungan; Aldi Abdillah; Ferdinand Edu
LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya Vol 4, No 2: Agustus 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.511 KB) | DOI: 10.53827/lz.v4i2.29

Abstract

Welfare is the main goal that must be achieved in a government system. The government is also said to be successful if there is equitable welfare and is felt by the people under its government. To achieve this goal, of course, the government cannot walk alone. There needs to be a synergy from all parties so that there must be involvement of all parts involved in a government system, one of which is the church. The church is not just a religious institution that carries out a service program for church members. Rather, more than that, the church must take real action in realizing prosperity for all levels of society, both inside and outside the church. Therefore, the church and the government need to work together to become a driving force for the creation of prosperity that is coveted by all people. This study uses a qualitative method with data analysis of the GBI Torsina Case Study in the Olafuliha'a area, Pantai Baru, Rote Ndao. The implementation in this case study departs from understanding the background of Paul's letter to the Romans in Romans 13:1-7. The results showed that GBI Torsina built good relations with the government in the context of the welfare of the wider community in the Olafuliha'a area, Pantai Baru, Rote Ndao. Cooperation is carried out in the form of policies that are harmonized together for the benefit of the wider community.AbstrakKesejahteraan merupakan tujuan utama yang harus dicapai di dalam sebuah sistem pemerintahan. Pemerintahan juga dikatakan berhasil apabila terjadi kesejahteraan yang merata dan dirasakan oleh masyarakat dibawah pemerintahannya. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu pemerintah tidak dapat berjalan sendiri. Perlu adanya sinergi dari seluruh pihak sehingga mesti adanya pelibatan seluruh bagian yang terlibat di dalam sebuah sistem pemerintahan salah satunya adalah gereja. Gereja bukan sekedar lembaga keagamaan yang melakukan program pelayanan kepada warga gereja saja. Melainkan, lebih dari itu gereja harus memberikan aksi nyata dalam mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat yang ada baik di dalam maupun di luar gereja. Maka dari itu gereja dan pemerintahan perlu berjalan bersama menjadi pendorong untuk terciptanya kesejahteraan yang didambakan oleh semua masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis data Studi Kasus GBI Torsina di daerah Olafuliha’a, Pantai Baru, Rote Ndao. Implementasi dalam studi kasus ini berangkat dari pemahaman latar belakang surat Paulus kepada jemaat di Roma dalam Roma 13:1-7. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa GBI Torsina membangun hubungan baik dengan pemerintahan dalam rangka kesejahteraan masyarakat secara luas di daerah Olafuliha’a, Pantai Baru, Rote Ndao. Kerja sama dilakukan dalam bentuk kebijakan yang diselaraskan bersama untuk kepentingan masyarakat luas