Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH PENAMBAHAN ARANG DAN CUKA KAYU TERHADAP PERTUMBUHAN ANAKAN Shorea platyclados Sloot ex Fowx DAN Shorea selanica Blume Sri Komarayati; Heru Satrio Wibisono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 34, No 4 (2016): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2296.856 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2016.34.4.349-357

Abstract

Arang dan cuka kayu merupakan bahan organik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan pemacu pertumbuhan tanaman. Tulisan ini mempelajari pengaruh arang dan cuka kayu terhadap pertumbuhan anakan Shorea platyclados dan Shorea selanica. Parameter tumbuhan anakan yang diukur meliputi tinggi dan diameter anakan, berdasarkan perlakuan dengan arang dan cuka kayu. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi arang 10% dan cuka kayu 1% menambah tinggi anakan ratarata terbesar sekitar 47,77 cm dan perlakuan cuka kayu 1% memperbesar diameter anakan rata-rata mencapai 6,23 cm pada Shorea platyclados. Pertambahan diameter rata-rata terbesar 5,28 cm tercatat pada anakan Shorea selanica dengan perlakuan kombinasi arang 10% dan cuka kayu 1%.
PENGARUH UMUR TERHADAP KOMPOSISI KIMIA KAYU Gmelina arborea Roxb. Rena M Siagian; Sri Komarayati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 15, No 6 (1998): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1998.15.6.395-404

Abstract

Gmelina  (Gmelina arborea Roxb.) merupakan salah satu pohon cepat tumbuh. Di Indonesia jenis pohon ini tidak tumbuh secara alami, tetapi akhir-akhir ini banyak ditanam dalam rangka pembangunan hutan tanaman industri.Dalam  rangka  pemanfaatan  kayu gmelina  untuk bahan baku pulp, telah   dilakukan penelitian sifat kayu dan analisis kimia kayu gmelina dari berbagai tingkat umur.Penelitian ini  bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur kayu gmelina terhadap  bobot jenis, kadar kulit, derajat keasaman dan komposisi kimia kayu. Penelitian dilakukan terhadap kayu gmelina umur 6 tahun, 8 tahun, 10 tahun dan 12 tahun asal Jawa Barat dan umur 4 tahun serta 6 tahun asal Kalimantan Timur.Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur kayu tidak memberikan perbedaan yang  nyata terhadap semua aspek yang diteliti, tetapi lokasi tempat tumbuh memberikan perbedaan. Rata- rata bobot jenis kayu gmelina berkisar antara 0, 49 -  0,55 g/cm3,  kadar kulit kayu 9,31 - 12, 05% dan derajat keasaman 7,11 - 7,31 termasuk netral. Kadar selulosa antara 53,07 - 57,55 % termasuk tinggi, pentosan 16,09 - 16,92 % termasuk rendah, lignin 29,50 - 32,12 % termasuk sedang, kadar abu 0,73  - 1,47 % dan kadar silika 0,24 - 0,73 %. Kelarutan dalam alkohol benzena 2,94 -  6,93 %, NaOH 1 % 12,40 - 17,26 %, air dingin 2,53 - 4,71 % dan air panas 3,30 - 9,62 %.Berdasarkan bobot jenis, komposisi kimia dan klasifikasi komponen kimia kayu Indonesia untuk kayu daun lebar, maka kayu gmelina baik digunakan sebagai bahan baku pulp.
PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI BIOMASSA HUTAN Sri Komarayati; Djeni Hendra; Gusmailina Gusmailina
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 16, No 2 (1998): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1998.16.2.61-68

Abstract

Penelitian pemanfaatan biomassa hutan untuk pembuatan arang aktif skala laboratorium dilaporkan dalam tulisan ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi sifat-sifat arang (suatu produk yang diperoleh sebelum proses aktivasi) dan mutu arang aktif.Bahan baku yang digunakan adalah kayu manii (Maesopsis eminii), bambu mayan(Gigantochloa robusta) dan tempurung biji kemiri (Aleuritas moluccana). Masing-masing dari                                                                                                                                                                                61bahan baku tersebut mula-mula dikarbonisasi menjadi arang, selanjutnya direndam dalam larutan K2CO3 yang terdiri dari tiga macam konsentrasi (5 %. 10 %, 20 %). dan dalam larutanH3PO4 yang berkonsentrasi 20 %. Arang tersebut diaktivasi dalam retort baja tahan karat Menggunakan uap panas bersuhu maksimum 750°< •. 800°< •. 900°('. Selama 60 menit, 90 menit dan 120 menitHasil penelitian menunjukkan bahwa hanya arang aktif dari kayu manii,dengan semua perlakuan yang diterapkan (bahan kimia perendaman dengan berbagai konsentrasi dan suhu aktivasi di relort) memiliki kemampuan menyerap iodium lebih dari 750 mg g. yang ternyata memenuhi persyaratan standar Industri Indonesia ( SII)Untuk arang aktif bamboo mayan asal Darmaga yang diberi perlakuan dalam larutan K2CO3 dengan konsenstrasi 5 %,10 % dan 20 % menggunakan sulut aktivasi 750 o C selama 120 menit menunjukkan bahwa semua hasil tidak memenuhi persyaratan SII.Sementara itu.arang aktif bambu mayan asal pasir awi menunjukkan bahwa semua perlakuan menghasilkan kemampuan menyerap iodium yang memenuhi persyaratan SII.Selanjutnya arang aktif dari tempurung biji kemiri yang direndam dalam larutan K2CO3 10 % pada suhu 750 mg/g sedangkan arang aktif dari kayu manii yang direndam dalam larutan H3PO4 20 % memiliki kemampuan menyerap iodium lebih besar dari 1000 mg g                Rendemen arang aktif tertinggi berturut-turut adalah 66,33 % dari tempurung biji kemiri , 64,00 % dari bambu mayan asal Pasir Awi,58,00 % dari bambu mayan asal Darmaga dan 49,66 % dari kayu manii.Atas dasar hasil perkalian nilai rendemen karang aktif dan daya serap iodium,arang aktif dari bambu mayan asal Darmaga yang direndam dalam larutan 113PO4 20 % pada suhu aktivasi 800 o C selama 90 menit menghasilkan daya serap iodium tertinggi. 
HASIL DESTILASI KERING DAN NILAI KALOR KAYU NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk) Sri Komarayati; Djeni Hendra
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 12, No 2 (1994): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1994.12.2.84-88

Abstract

Rapid destructive of Jackfruit wood was carried out by using a retort equipped with electrical heating system. This retort was also connected to a condensor and two flask to catch and collect the distillate or condensed gas. The retort capacity was about 4 kg of wood. Treatment conditions given in these experiment were maximum heating temperature of 500◦ C and 5 hours distillation time.The results showed that charcoal yield of Jackfruit wood varied from 25.00 to 39.81%, tar from 6.23 to 9.42% and pyroligneous liquor from 67.64 to 102.05%. The calorific value of wood varied from 4392.00 to 4620.65 kcal/g and charcoal from 6691.81 to 7108.37 kcal/g.Based on these calorific values, wood and charcoal of Jackfruit wood are excellent material for fuel.
PEMBUATAN ARANG DAN BRIKET ARANG DARI KA YU MANIS (Cinnamomum burmanii Ness ex. BL) DAN KAYU .SUKUN Sri Komarayati; Gusmailina Gusmailina
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 12, No 6 (1994): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1994.12.6.225-228

Abstract

The aim of this experiment is to find  the properties of cassiavera and, breadfruit charcoal and charcoal briquette.The kiln  used was the typical size  of 200 liter oil drum  with specie L  design  incorporating 12 holes of  13 mm in diameter  at different elevations. The kiln also had a short chimney of 30 cm high at the top with 10 cm in diameter. The result showed that charcoal yield were 24.74 % for cassiavera and 23.01 % for breadfruit. Volatile matter was 18.61 %,  fixed carbon was 78.31  %  and calorific value was 7035.03 cal/g  for  cassiavera charcoal and volatile  matter was 14.27 %,  fixed  carbon was 73.10 %  and calorific value was 6320.12  cal/g for  breadfruit charcoalThe moisture  content of charcoal briquette ranges from  8.41 to 5. 92 % ash content from  4. 65 to 5. 03  % ,   volatile matter from 28.87 to 29.48 %, fixed carbon from  65.87 to 66.10  %, density from  O.11  to 0.64  g/cm3,  compressing  strength from 275 to 450 kg/cm2 and the calorific value from  5684. 59 to 6792.58 cal/g.Based on the physical and chemical properties, cassia-vera and breadfruit charcoal briquette can be used as sources of energy.
APLIKASI ARANG KULIT KAYU SEBAGAI CAMPURAN MEDIA TUMBUH ANAKAN Eucalyptus urophylla dan Acacia mangium Gusmailina Gusmailina; Gustan Pari; Sri Komarayati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 20, No 5 (2002): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2002.20.5.333-351

Abstract

One of the alternatives that can be used to develop and have significant prospect to improve the critical or degraded land is through the use or application of charcoal. Charcoal can be used as one ingredient in the media to enhance the growth of plants. particularly still at seedling stage and at the field preparation as well. The application of charcoal sould when they are increase soil pH and improve water and air circulation in the soil, there by stimulating the growth of root and the plants.This report deals with research results of applying two kinds of wood-bark charcoal, i.e. bark charcoal from tusam (Pinus merkusii) and mangium (Acacia mangium), on the media for the growth of Eucalyptus urophylla and Acacia mangium seedlings up to 4,5-month period, respectively. The main objective of this research trial was to assess the effect of applying wood-bark charcoal on the growth of the seedlings. The two kinds of wood-bark charcoal were added at varying concentrations, i.e. 10%, 20%, 30%, 40%, and 50 percent, and 0% as control.The research revealed that the use of both kinds of wood-bark charcoal at 10-30 percent turned out to he the most optimal or suitable for the growth of the two seedlings. For height growth of Acacia mangium seedlings, the best effect was at the application of 10 percent tusam's wood-bark charcoal, where the height increase in the Acacia mangium seedling reached 13.01 percent. i.e.1.9 times greater than the height growth of the control. About the increase in the diameter of the seedling, the best effect was at 10 percent and 20 percent of either tusam's or mangium's wood-bark charcoal. Such diameter increase were almost similar i.e. 0.45 cm and 0.42 cm for tusam's and mangium's wood-bark charcoals, consecutively.For the height growth of Eucalyptus urophylla seedlings, the best effect was at the application 20 percent of tusam's wood-bark charcoal and 30 percent of mangium's wood bark charcoal. The height increases were at 20 percent tusam's wood-bark charcoal and 30 percent mangium's wood-bark charcoal, i.e. consecutively 1.38 and 1.35 times greater than that of the control. Similar phenomena as occurred to in the height increase in Eucalyptus urophylla seedlings also found in the diameter increases of the corresponding seedlings. In this situation, the height increclse was 0.56 cm. The use of tusam's wood-bark charcoal at JO percent offered the best effect on the growth development ofE. urophylla and A. mangium seedlings, i.e. 0.913 grams and 0.496 grams, respectively. 
PENGGUNAAN ARANG KOMPOS PADA MEDIA TUMBUH ANAKAN MAHONI Sri Komarayati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 22, No 4 (2004): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2969.791 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2004.22.4.193-203

Abstract

This report described  results of  an  application of  two  kinds of  compost charcoals on the growing media of mahoni seedlings(Swietenia rnacropbylla King)for  5-month duration. Objective of this study is to learn such applicationon  the characteristics of seedlings growth.The two kinds of compost charcoals were : the one derived from  tusam litters (Al)  ;  and the other from a mixture of litters and mahoni seeds  (A.2). Results  revealed that  the application of compost charcoal (A1  and A2)  each at 30% dosage could increase height of mahoni seedlings as much as 17.67 -  25.02 cm, which  Is  approximately  3 times greater than  the control.  The compost application also increased girth of mahoni seedling up to twice that of the controls.The application of compost charcoal at  40% dosage of either (Al)  or (A2), however, showed a  smaller increase in height and girth increament compared with the 30% dosage. Cummulatively,the application of compost charcoal could increase the seedling biomass by more than 400%.
PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI Sri Komarayati; Gusmailina Gusmailina; Djeni Hendra
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 15, No 2 (1997): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1997.15.2.94-100

Abstract

Penelitian pembuatan arang akiif dari serbuk gergajian kayu jati disajikan pada laporan ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan limbah serbuk gergajian menjadi produk yang lebih komersial, juga mempelajari sifat arang aktif dari serbuk gergajian.Hasil penelitian menunjukkan, bahwa rendemen arang aktif beragam antara 10,00 % -35,66 % ; kadar air 11 ,93 % - 20,60 % ; kadar abu 7,72 % - 48,84 % ; zat mudah menguap 7,83 % - 7,91 % ; karbon terikat 39,16 % - 73,35 % ; daya serap terhadap iodium 385,10 -994, 10 mg/g dan daya serap terhadap benzena 15,09 % - 40,71 %.Ada beberapa sifat arang aktif yang memenuhi Standar Indonesia dan Standar AWWA terutama untuk kadar air, zat mudah menguap, daya serap terhadap iodium dan benzena. Kualitas air sumur setelah diberi perlakuan arang aktif memperlihatkan kisaran untuk Fe 0,10 - 0,27 mg/l ; Ca 9,59 - 10,58 mg/I; Na 9,61 - 17,09 mg/I; Cl 22,18 - 23,71 mg/l; NH4 < 0,02 - 0,39 mg/I; Ni < 0,01 - < 0,02 mg/I dan Mn < 0,01 - 0,02 mg/I. Bila dibandingkan dengan standar, maka air sumur ini untuk semua kadar logam Lelah memenuhi syarat kualitas air minum.
WHITE-ROT FUNGAL PRETREATMENT OF FORESTRY WASTES FOR SOLID STATE METHANE FERMENTATION Gusmailina Gusmailina; Sri Komarayati; B De Wilde; S Vanhille
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 4, No 4 (1987): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8841.812 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1987.4.4.53-61

Abstract

Penelitian  ini bertujuan  untuk  melihat  sejauh  mana pengaruh  pemberian  jamur  perusak  kayu  (white-rot fungus)  terhadap perombakan ligno-selulosa yang terdapat pada limbah kehutanan  untuk  digunakan  sebagai substrat pada fermentasi metan secara padat.  Limbah  kehutanan yang digunakan adalah serbuk gergaji kayu karet (Hevea brasiliensis) dan pinus (Pinus  merkusii) serta daun kayu putih (Melaleuca  leucodendron) sisa penyulingan. Jamur yang digunakan  adalah Schizophyllum  commune Fr. dengan lama waktu  inokulasi sampai 5 minggu dan kemudian  baru difermentasi.Karet merupakan  substrat yang miskin  untuk  dapat menghasilkan  metan.  Produksi  gas tidak  meningkat  secara nyata.  Pinus sangat sukar dirombak,  sedangkan pada limbah daun kayu putih  terdapat inhibitor yang menjadi penghalang sewaktu proses berlangsung,  namun  inhibitor  ini agak menjadi  lunak  untuk  difermentasi  setelah diberi pra-perlakuan  terlebih  dahulu  dengan jamur  perusak  kayu.Pada masing-masing  substrat  terdapat  hubungan  spesiflk  antara berat kering yang  hilang selama  berlangsungnya  aktifltas  jamur  dengan perubahan  produksi  metan.   Perubahan  efisiensi  metan  berkisar  antara  10%-25%.  Praktisnva  penerapan   untuk   "biogas  generasi"   masih diperlukan  penelitian  lebih lanjut  untuk  memperoleh  produksi  secara maksimal.   Namun  demikian  untuk  limbah ligno-selulosa lainnya seperti jerami pra-perlakuan  ini sangat baik  untuk  dikembangkan.
UJI COBA LAPANGAN PENANAMAN KEDELAI SEBAGAI TANAMAN SELA ACACIA MANGIUM WILD DI AREAL HTI TANAH ASAM Field experiment of soybean intercrop planting among Acacia mangium willd on acidic soil of the forest estate area R Sudradjat; Sri Komarayati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 11, No 3 (1993): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1993.11.3.101-109

Abstract

The purpose of the experiment is to study intercrop planting technique of soybean (var. Willis) on acidic soil among Acacia mangium Willd at HTI Mandiangin, Pekan Baru - Riau.Total area of the experiment covers 0.5 ha, divided into 5 treatment plots of 1000 m2 each. Treatments used in the experiment were: control, lime, lime + anorganic fertilizer, compost and compost + anorganic fertilizer. :Lime. was applied in the order of 2 ton/ha, compost 20 ton/ha and 60 kg urea, 45 kg TSP, 45 kg KCl for 2 period. Rhizogin was used fis biofertilizer to promote growth while Azordin 15 WSC and Dithane M 45 were used as pesticides.The resulls of the experiment for plot 1 (control) showed that the productions of biomass was 383.6 kg/ha, wet pod was 645.4kg/ha, dry pod was 466.7 kg/ha soybean was 275.7 kg/ha, average number of root nodule was 4 and plant heigt was 25.90 cm.Plot ll (acidic soil + lime): the productions of biomass was. 745.8 kg/ha, wet pod was 792 kg/ha, dry pod was 578.6 kg/ha, soybean was 436.5 kg/ha, the number of root nodule was 16 and plant height was 42.38 cm.Plot III (acidic soil +lime + anorganic fenilizer), the productions off biomass was 1331 kg/ha,.wet pod was 1067 kg/ha, dry pod was 805.8 kg/ha, soybean was 525.8kg/ha, the number of root nodule was 17 and plant height was 44.76 cm.Plot IV (acidic soil + compost) : the productions of biomass was 1113.2 kg/ha, wet pod was 1364 kg/ha, dry pod was 963.9kg/ha, soybean was 648 kg/ha, the number of root nodule was 22 and plant height was 38.55 cm.Plot V.(acidic soit+Compost+ anorganic fertilizer): the productions of biomass was 1573 kg/ha, wet pod was 2406.6 kg/ha, dry pod was 1531 kg/ha, soybean was 1060.4 kg/ha, the number of root nodule was 24 and plant height was 55.88 cm.The experiment proved that the range from the highest lo the lowest soybean production was given by compost + anorganic fertilizer(384 %),followed by compost (235%), lime + anorganic fertilizer (190 %), lime (125 %) and control (100 %). It is proved that intercrop planting promote the growth of Acacia mangium Willd i.e: compost + anorganic fertilizer (215 %), lime + anarganic fertilizer (173 %), compost (148 %), lime (163 %) and control (100 %).It is evident that compost has an important role in increasing pH or conducting more nutrients uptake, reduction of A1 toxiclty and eliminating nutrient leaching.