Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian Hasil Hutan

PENGUPASAN DAN PEMOLISAN ROTAN DALAM KEADAAN BASAH DAN KERING Efrida Basri; Osly Rachman; Achmad Supriadi
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 15, No 8 (1998): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1998.15.8.475-487

Abstract

Pengupasan  dan pemolisan   rotan  berdiameter  besar selama  ini dilakukan  pada  keadaan kering. Yang menjadi permasalahan  di sini adalah  untuk mencapai  keadaan  kering,  waktu pengeringan  yang  diperlukan  sangat  lama yakni  bisa satu bulan atau lebih untuk mencapai  kadar air ±  16%. Keadaan yang  demikian  tentu tidak menguntungkan   karena selain menghambat  proses produksi, juga keawetan rotan  menjadi  turun.Penelitian  ini dilakukan  dengan  tujuan memperoleh  beberapa faktor   konversi  dalam pengupasan dan pemolisan yang   dilakukan  pada  rotan  dalam  keadaan  basah  dan  kering.  Sasarannya   adalah untuk  mengetahui   apakah  pengupasan  dan  pemolisan  rotan  pada  keadaan   kering  dapat  diganti dengan pada keadaan  basah.Bahan yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  tiga jenis  rolan  berdiameter   besar,  yaitu manau (Calamus manan Miq.),  seuti (Calamus  ornatus BL.), dan nunggal  (Calamus ornatus BL.) yang masing-masing  dikupas  dan dipolis  dalam keadaan  basah  (KA. 70-80%) dan kering  (KA.  15 - 18%). Faktor yang  diamati  pada  saat pengupasan  dan pemolisan  adalah pengurangan   diameter,  rendemen, cacat  serat  berbulu  dan serat patah,  cacat warna, dan produktivitasnya.Pengupasan   dan  pemolisan  rotan  dalam  keadaan  basah  menghasilkan  rendemen  lebih  rendah  serta  cacat  serat   berbulu  dan  serat  patah  lebih  tinggi, namun  pengurangan  diameter    dan produktivitas   sama dengan  rotan yang  dikupas  dan dipolis dalam keadaan kering.Mengacu  kepada  klasifikasi  pemesinan,   pengupasan   dan pemolisan  rotan  dalam  keadaan  basah menghasilkan   rotan  dengan  mutu  baik  untuk jenis  manau  dan nunggal,  dan mutu  sedang  untuk jenis seuti.  Sedangkan,   apabila  ketiga  jenis  rotan  tersebut  dikupas   dan  dipolis  dalam   keadaan  kering mutunya  menjadi  sangat  baik.Mengingat  alat pengupasan  dan pemolisan rotan yang  ada sekarang  hanya  untuk  rotan  kering, maka untuk meningkatkan   mutu  rotan kupas dan polis  basah perlu merekayasa  kedua  alat tersebut.
UJI COBA MESIN PENGERING KAYU KOMBINASI TENAGA SURYA DAN PANAS DARI TUNGKU TIPE I Efrida Basri; Achmad Supriadi
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 24, No 5 (2006): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2425.527 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2006.24.5.437-448

Abstract

Telah dilakukan uji coba teknis dan finansial terhadap mesin pengeringan kayu kombinasi tenaga surya dan panas dari tungku tipe SC+TI untuk kapasitas 19 m3 di salah satu industri/pengrajin kayu di Ngaringan, Grobogan, Jawa Tengah.   Uji coba dilakukan terhadap kayu jati (Tectona grandis L.f.). Kebutuhan panas pengeringan di siang hari diperoleh dari tenaga surya dan di malam hari atau tergantung kebutuhan diperoleh dari tungku pembakaran dengan  bahan bakar biomas/limbah kayu dari penggergajian sendiri. Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui kelayakan teknis dan finansial dari pemanfaatan masin pengering tersebut.Hasil uji coba menunjukan suhu rata-rata harian dari panas surya yang diterima ruang pengering berkisar    antara 40 - 50°C, sementara suhu untuk pengeringan kayu jati berkisar antara 45 - 70°C. Kekurangan panas diperoleh dari tungku bakar. Untuk mengeringkan sortimen kayu dengan kadar air 50% sampai mencapai kadar air 10% memerlukan waktu rata-rata 13 hari dan menghasilkan rendemen kayu kering sekitar 80%. Konsumsi limbah kayu untuk bahan bakar tungku pada setiap periode pengeringan 8 m3.Investasi pendirian unit pengeringan memerlukan biaya sebesar Rp 74.635.000. Biaya produksi setahun (jumlah produksi 304 m3) adalah Rp 3.251.548.750, sehingga harga pokok produk Rp 10.695.884/m3. Analisis kelayakan finansial pemanfaatan mesin pengering menunjukan dengan harga jual kayu jati kering Rp 11.000.000/m3. Titik impas (BEP) tercapai pada produksi sebesar 86,3 m3, Nilai sekarang neto (NPV) Rp + 374.245.458 dan Internal Rate of Return (IRR) 80%. Hasil ini menunjukkan bahwa mesin pengering tersebut layak untuk dioperasikan.
IMPROVEMENT ON SEVERAL PHYSICAL AND MECHANICAL PROPERTIES OF JATI UTAMA NUSANTARA WOOD BY THERMAL COMPRESSION TREATMENT Efrida Basri; Saefudin Saefudin
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 39, No 3 (2021): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2021.39.3.121-128

Abstract

Jati Utama Nusantara (JUN) adalah salah satu tipe jati (Tectona grandis Linn. F) cepat tumbuh yang berasal dari Jati Plus Perhutani (JPP). Pohon JUN memiliki sedikit percabangan dan batang yang lebih berbentuk silinder serta menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan jati budidaya dari biji (konvensional), sehingga dapat dipanen dalam waktu singkat. Meskipun cepat tumbuh, berbagai penelitian menunjukkan kayu JUN belum memenuhi standar SNI 01-0608 sebagai bahan baku furnitur. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan beberapa sifat fisis dan mekanis kayu JUN umur muda melalui perlakuan pemadatan menggunakan kempa panas. Contoh uji kayu JUN umur 5 tahun berukuran 2,5 cm (tebal/radial), 10 cm (lebar/tangensial), dan 30 cm (panjang/longitudinal) diberi tekanan sebesar 25 kg/cm2 selama 40 menit dengan 3 perlakuan suhu, yaitu 170°C, 180°C, dan 190°C. Pengujian sifat fisis dan mekanis kayu mengacu pada standar ASTM D143. Perubahan kristalinitas kayu diamati menggunakan X-ray Diffractometer (XRD), dan permukaan kayu diamati secara visual. Sebagai penunjang, pengamatan struktur sel kayu dilakukan menggunakan mikroskop stereo (Zeiss). Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh uji kayu JUN yang diberi perlakuan tekan-panas dapat memperbaiki sifat fisis dan mekanisnya dibandingkan contoh uji kayu JUN tanpa perlakuan (kontrol). Berdasarkan hasil simulasi data, sifat fisis dan mekanis contoh uji terbaik  diperoleh pada suhu kempa sekitar 185°C.